Laman

Minggu, 31 Maret 2013

Al maiidah 112

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesempatan untuk bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan metode tafsir perkata, pembahasan dari ayat ke ayat, semoga dengan cara ini kita dapat menguasai bahasa Arab dan memahami al-Qur'an dengan baik dan benar. Diharapkan juga agar kita beserta keluarga dan orang-orang yang kita cintai dapat membentengi diri terhadap paham-paham yang menyesatkan yang semakin marak terutama melalui media cetak, internet, jejaring sosial, dan elektronika akhir-akhir ini.

Pada ayat sebelum ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada 'Isa alaihis salam: Dan ingatlah pula, hai 'Isa, saat engkau Ku-anugerahi nikmat-nikmat lain, yaitu ketika Aku, yakni Allah Subhanahu wa Ta'ala, mewahyukan yakni mengilhami kepada al-Hawariyyun yakni pengikut 'Isa yang setia agar: "Berimanlah kamu, wahai pengikut 'Isa, kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku yakni 'Isa" Mereka berkata, yakni menyambut dengan sikap dan perbuatan mereka, sambil menjawab dengan ucapan: "Kami telah beriman dan saksikanlah, wahai Rasul, bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri lagi patuh memenuhi seruan-Mu." Maka pada ayat lanjutan ini Allah berfirman:

QS AL-MAA-IDAH 5: 112.
أ عو ذ بالله من تاشيطان الرجيم
إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ ۗ  قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
IDZ QOOLAL-ḪAWAARIYYUUNA YAA-'IISABBNA MARYAMA HAL YASTATHII-'U ROBBUKA AY-YUNAZZILA 'ALAINAA MAAA-IDATAM-MINAS-SAMAAA-I, QOOLAT-TAQULLOOHA IN KUNTUM MU'MINIINA. =  (ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman".

Translation In English: "Behold! the disciples, said: "O Jesus the son of Mary! can thy Lord send down to us a table set (with viands) from heaven?" Said Jesus: "Fear Allah, if ye have faith."

"IDZ=ketika" "QOOLA=telah berkata" "AL-ḪAWAARIYYUUNA=para pengikut (Isa) yang setia" "YAA=wahai" 'IISA=Isa" "IBBNA=putra" "MARYAMA=Maryam" "HAL=apakah" "YASTATHII-'U=sanggup" artinya bisakah "ROBBUKA=Tuhan kamu" menurut satu qiraat dibaca TASTATHII'U kemudian lafaz yang sesudahnya dibaca nashab ROBBAKA, yang artinya apakah engkau bisa meminta kepada-Nya, "AN=untuk" "YUNAZZILA=menurunkan" 'ALAINAA=kepada kami" "MAAA-IDATAN=hidangan" (makanan) "MIN=dari" "AS-SAMAAA-I=langit, "QOOLA=(Isa) berkata" "IT-TAQULLOOHA=bertakwalah kalian kepada Allah" di dalam meminta bukti-bukti itu/mukjizat-mukjizat, "IN=jika" "KUNTUM=kalian adalah" "MU'MINIIN=orang-orang yang beriman".

Ayat ini boleh jadi merupakan lanjutan dari nikmat yang diingatkan Allah kepada 'Isa alaihis salam ketika Yang Maha Kuasa itu menghimpun para Rasul. Tetapi, ia lebih baik dipahami bukan dalam kaitan itu. Ayat ini merupakan uraian baru. Kendati demikian, ia masih memiliki hubungan yang erat dengan ayat-ayat lalu. Al-Biqa'i menulis bahwa tujuan disebutkan mukjizat 'Isa alaihis-salam pada ayat-ayat lalu itu dianggap cukup sudah untuk menggugah hati orang-orang yang belum beriman agar beriman dan yang telah beriman agar bertambah imannya. Karena itu, uraian menyangkut peristiwa yang akan terjadi di Hari Kiamat itu dicukupkan sampai pada ayat yang lalu. Selanjutnya, karena salah satu tujuan utama pemaparan ayat-ayat ini adalah mendidik ummat Islam agar mengagungkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sehingga tidak mengajukan pertanyaan dan permintaan yang aneh-aneh atau mengajukan usul-usul yang bukan pada tempatnya, ayat ini menguraikan sikap pengikut-pengikut Nabi Isa alaihis salam yang tidak terpuji setelah sebelumnya memuji mereka seakan-akan mereka benar-benar mendapat wahyu Ilahi, kendati kecaman yang diuraikan dalam ayat ini menyangkut para al-Hawariyyun itu sebelum mereka mencapai tingkat yang menjadikan mereka wajar dipuji.

Secara singkat dan sederhana, dapat dikatakan bahwa ayat ini dan ayat yang lalu dihubungkan dalam kesatuan uraian tentang sikap pengikut-pengikut Nabi Isa alaihis-salam.

Pada ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengajak semua pihak agar mengingat sikap para pengikut setia itu dengan menyatakan: Ingatlah ketika al-Hawariyyun, yakni para pengikut setia 'Isa alaihis-salam, berkata: "Hai 'Isa putra Maryam, mampukah, yakni bisakah atau bekenankah Tuhanmu, atau bisakah engkau memohon Tuhanmu agar Dia menurunkan buat kami makanan dalam satu hidangan istimewa yang bersumber dari bumi atau buatan manusia tetapi dari langit?" Dia yakni 'Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah! Hindarilah siksa Allah dengan jalan tidak memohon hal-hal yang aneh atau tidak wajar. Jika betul-betul kamu orang yang beriman, niscaya kamu pasti yakin bahwa Dia Yang Maha Kuasa itu mampu dan niscaya kamu pun yakin pula bahwa aku adalah Rasul-Nya sehingga kamu tidak perlu mengajukan permintaan ini."

Maa-idah adalah wadah yang berisi hidangan atau hidangan makanan yang dihidangkan.

Sementara ulama menilai permintaan pengikut-pengikut 'Isa alaihis-salam ini merupakan permintaan yang tidak wajar, apalagi dengan berkata mampukah Tuhan-mu? Bukankan seorang beriman pasti yakin akan kekuasaan Allah, Tuhannya? Bukan hanya itu. Dari celah ucapan mereka terlihat juga kurangnya sopan santun pengucapkannya ketika berkata Tuhanmu bukan Tuhan kita serta ucapan mereka memanggil Rasul mereka 'Isa dengan namanya tanpa menyebut gelar penghormatan buat beliau. Demikian antara lain pendapat al-Biqa'i.

Dialog ini mengungkapkan kepada kita tentang tabiat kaum Nabi Isa alaihis-salam, diantara mereka ada yang tulus, yaitu para Hawariyyun. Dengan pengungkapan ini tampaklah perbedaan yang jauh antara mereka dengan sahabat-sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Mereka adalah para Hawariyyun, pengikut Isa alaihis-salam yang setia yang telah Allah ilhamkan kepada mereka untuk beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, Isa alaihis-salam, lalu mereka beriman, dan mereka persaksikan kepada 'Isa alaihis-salam keislaman (penyerahan diri) mereka. Namun demikian, setelah mereka melihat beberapa mukjizat Nabi 'Isa alaihis-salam, mereka meminta peristiwa luar biasa yang baru lagi, untuk menenteramkan hati mereka. Dengan demikian, mereka akan mengetahui bahwa ia membenarkan mereka, dan mereka persaksikan pulah hal itu kepada orang-orang yang dibelakang mereka.

Adapun sahabat-sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka mereka tidak meminta satu pun peristiwa luar biasa sesudah mereka memeluk Islam. Hati mereka telah beriman dan tenteram semenjak disepuh dengan keindahan iman. Mereka telah percaya penuh kepada Nabi dan Rasul mereka, sehingga mereka tidak meminta bukti-bukti lagi sesudah itu. Mereka sudah menyaksikan kebenaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meski tanpa mukjizat sekalipun selain al-Qur'an ini.

Demikianlah perbedaan besar antara para pengikut Nabi 'Isa alaihis-salam dengan pengikut Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, padahal mereka sama-sama beriman dan sama-sama Muslim, dan sama-sama diterima keimanan dan keislamannya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Namun, kedudukan mereka berbeda, sebagaimana yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Akhirnya tadarus/kajian ini kita tutup dengan doa: "Ya Allah, terangilah penglihatan kami dengan Kitab-Mu. Lapangkanlah dada kami dengannya. Bugarkanlah badan kami dengan membacanya. Permudahlah urusan kami karenanya. Lancarkanlah lisan kami untuk membacanya. Kuatkanlah jiwa kami dengannya. Percepatlah pemahaman kami tentangnya. Hilangkanlah kesedihan kami dengan bacaannya. Kuatkanlah tekad kami dengannya. Terangilah hati kami karenanya. Berilah kami kemampuan membaca dan menguasai berbagai ilmu yang terkandung didalamnya. Tetapkanlah semua itu dalam hati kami. Dan muliakanlah kami dengan berbagai kebaikan. Dengan daya dan kekuatan-Mu. Sesungguhnya tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Engkau wahai Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung."
ربنا تقبل منا انك انت السميع العليم، وتب علينا انك انت التواب الرحيم، وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم   والحمد لله رب العالمين
Sent from BlackBerry® on 3

Sabtu, 30 Maret 2013

Al maiidah 111

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Al-Qur'an adalah pedoman dan petunjuk hidup manusia. Fungsi al-Qur'an sangat penting bagi manusia di dunia dan akhirat. Al-Qur'an menjadi penuntun manusia menuju jalan yang benar demi memperoleh kebahagiaan yang abadi di akhirat kelak. Barangsiapa yang berpegang teguh pada al-Qur'an, niscaya tidak akan sesat selama-lamanya. Al-Qur'an menuntun manusia ke jalan yang lurus dalam berkeyakinan, berpikir, dan bertindak.

Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan baik dan benar.

Kajian kita hari ini masih membicarakan tentang Nabi 'Isa 'alaihis salam, setelah pada ayat yang lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu aku menguatkan kamu dengan Ruhul-qudus. kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata". Maka pada ayat lanjutan ini Allah berfirman:

QS AL-MAA-IDAH 5: 111.
أ عو ذ بالله من الشيطان الرجيم
وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي ۚ  قَالُوا آمَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ
WA IDZ AUḪAITU ILAL-ḪAWAARIYYIINA AN AAMINUU BII WA-BIROSUULII, QOOLUUU AAMANNAA WASYHADD BI-ANNANAA MUSLIMUUNA. = Dan (ingatlah), ketika Aku mengilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku". Mereka menjawab: "Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri".

Translation In English: "And behold! I inspired the disciples to have faith in Me and Mine Messenger: they said, ´We have faith, and do thou bear witness that we bow to Allah as Muslims´".

"WA=dan" "IDZ=ketika" "AUḪAITU=Aku ilhamkan" "ILAA=kepada" "AL-ḪAWAARIYYIINA=para pengikut yang setia" Aku perintahkan mereka melalui lisannya, "AN=untuk" "AAMINUU=berimanlah kalian" "BII=dengan-Ku" "WA-BIROSUULII=dan kepada Rasul-Ku". Ini juga termasuk anugerah yang diberikan kepada Isa alaihis salam. Bermakna, "Ingatlah ketika Aku perintahkan kepada Hawariyyun (pengikut setia Isa) dan aku gerakkan dalam hati mereka untuk beriman kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku Isa putra Maryam. "QOOLUUU=mereka berkata" "AAMANNAA=kami beriman" "WASYHADD=dan saksikanlah" "BI-ANNANAA=bahwa sesungguhnya kami" "MUSLIMUUN=orang-orang yang berserah diri". Kami beriman terhadap apa Engkau perintahkan kepada kami, dan saksikanlah wahai Rasul bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang ikhlas dalam beriman dan orang-orang yang patuh terhadap perintah Allah.

Nabi 'Isa 'alaihis salam adalah seorang Nabi yang diutus untuk kaum Bani Israil. Al-Qur'an menyebutnya "Isa bin Maryam" atau Isa al-Masih". Kata ini diperkirakan berasal dari bahasa Aram, Eesho, atau Eesaa. Orang Arab Nasrani menyebut Isa dengan Yasu' al-Masih. Al-Qur'an berkisah bahwa Isa adalah seorang anak yang lahir dari rahim Maryam, anak perempuan Imran, yang kemudian berada dalam pengasuhan Nabi Zakariyya alaihis salam sebelum beliau Nabi Zakariyya mendapat anugerah berupa kelahiran Nabi Yahya.

Ayat ini masih merupakan lanjutan penjelasan nikmat-nikmat yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi 'Isa alaihis salam. Dalam ayat lalu, disebutkan antara lain dukungan Ruh al-Qudus kepada beliau. Di sini, disebut dukungan pengikut-pengikut beliau yang setia. Pada ayat di atas ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada 'Isa alaihis salam: Dan ingatlah pula, hai 'Isa, saat engkau Ku-anugerahi nikmat-nikmat lain, yaitu ketika Aku, yakni Allah Subhanahu wa Ta'ala, mewahyukan yakni mengilhami kepada al-Hawariyyun yakni pengikut 'Isa yang setia agar: "Berimanlah kamu, wahai pengikut 'Isa, kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku yakni 'Isa" Mereka berkata, yakni menyambut dengan sikap dan perbuatan mereka, sambil menjawab dengan ucapan: "Kami telah beriman dan saksikanlah, wahai Rasul, bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri lagi patuh memenuhi seruan-Mu."

Wahyu yang dimaksud adalah ilham yang dicampakkan ke dalam hati sekian banyak orang yang diajak beriman oleh 'Isa 'alaihis salam. Ilham tersebut menjadikan mereka bersegera mempercayai dan membenarkan beliau. Ini merupakan salah satu bentuk hidayah Allah yang dianugerahkan-Nya kepada orang-orang yang jiwanya siap untuk menyambut kebenaran.

Ada juga yang memahami ayat ini dalam arti bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mewahyukan kepada Isa alaihis salam agar mengajak ummatnya dan, karena yang menyambut secara tulus ajakan beliau itu adalah al-Hawariyyun, seakan-akan wahyu itu ditujukan kepada mereka.

Al-Ḫawâriyyûn adalah pengikut-pengikut setia 'Isa 'alaihis salam. Makna akar katanya berkisar pada arti sangat putih atau amat suci. Pengikut-pengikut Nabi 'Isa 'alaihis salam dinamai al-Hawariyyun karena hati mereka dinilai tulus ikhlas dan amat suci atau karena mereka berupaya untuk membersihkan dan menyucikan hati manusia dari kotoran dosa melalui ajaran-ajaran Nabi 'Isa 'alaihis salam yang mereka sampaikan.

Ya Allah, dengan Al-Qur'an, karuniakanlah kasih sayang-Mu kepada kami. Jadikan Al-Qur'an sebagai imam, cahaya, hidayah, dan sumber rahmat bagi kami. Ya Allah, ingatkan kami bila ada ayat yang kami lupa mengingatnya. Ajarkan pada kami, ayat yang kami bodoh memahaminya. Karuniakan pada kami kenikmatan membacanya, sepanjang waktu, baik malam ataupun  disiang hari. Jadikan Al-Qur'an bagi kami sebagai hujjah (penjelas), wahai Tuhan pencipta semesta alam. وصل الله على سيد نا محمد  وعلى آله وصحبه و بارك وسلم اجمعين  والحمد لله رب العالمين
Sent from BlackBerry® on 3

Jumat, 29 Maret 2013

Al Maidah 110

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Sekilas tentang keutamaan hari Jum'at berdasarkan Tafsir Jalalain:
"YAA AYYUHAA=wahai" "AL –LADZIINA=orang-orang yang" "AAAMANUU=mereka beriman", "IDZAA=apabila" "NUUDIYA=telah diserukan" dikumandangkan adzan, "LISH-SHOLAATI=untuk (melaksanakan) shalat" "MIN=pada",  huruf MIN di sini bermakna FI, yakni pada "YAUMI=hari" "AL-JUMU'ATI=Jum'at itu", "FAS-'AU=maka bersegeralah kalian" yakni cepat-cepatlah kalian berangkat "ILAA=kepada" "DZIKRILLAAHI=mengingat Allah" yakni shalat, "WA DZARUU=dan kalian tinggalkanlah" "AL-BAI'A=jual beli" tinggalkanlah transaksi jual beli itu atau pekerjaan kalian, "DZAALIKUM=(sikap) yang demikian itu"  "KHOIRUN=(adalah) lebih baik" "LAKUM=bagi kalian", "IN=jika" "KUNTUM=kalian" telah, "TA'LAMUUN=kalian mengetahui" bahwasanya hal ini lebih baik, maka kerjakanlah ia.

Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan baik dan benar.

Kajian kita hari ini membicarakan tentang IZIN ALLAH atau kehendak ALLAH terhadap perbuatan yang dilakukan oleh Nabi 'Isa 'alaihis salam, pada QS AL-MAA-IDAH 5: 110.
أ عو ذ بالله من الشيطان الرجيم
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلى وَالِدَتِكَ ﻤ  إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ  تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلا ۚ  وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ ۗ  وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي ۗ  وَتُبْرِئُ الأكْمَهَ وَالأبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَى بِإِذْنِي ۚ  وَإِذْ كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ
IDZ QOLALLOOHU YAA 'IISABBNA MARYAMADZ-KUR NI'MATII 'ALAIKA WA 'ALAA WAALIDATIKA, IDZ AYYADTUKA BI-RUUḪIL-QUDUSI, TUKALLIMUN-NAASA FIL-MAHDI WAKAHLAN, WA IDZ 'ALLAMTUKAL-KITAABA WAL-ḪIKMATA WAT-TAUROOTA WAL-INJIILA, WA IDZ TAKHLUQU MINATH-THIINI KAHAI-ATITH-THOIRI BI-IDZNII FATANFUKHU FIIHAA FATAKUUNU THOIROM-BI-IDZNII, WATUBBRI-UL-AKMAHA WAL-ABBROSHO BI-IDZNII WA-IDZ TUKHRIJUL-MAUTAA BI-IDZNII, WA IDZ KAFAFTU BANIII ISROOO-IILA 'ANKA IDZ JI'TAHUM BIL-BAYYINATI FAQOOLAL-LADZIINA KAFARUU MINHUM IN HAADZAAA ILLAA SIḪRUM-MUBIINUN. =  (Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu aku menguatkan kamu dengan Ruhul-qudus. kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata".

Translation In Arabic: "Then will Allah say: "O Jesus the son of Mary! Recount My favour to thee and to thy mother. Behold! I strengthened thee with the holy spirit, so that thou didst speak to the people in childhood and in maturity. Behold! I taught thee the Book and Wisdom, the Law and the Gospel and behold! thou makest out of clay, as it were, the figure of a bird, by My leave, and thou breathest into it and it becometh a bird by My leave, and thou healest those born blind, and the lepers, by My leave. And behold! thou bringest forth the dead by My leave. And behold! I did restrain the Children of Israel from (violence to) thee when thou didst show them the clear Signs, and the unbelievers among them said: ´This is nothing but evident magic.´"

IDZ=(ingatlah) ketika" "QOLALLOOHU=Allah berfirman" "YAA 'IISAA=wahai 'Isa" "IBBNA=putra" "MARYAM=Maryam" "ADZ-KUR=ingatlah" "NI'MATII=nikmat-Ku"  'ALAIKA=atas kamu" "WA 'ALAA=dan atas" "WAALIDATIKA=ibu kamu" syukurilah nikmat-Ku itu, "IDZ=ketika" "AYYADTUKA =Aku menguatkan kamu" "BI-RUUḪI=dengan ruh" "AL-QUDUSI=yang suci (Malaikat Jibril), "TUKALLIMU=kamu berbicara" "AN-NAASA=(kepada) manusia" menjadi hal bagi kaaf atau dhamir mukhathab yang terdapat dalam kalimat AYYADTUKA, "FII=(ketika) dalam" "AL-MAHDI=buaian" masih dalam keadaan bayi, "WA-KAHLAN=dan sesudah dewasa" kalimat ini memberikan pengertian bahwa ia akan turun ke bumi sebelum hari Kiamat sebab sebelum ia mencapai usia tua telah diangkat terlebih dahulu ke langit sebagaimana penjelasan yang telah dikemukakan dalam surah Ali Imran, "WA IDZ=dan ketika" 'ALLAMTUKA=Aku mengajarkan kamu" "AL-KITAABA=menulis" "WAL-ḪIKMATA=dan Hikmah" (memahami syariat) "WAT-TAUROOTA=dan Taurat" "WAL-INJIILA=dan Injil", "WA IDZ=dan ketika" "TAKHLUQU=kamu membuat" "MIN=dari" "ATH-THIINI=tanah (liat) "KAHAI-ATI=seperti bentuk" "ATH-THOIRI=seekor burung" huruf kaaf dalam kalimat kahaiah adalah bermakna isim yang artinya seperti dan kedudukan i`rabnya menjadi maf`ul atau objek, "BI-IDZNII=dengan izin-Ku" "FATANFUKHU=lalu kamu tiup" "FIIHAA=padanya" "FATAKUUNU=lalu ia menjadi" "THOIRON=seekor burung" "BI-IDZNII=dengan izin-Ku" dengan kehendak-Ku, "WATUBBRI-U=dan (ketika) kamu menyembuhkan" "AL-AKMAHA=orang yang buta" (sejak lahir) "WAL-ABBROSHO=dan orang yang berpenyakit kusta" "BI-IDZNII=dengan izin-Ku" "WA-IDZ=dan ketika" "TUKHRIJU=kamu mengeluarkan" (setelah menghidupkan) "AL-MAUTAA=orang yang mati" (dari kuburnya)  "BI-IDZNII=dengan izin-Ku", "WA IDZ=dan ketika" "KAFAFTU=Aku menghalangi" menahan,  "BANIII ISROOO-IILA=Bani Israil" (dari rencana membunuh dan menyalib) 'ANKA=terhadap kamu" "IDZ=ketika" "JI'TAHUM=kamu datang pada mereka" "BIL-BAYYINATI= dengan keterangan-keterangan", yakni mukjizat-mukjizat" "FAQOOLA=lalu berkata" "AL-LADZIINA=orang-orang yang" "KAFARUU=mereka kafir" "MINHUM=di antara mereka" "IN=tidak" (lain) "HAADZAAA=ini" (mukjizat 'Isa) "ILLAA=kecuali" "SIḪRUN=(hanya) sihir" "MUBIIN=yang nyata" dan menurut qiraat dibaca SAAḪIRUN/tukang sihir, yang dimaksud ialah Nabi Isa 'alaihis salam.

Karena pertanyaan kepada para Rasul yang disinggung oleh ayat yang lalu mengandung kecaman terhadap ummat yang membangkang Rasulnya, sedang ummat yang paling wajar mendapat kecaman adalah Bani Israil karena mereka telah memperlakukan para Rasul secara sangat tidak wajar, khususnya terhadap Nabi 'Isa 'alaihis salam yang dipertuhankan oleh kaum Nasrani atau dilecehkan oleh orang-orang Yahudi, adalah sangat wajar jika Rasul yang dibicarakan—sekaligus sekelumit contoh tentang yang terjadi pada saat dihimpunnya para Rasul adalah kasus Nabi 'Isa 'alaihis salam. Nah, ketika itulah ayat ini memerintahkan untuk mengingat suatu peristiwa yang akan datang, seakan-akan peristiwa itu benar-benar telah terjadi untuk menunjukkan kepastian terjadinya, yakni ingatlah ketika Allah berfirman nanti ketika Yang Maha Kuasa itu menghimpun para Rasul di hari Kemudian: "Hai Isa putra Maryam! Ingatlah nikmat-Ku kepadamu secara khusus seperti bahwa engkau dilahirkan tanpa ayah sehingga tidak mempunyai kewajiban mengabdi kepadanya, dan kepada ibumu yang dijadikan Allah sebagai wanita yang sangat terhormat dan suci, dan ingat juga nikmat ketika Aku mengukuhkanmu dengan Ruh al-qudus, yakni Malaikat Jibril, serta menguatkan kepribadianmu dengan jiwa yang luhur dan sifat-sifat terpuji. Salah satu bentuk pengukuhan itu adalah bahwa engkau dapat berbicara dengan manusia ketika engkau masih dalam buaian kemudian usiamu berlanjut, dan engkau pun berbicara dengan mereka sesudah engkau dewasa, dengan pembicaraan yang jelas, lagi penuh hikmah dan ingat pula nikmat-Ku ketika Aku mengajarmu tulis-menulis atau mengajarmu kitab-kitab suci, juga menganugerahkan untukmu hikmah, yakni pengamalan yang tepat lagi bijaksana berdasar pengetahuan yang benar serta mengajarkan Taurat dan mewahyukan Injil, dan ingatlah pula ketika engkau membentuk dari tanah yang bercampur air sesuatu yang mirip seperti bentuk burung dengan izin-Ku lalu engkau meniup padanya, yakni pada sesuatu itu, lalu ia, yakni bentuk yang engkau tiup itu, menjadi burung yang sebenarnya, hidup sebagaimana hidupnya burung-burung yang terbang. Itu pun terjadi dengan seizin-Ku. Dan ingat pulalah ketika engkau menyembuhkan dengan kesembuhan penuh orang yang buta sejak kelahirannya sehingga ia dapat melihat dengan mata kepalanya secara normal bukan dengan memberinya obat, tetapi dengan doamu kepada Allah dan juga engkau menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku sehingga kulitnya menjadi bersih tanpa cacat dan ingatlah ketika engkau mengeluarkan orang mati dari kubur lalu mereka hidup walau tak lama, itu pun engkau dapat melakukannya bukan atas dasar kemampuanmu tetapi dengan kekuasaan dan dengan seizin-Ku, dan ingat pula ketika Aku menghalangi Bani Israil dari keinginan mereka menganiaya dan membunuhmu di kala engkau mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, untuk membuktikan kebenaran yang engkau sampaikan lalu orang-orang kafir di antara mereka itu tidak dapat mencapai keinginan mereka dan hanya dapat berkata: "Ini yakni mukjizat-mukjizat yang dipaparkan oleh 'Isa tidak lain melainkan sihir yang nyata."

Untuk jelasnya tentang makna-makna yang dikandung oleh ayat ini, rujuklah ke surah Aali 'Imraan 3: 46-49 yang telah kita tadarusi dan kaji beberapa waktu yang lalu.

Memang terdapat beberapa perbedaan antara ayat ini dengan surah Aali 'Imraan, antara lain ketika menguraikan tentang kemampuan Nabi 'Isa alaihis salam—atas izin Allah—menghidupkan sesuatu dari tanah yang beliau bentuk seperti burung lalu menjadi burung yang sebenarnya. Dalam ayat ini, redaksi yang digunakan adalah (فتنفخ فيها) FA TANFUKHU FIIHAA=lalu engkau meniup padanya, sedang pada surah Aali 'Imraan (فأنفخ فيه) FA ANFUKHU FIIHI=maka aku meniup padanya. Perbedaan pertama adalah, pada ayat al-Maa-idah ini, Allah berfirman mengingatkan kepada 'Isa alaihis salam nikmat-nikmat-Nya. Karena itu, wajar dinyatakan lalu engkau. Sedang, para surah Aali 'Imraan, 'Isa alaihis salam sendiri ketika masih bayi yang menyampaikan nikmat tersebut kepada orang-orang yang bersangka buruk terhadap ibunya. Karena itu, beliau berkata maka aku meniup padanya. Perbedaan kedua, dan ini yang lebih penting untuk dijelaskan, adalah bahwa redaksi ayat ini menggunakan bentuk feminin (muannats) yakni (فيها) FIIHAA, sedang pada Aali 'Imraan bentuk maskulin (mudzakkar) yakni (فيه) FIIHI. Ini karena pengganti nama pada 'Aali 'Imraan menunjuk kepada burung, sedang dalam ayat ini menunjuk kepada hai'ah (bentuk) yang dalam hal ini bersifat feminin.

Selanjutnya, dalam surah Aali Imraan dinyatakan menghidupkan yang mati sedang di sini adalah mengeluarkan yang mati. Walaupun maknanya sama, dalam surah al-Maa-idah ini ada tambahan informasi, yakni bahwa yang mati itu telah terkubur sehingga menghidupkannya adalah dengan mengeluarkan dari kuburnya. Memang yang dikubur adalah yang telah mati sehingga mengeluarkan dari kubur berarti menghidupkan yang mati. Agaknya, pemilihan kata itu di sini untuk menyesuaikan dengan keadaan seluruh manusia ketika Allah menyebut-nyebut nikmat-Nya itu kepada 'Isa alaihis salam. Bukankah ini disampaikan sewaktu menghimpun para Rasul di padang Mahsyar setelah semua yang mati dibangkitkan dari kubur?

Pendustaan orang-orang kafir terhadap 'Isa alaihis salam sungguh beraneka ragam, khususnya dari orang-orang Yahudi, tetapi ayat di atas mencukupkan pendustaan tersebut pada ucapan mereka bahwa beliau mempraktikkan sihir. Hal ini agaknya disebabkan, adalah syariat Yahudi, seorang yang mempraktikkan sihir dijatuhi hukuman mati, dan dengan dalih itulah mereka berupaya membunuh Nabi 'Isa 'alihis salam.

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengulangi kata-kata "Dengan izin-Ku" sebanyak empat kali sebagai tanggapan kepada ummat Nasrani yang berdusta dalam pengakuan mereka bahwa 'Isa adalah Tuhan yang menghidupkan orang mati. Orang-orang Nasrani itu sudah berbohong. Semua mukjizat 'Isa itu terjadi dengan kekuasaan Allah, Penguasa bumi dan langit.

Semoga bermanfaat dan selamat menantikan shalat Jum'at bagi kaum Adam dan shalat Zhuhur bagi kaum Hawa. Semoga Jum'at mulia ini membawa barakah dan doa kita di ijabah Allah dengan memperbanyak doa dan dzikir kepada-Nya. Aamiin Allahuumma aamiin
Sent from BlackBerry® on 3

Kamis, 28 Maret 2013

Surat al maiidah 109

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan baik dan benar.

AL-QUR'AN SEBAGAI THE WAY OF LIFE:
Al-Qur'an adalah Kitab Allah Subhana Wata'ala yang berisi sejarah ummat sebelum kamu, berita ummat sesudahmu, Kitab yang memutuskan atau menyelesaikan urusan di antara kamu, yang nilainya bersifat pasti dan absolut. Siapa saja yang durhaka "meninggalkannya" pasti Allah Subhanahu wa ta'ala akan "memusuhinya". "Siapa yang mencari petunjuk selain al-Qur'an pasti akan tersesat. Al-Qur'an adalah tali Allah yang sangat kuat, peringatan yang bijaksana dan jalan yang sangat lurus". (HR.Tirmidzi).

Tadarus/Kajian kita hari ini membahas QS AL-MAA-IDAH 5: 109.
أ عو ذ بالله من الشيطان الرجيم
يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ ۗ  قَالُوا لا عِلْمَ لَنَا ۗ  إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ
YAUMA YAJJMA-'ULLOOHUR-RUSULA FAYAQUULU MAADZAAA UJIBBTUM, QOOLUU LAA 'ILMA LANAA, INNAKA ANTA 'ALLAAMUL-GHUYUUBI. =  (Ingatlah), hari ketika Allah mengumpulkan para Rasul,  lalu Allah Dia berfirman "Apa jawaban terhadap kamu?" Mereka menjawab: "Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib".

Translation In Englighs: "One day will Allah gather the messengers together, and ask: "What was the response ye received (from men to your teaching)?" They will say: "We have no knowledge: it is Thou Who knowest in full all that is hidden."

"YAUMA=(ingatlah) pada hari" "YAJJMA-'ULLOOHUR-RUSULA=Allah mengumpulkan para Rasul" yaitu pada hari Kiamat, "FAYAQUULU=lalu Dia berfirman" "MAADZAAA=apa yang" "UJIBBTUM=dijawab (kaum kalian terhadap seruan) kalian" tatkala kamu mengajak mereka kepada ketauhidan, "QOOLUU=mereka berkata" "LAA=tidak" ada  'ILMA=pengetahuan" "LANAA=bagi kami" tentang hal itu, "INNAKA=sungguh Engkau" "ANTA=Engkau"  'ALLAAMU=Maha Mengetahui" "AL-GHUYUUBB=perkara-perkara yang ghaib" apa-apa yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan hamba-hamba-Nya dan ghaib di mata mereka oleh sebab kengerian yang mereka hadapi pada saat hari Kiamat yang membuat mereka kaget. Kemudian para Rasul itu menjadi saksi terhadap ummat mereka masing-masing tatkala ummat mereka diam seribu bahasa.

Setelah ayat lalu menguraikan kesaksian manusia atas wasiat manusia yang lain, ayat ini kini berbicara tentang kesaksian para Rasul atas wasiat Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap seluruh manusia. Bukankah tuntunan-tutunan agama yang disampaikan para Rasul merupakan wasiat Allah Subhanahu wa Ta'ala? Sebagaimana firman-Nya disurah lain:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۗ
"SYARO'A LAKUM-MINAD-DIINI MAA WASH-SHOO BIHII NUUḪAW-WALLADZIII AUḪAINAAA ILAIKA WAMAA WASH-SHOINAA BIHIII IBBROHIIMA WA-MUUSAA WA-'IISAAA AN AQIIMUD-DIINA WALAA TATAFARROQUU FIIHI. = Dia (Allah) telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu, "Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya". (QS asy-Syuraa 42: 13).

Al-Biqa'i menghubungkan ayat ini dengan ayat lalu dengan terlebih dahulu menguraikan kandungan ayat yang lalu menyangkut penegakan kesaksian dan penahanan yang dilakukan untuk maksud tersebut hingga selesainya segala yang berkaitan dengan kasus itu, termasuk rahasia yang berkaitan dengan kematian, serta penekanan menyangkut sumpah. Agaknya, ini oleh al-Biqa'i dijadikan titik tolak bagi lahirnya uraian menyangkut penegakan kesaksian di hari Kemudian, penahanan manusia di padang Mahsyar untuk tujuan tersebut, hingga selesainya segala sesuatu yang berkaitan dengan kesaksian setiap manusia di hari Kemudian nanti. Di samping itu, al-Biqa'i juga mengutip pendapat ar-Razi yang menyatakan bahwa telah menjadi kebiasaan Allah, dalam al-Qur'an, menetapkan aneka ketentuan hukum dan kewajiban, lalu disusul dengan uraian tentang soal-soal Ilahiah, atau penjelasan tentang keadaan para Nabi, atau uraian tentang Hari Kiamat, agar uraian itu menguatkan ketentuan-ketentuan hukum dan kewajiban-kewajiban yang disebut sebelumya. Atas dasar itu. Lanjut al-Biqa'i, Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan bahwa: Ingat, dan takutlah akan datangnya satu hari ketika Allah mengumpulkan para Rasul, yang ditugaskan-Nya menyampaikan ketentuan-ketentuan Allah kepada ummat mereka di mana Allah akan menahan para saksi untuk diminta keterangannya lalu Dia berfirman kepada para Rasul itu: "Apa jawaban kaummu terhadap seruan kamu yang Ku-perintahkan untuk kamu sampaikan kepada mereka, apakah mereka menerima dan melaksanakannya atau tidak?"

Karena kesaksian yang bermanfaat pada hari itu adalah kesaksian yang sesuai lahir dengan bathin, dan karena para Rasul tidak mengetahui kecuali keadaan lahir ummatnya dan tidak mengetahui bathin mereka, maka mereka yakni para Rasul itu menjawab: "Tidak ada pengetahuan kami tentang keadaan dan sikap ummat kami yang sebenarnya karena, walaupun kami mengetahui lahir mereka, apa yang ghaib dan yang kami tidak ketahui lebih banyak. Yang ghaib boleh jadi bertentangan dengan yang lahir sehingga pada hakikatnya pengetahuan kami tidak ada. Engkaulah Yang Maha Mengetahui karena: Sesungguhnya engkau-lah yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib."

Boleh jadi juga jawaban para Rasul seperti terbaca di atas karena mereka sadar bahwa pengetahuan mereka tentang keadaan ummatnya sedemikian sedikit, bahkan tidak berarti, jika dibanding dengan pengetahuan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seakan-akan mereka menjawab: "Kami tidak mempunyai pengetahuan yang berarti dibanding dengan pengetahuan-Mu, Ya Allah." Demikian lebih kurang maksud mereka menurut pandangan sementara penafsir. Memang, merupakan suatu adab yang terpuji bagi seseorang yang pengetahuannya terbatas untuk tidak memberi jawaban jika di hadapannya ada yang lebih mengetahui. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa jawaban itu berkaitan dengan keinginan para Rasul agar Allah Subhanahu wa Ta'ala secara langsung memberi putusan terhadap sikap ummat mereka yang membangkang dan memusuhi para Nabi itu, tanpa keterlibatan para Rasul itu untuk menuduh atau menunjukkan kesalahan mereka. Ini, menurut az-Zamakhsyari, serupa dengan seorang raja yang salah satu pembantunya dianiaya oleh satu pihak. Sang raja mengetahui perincian penganiayaan itu, tetapi ia bermaksud mengecam penganiaya sekaligus menunjukkan pembelaannya kepada pembantunya. Maka, dia mempertemukan si pembantu dan si penganiaya, lalu bertanya kepada si pembantu: "Apa yang dilakukan oleh orang itu terhadapmu?" Sang raja sebenarnya tahu tetapi dia ingin mengecam si penganiaya. Pembantu yang dianiaya tidak lagi menceritakan apa perlakuan yang diterimanya. Dia hanya berkata: "Engkau lebih mengetahui."

Ayat ini dapat juga dihubungkan dengan ayat lalu dengan mengaitkannya dengan perintah bertakwa. Seakan-akan ayat ini menyatakan, "Dan bertakwalah kepada Allah antara lain dengan menghindari siksa yang akan terjadi pada hari ketika Allah menghimpun para Rasul."

Kalimat pada Firman-Nya: "(لا عِلْمَ لَنَا) LAA 'ILMA LANAA=tidak ada pengetahuan bagi kami". Ibnu Abbas berkata, Tiada pengetahuan bagi kami kecuali Engkau lebih mengetahui dari kami. Atau, Tiada pengetahuan bagi kami jika dibandingkan dengan ilmu-Mu yang meliputi segala sesuatu, maka meskipun kami mengetahui siapa yang menerima ajaran kami pada lahirnya, tidak mengetahui hakikat bathinnya, dan Engkaulah yang Maha Mengetahui lahir bathinnya segala sesuatu.

Kalimat pada Firman-Nya: (إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ) INNAKA ANTA 'ALLAAMUL-GHUYUUBB= sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib". Engkau Mengetahui apa yang kami tidak ketahui baik yang tampak dan tersembunyi. Abu Su'ud berkata, "Ini adalah menampakkan pengaduan dan mengembalikan perkara kepada pengetahuan Allah terhadap penderitaan yang mereka dapat dari kaumnya dan berlindung kepada Tuhannya dari penyiksaan mereka".

Takutlah kita kepada Allah, waspadalah terhadap siksa-Nya dengan berbuat taat kepada-Nya, dan patuhilah perintah-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak membimbing orang yang keluar dari ketaatan kepada-Nya menuju hidayah-Nya, dan tidak menuntun orang yang menentang syariat-Nya untuk menggapai ridha-Nya.

Semoga bermanfaat dan mudah2an kita dalam keadaan sehat dan afiat, senantiasa dalam lindungan dan bimbingan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Aamiin Yaa Rabbal 'aalamiin...
Sent from BlackBerry® on 3

Bahaya Enggan Bayar Hutang

Bahaya Orang yang Enggan Melunasi Hutangnya

Alhamdulillahi robbil 'alamin. Allahumma sholli 'ala nabiyyina Muhammad, wa 'ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Pada risalah kali ini  kami akan menjelaskan beberapa hal mengenai bahaya orang yang enggan melunasi hutangnya. Semoga bermanfaat.

Keutamaan Orang yang Terbebas dari Hutang

Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فَارَقَ الرُّوحُ الْجَسَدَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاَثٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ مِنَ الْكِبْرِ وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ
"Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] hutang, maka dia akan masuk surga." (HR. Ibnu Majah no. 2412. . Ibnu Majah membawakan hadits ini pada Bab "Peringatan keras mengenai hutang."

Mati Dalam Keadaan Masih Membawa Hutang, Kebaikannya Sebagai Ganti

Dari Ibnu 'Umar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
"Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham." (HR. Ibnu Majah no. 2414.. Ibnu Majah juga membawakan hadits ini pada Bab "Peringatan keras mengenai hutang."

Itulah keadaan orang yang mati dalam keadaan masih membawa hutang dan belum juga dilunasi, maka untuk membayarnya akan diambil dari pahala kebaikannya. Itulah yang terjadi ketika hari kiamat karena di sana tidak ada lagi dinar dan dirham untuk melunasi hutang tersebut.

Urusan Orang yang Berhutang Masih Menggantung

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
"Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya." (HR. Tirmidzi no. 1078. )

Al 'Iroqiy mengatakan, "Urusannya masih menggantung, tidak ada hukuman baginya yaitu tidak bisa ditentukan apakah dia selamat ataukah binasa, sampai dilihat bahwa hutangnya tersebut lunas atau tidak." (Tuhfatul Ahwadzi, 3/142)

Orang yang Berniat Tidak Mau Melunasi Hutang Akan Dihukumi Sebagai Pencuri

Dari Shuhaib Al Khoir, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِىَ اللَّهَ سَارِقًا
"Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri." (HR. Ibnu Majah no. 2410.)

Al Munawi mengatakan, "Orang seperti ini akan dikumpulkan bersama golongan pencuri dan akan diberi balasan sebagaimana mereka." (Faidul Qodir, 3/181)

Ibnu Majah membawakan hadits di atas pada Bab "Barangsiapa berhutang dan berniat tidak ingin melunasinya."
Ibnu Majah juga membawakan riwayat lainnya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ
"Barangsiapa yang mengambil harta manusia, dengan niat ingin menghancurkannya, maka Allah juga akan menghancurkan dirinya." (HR. Bukhari no. 18 dan Ibnu Majah no. 2411). Di antara maksud hadits ini adalah barangsiapa yang mengambil harta manusia melalui jalan hutang, lalu dia berniat tidak ingin mengembalikan hutang tersebut, maka Allah pun akan menghancurkannya. Ya Allah, lindungilah kami dari banyak berhutang dan enggan untuk melunasinya.

Masih Ada Hutang, Enggan Disholati

Dari Salamah bin Al Akwa' radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
Kami duduk di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau bertanya, "Apakah dia memiliki hutang?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Tidak ada." Lalu beliau mengatakan, "Apakah dia meninggalkan sesuatu?" Lantas mereka (para sahabat) menjawab, "Tidak." Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyolati jenazah tersebut.

Kemudian didatangkanlah jenazah lainnya. Lalu para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah shalatkanlah dia!" Lalu beliau bertanya, "Apakah dia memiliki hutang?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Iya." Lalu beliau mengatakan, "Apakah dia meninggalkan sesuatu?" Lantas mereka (para sahabat) menjawab, "Ada, sebanyak 3 dinar." Lalu beliau mensholati jenazah tersebut.

Kemudian didatangkan lagi jenazah ketiga, lalu para sahabat berkata, "Shalatkanlah dia!" Beliau bertanya, "Apakah dia meningalkan sesuatu?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Tidak ada." Lalu beliau bertanya, "Apakah dia memiliki hutang?" Mereka menjawab, "Ada tiga dinar." Beliau berkata, "Shalatkanlah sahabat kalian ini." Lantas Abu Qotadah berkata, "Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung hutangnya." Kemudian beliau pun menyolatinya." (HR. Bukhari no. 2289)

Dosa Hutang Tidak Akan Terampuni Walaupun Mati Syahid

Dari 'Abdillah bin 'Amr bin Al 'Ash, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ
"Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang." (HR. Muslim no. 1886)
Oleh karena itu, seseorang hendaknya berpikir: "Mampukah saya melunasi hutang tersebut dan mendesakkah saya berhutang?" Karena ingatlah hutang pada manusia tidak bisa dilunasi hanya dengan istighfar.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Sering Berlindung dari Berhutang Ketika Shalat

Bukhari membawakan dalam kitab shohihnya pada Bab "Siapa yang berlindung dari hutang". Lalu beliau rahimahullah membawakan hadits dari 'Urwah, dari 'Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
كَانَ يَدْعُو فِى الصَّلاَةِ وَيَقُولُ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ » . فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مِنَ الْمَغْرَمِ قَالَ « إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ » .
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berdo'a di akhir shalat (sebelum salam): ALLAHUMMA INNI A'UDZU BIKA MINAL MA'TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang)."

Lalu ada yang berkata kepada beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, "Kenapa engkau sering meminta perlindungan adalah dalam masalah hutang?" Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika orang yang berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan mengingkari." (HR. Bukhari no. 2397)

Al Muhallab mengatakan, "Dalam hadits ini terdapat dalil tentang wajibnya memotong segala perantara yang menuju pada kemungkaran. Yang menunjukkan hal ini adalah do'a Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika berlindung dari hutang dan hutang sendiri dapat mengantarkan pada dusta." (Syarh Ibnu Baththol, 12/37)

Adapun hutang yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berlindung darinya adalah tiga bentuk hutang:
Hutang yang dibelanjakan untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah dan dia tidak memiliki jalan keluar untuk melunasi hutang tersebut.
Berhutang bukan pada hal yang terlarang, namun dia tidak memiliki cara untuk melunasinya. Orang seperti ini sama saja menghancurkan harta saudaranya.
Berhutang namun dia berniat tidak akan melunasinya. Orang seperti ini berarti telah bermaksiat kepada Rabbnya. Orang-orang semacam inilah yang apabila berhutang lalu berjanji ingin melunasinya, namun dia mengingkari janji tersebut. Dan orang-orang semacam inilah yang ketika berkata akan berdusta. (Syarh Ibnu Baththol, 12/38)
Itulah sikap jelek orang yang berhutang sering berbohong dan berdusta. Semoga kita dijauhkan dari sikap jelek ini.

Kenapa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sering berlindung dari hutang ketika shalat? Ibnul Qoyyim dalam Al Fawa'id (hal. 57, Darul Aqidah) mengatakan, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak hutang karena banyak dosa akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak utang akan mendatangkan kerugian di dunia."

Inilah do'a yang seharusnya kita amalkan agar terlindung dari hutang: ALLAHUMMA INNI A'UDZU BIKA MINAL MA'TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang).

Berbahagialah Orang yang Berniat Melunasi Hutangnya

Ibnu Majah dalam sunannya membawakan dalam Bab "Siapa saja yang memiliki hutang dan dia berniat melunasinya." Lalu beliau membawakan hadits dari Ummul Mukminin Maimunah.
كَانَتْ تَدَّانُ دَيْنًا فَقَالَ لَهَا بَعْضُ أَهْلِهَا لاَ تَفْعَلِى وَأَنْكَرَ ذَلِكَ عَلَيْهَا قَالَتْ بَلَى إِنِّى سَمِعْتُ نَبِيِّى وَخَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدَّانُ دَيْنًا يَعْلَمُ اللَّهُ مِنْهُ أَنَّهُ يُرِيدُ أَدَاءَهُ إِلاَّ أَدَّاهُ اللَّهُ عَنْهُ فِى الدُّنْيَا ».
Dulu Maimunah ingin berhutang. Lalu di antara kerabatnya ada yang mengatakan, "Jangan kamu lakukan itu!" Sebagian kerabatnya ini mengingkari perbuatan Maimunah tersebut. Lalu Maimunah mengatakan, "Iya. Sesungguhnya aku mendengar Nabi dan kekasihku shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika seorang muslim memiliki hutang dan Allah mengetahui bahwa dia berniat ingin melunasi hutang tersebut, maka Allah akan memudahkan baginya untuk melunasi hutang tersebut di dunia." (HR. Ibnu Majah no. 2399)

Dari hadits ini ada pelajaran yang sangat berharga yaitu boleh saja kita berhutang, namun harus berniat untuk mengembalikannya. Perhatikanlah perkataan Maimunah di atas.
Juga terdapat hadits dari 'Abdullah bin Ja'far, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الدَّائِنِ حَتَّى يَقْضِىَ دَيْنَهُ مَا لَمْ يَكُنْ فِيمَا يَكْرَهُ اللَّهُ
"Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah." (HR. Ibnu Majah no. 2400)
Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam membayar hutang. Ketika dia mampu, dia langsung melunasinya atau melunasi sebagiannya jika dia tidak mampu melunasi seluruhnya. Sikap seperti inilah yang akan menimbulkan hubungan baik antara orang yang berhutang dan yang memberi hutangan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً
"Sesungguhnya yang paling di antara kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang." (HR. Bukhari no. 2393)

Ya Allah, lindungilah kami dari berbuat dosa dan beratnya hutang, mudahkanlah kami untuk melunasinya.
Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu 'ala nabiyyiina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Salam Hijrah, UniQ
Sent from BlackBerry® on 3

Rabu, 27 Maret 2013

Surat Al Maidah 107-108

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan baik dan benar.

KEUTAMAAN MEMAHAMI AL-QUR'AN WALAU PUN HANYA SATU AYAT:
Khalifah sayyidina 'Ali radhiallahu 'anhu berkata, "Tidak ada kebaikan dalam ibadah yang tidak dipahami. Tiada kebaikan dalam bacaan yang tidak direnungi. Dan waspadalah dirimu dari keasyikan dengan jumlah khataman yang engkau lakukan. Karena sesungguhnya mengulang-ulang satu ayat dalam satu malam dengan merenunginya adalah lebih baik bagimu daripada dua kali khataman. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah membaca 'BISMILLAAHIR-ROHMAANIR- ROHIIM' kemudian mengulang-ulangnya sebanyak dua puluh kali.

Kajian kita hari ini masih membicarakan tentang wasiat, persaksian dan sumpah, setelah ayat sebelumnya Allah Ta'ala telah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, persaksian di antara kamu apabila kematian telah hadir kepada salah seorang kamu, sedang dia akan berwasiat, adalah oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang selain kamu jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa musibah kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah shalat lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu: "Kami tidak akan menukarnya dengan harga yang sedikit walaupun untuk karib kerabat, dan kami tidak (pula) menyembunyikan persaksian Allah; Sesungguhnya kalau kami demikian tentulah kami termasuk pendosa-pendosa." Maka pada dua ayat lanjutan ini Allah Ta'ala berfirman:

QS AL-MAA-IDAH 5: 107.
فَإِنْ عُثِرَ عَلَى أَنَّهُمَا اسْتَحَقَّا إِثْمًا فَآخَرَانِ يَقُومَانِ مَقَامَهُمَا مِنَ الَّذِينَ اسْتَحَقَّ عَلَيْهِمُ الأوْلَيَانِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ لَشَهَادَتُنَا أَحَقُّ مِنْ شَهَادَتِهِمَا وَمَا اعْتَدَيْنَا ۖ  إِنَّا إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ
FA-IN 'UTSIRO 'ALAAA ANNAHUMAS-TAḪAQOOO ITSMAN FA-AAKHOROONI YAQUUMAANI MAQOOMAHUMAA MINAL-LADZIINAS-TAḪAQQO 'ALAIHIMUL-AULAYAANI FAYUQQSIMAANI BILLAAHI LASYAHAADATUNAAA AḪAQQU MIN SYAHAADATIHIMAA WAMA'TADAINAAA, INNAAA IDZAL-LAMINAZH-ZHOOLIMIINA. = Jika ditemukan bahwa kedua (saksi itu) memperbuat dosa[455], maka dua orang yang lain yang berhak, yang lebih dekat kepada orang yang meninggal untuk menempati keduanya, lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah: "Sesungguhnya persaksian kami lebih ḫaq daripada persaksian kedua saksi itu, dan kami tidak melanggar batas, sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang zhalim.

Keterangan: [455] maksudnya, melakukan kecurangan dalam persaksiannya, dan hal ini diketahui setelah ia melakukan sumpah.

Translation In English: "But if it gets known that these two were guilty of the sin (of perjury), let two others stand forth in their places,- nearest in kin from among those who claim a lawful right: let them swear by Allah: "We affirm that our witness is truer than that of those two, and that we have not trespassed (beyond the truth): if we did, behold! the wrong be upon us!"

"FA-IN=maka jika" 'UTSIRO=didapati" terbukti,  'ALAAA=atas" bahwa "ANNAHUMAA=keduanya" setelah bersumpah "IS-TAḪAQOOO=keduanya melakukan" "ITSMAN=dosa" artinya melakukan perbuatan yang mengakibatkan dosa, seperti berkhianat atau berdusta dalam kesaksiannya; hal ini diperkuat dengan adanya bukti bahwa keduanya hanya mengaku telah membeli barang yang diwasiatkan itu dari si mayat atau mereka mengaku bahwa si mayat telah mewasiatkan untuk mereka, "FA-AAKHOROONI=maka dua orang yang lainnya" "YAQUUMAANI=menggantikan" "MAQOOMAHUMAA=posisi keduanya" untuk mengajukan tuntutan kepada mereka berdua, "MINAL-LADZIINA=dari orang-orang yang" "AS-TAḪAQQO=berhak" menerima wasiat; mereka ialah para ahli waris dari si mayat kemudian keduanya diganti, 'ALAIHIMU=atas mereka" "AL-AULAYAANI=dua orang yang paling dekat" kepada orang yang mati; artinya dua orang yang kekerabatannya dekat dengan si mayat. Di dalam suatu qiraat dibaca AL-AWWALIIN, jamak dari kata awwal sebagai sifat atau badal dari kata ALLADZIINA, "FAYUQQSIMAANI=lalu keduanya bersumpah" "BILLAAHI=dengan (nama) Allah" mengenai khianat yang dilakukan oleh kedua saksi pertama, lalu mengucapkan:  "LASYAHAADATUNAAA=sungguh kesaksian kami" sumpah kami ini "AḪAQQU=lebih berhak" lebih diakui,  "MIN=dari" "SYAHAADATIHIMAA=kesaksian keduanya" "WAMA'TADAINAAA=dan tidak kami melanggar ketentuan", "INNAAA=sungguh kami" "IDZAN=jika (berbuat) demikian" "LAMINA=tentu termasuk" "AZH-ZHOOLIMIIN=orang-orang zhalim".

Selanjutnya ayat ini memberi tuntunan jika ternyata oleh penguasa atau ahli waris dinyatakan bahwa kedua orang yang bersumpah sebelum ini berbohong, yakni Jika ditemukan secara sengaja atau kebetulah bahwa keduanya, yakni saksis-saksi itu, memperbuat dosa, dengan berbohong dalam hal persaksian mereka, maka dua orang yang lain, yaitu dua orang di antara ahli waris, yang berhak dan yang lebih dekat kepada orang yang meninggal untuk menempati tempat keduanya yang ditemukan berbuat dosa itu. Kedua orang ini memajukan tuntutan, lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah: "Sesungguhnya persaksian kami, yakni sumpah kami yang berbeda kandungannya dengan persaksian kedua orang sebelum kami, lebih ḫaq yakni lebih layak diterima daripada persaksian kedua saksi itu karena persaksian mereka hanya secara lahiriah dan formal sedang persaksian kami secara lahir dan bathin, formal dan material, kesemuanya sesuai dengan kenyataan, dan kami dengan sumpah kami ini tidak melanggar batas, yakni tidak mengada-ada dengan menuduh kedua saksi yang lalu berbohong dan sumpah ataupun kesaksian mereka, sesungguhnya kalau demikian, yakni melampaui batas dan mengada-ada, tentulah termasuk orang-orang zhalim yang menganiaya diri sendiri dan menganiaya pihak lain,"

Dalam ayat ini diterangkan bahwa wasiat begitu pentingnya, agar jangan terjadi perselisihan antara ahli waris. Begitulah ajaran Islam. Generasi penerus harus dibina dan dipelihara agar mereka tetap utuh bersatu mengabdi kepada Allah. Jangan sampai mereka berantakan sesudah meninggal ibu-bapak atau saudara-saudaranya. Contoh doa Nabi Ibrahim yang mengharapkan anak cucunya menjadi orang shaleh dan hidup makmur patut ditiru dan diteladani.

QS AL-MAA-IDAH 5: 108.
ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يَأْتُوا بِالشَّهَادَةِ عَلَى وَجْهِهَا أَوْ يَخَافُوا أَنْ تُرَدَّ أَيْمَانٌ بَعْدَ أَيْمَانِهِمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاسْمَعُوا ۗ  وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ۚ
DZAALIKA ADDNAAA AY-YA'TUU BISY-SYAHAADATI 'ALAA WAJJHIHAAA AU YAKHOOFUUU AN TURODDA AIMAA-NUM-BA'DA AIMAAA-NIHIM, WATTAQULLOOHA WASMA'UU, WALLOOHU LAA YAHDIL-QAUMAL-FAASIQIINA. = Itu lebih dekat untuk menjadikan mereka mengemukakan persaksian sesuai keadaannya atau merasa takut akan dikembalikan sumpahnya sesudah mereka bersumpah[456]. Dan bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Keterangan: [456] maksud sumpah itu dikembalikan, ialah saksi-saksi yang berlainan agama itu ditolak dengan bersumpahnya saksi-saksi yang terdiri dari karib kerabat, atau berarti orang-orang yang bersumpah itu akan mendapat balasan di dunia dan akhirat, karena melakukan sumpah palsu.

Translation In English: "That is most suitable: that they may give the evidence in its true nature and shape, or else they would fear that other oaths would be taken after their oaths. But fear Allah, and listen (to His counsel): for Allah guideth not a rebellious people"

"DZAALIKA=demikian itu" hukum yang telah disebutkan itu, yaitu yang menyangkut perpindahan sumpah kepada para ahli waris, "ADDNAAA=lebih dekat" patut "AN=agar" "YA'TUU=mereka datang" artinya para saksi itu atau orang-orang yang diwasiatkan, "BISY-SYAHAADATI=dengan kesaksian" 'ALAA=atas" "WAJJHIHAAA=(yang) sebenarnya" tidak menyembunyikan "AU=atau" lebih dekat untuk menjadikan mereka "YAKHOOFUUU=mereka takut" "AN=akan" "TURODDA AIMAA-NUN=dikembalikan sumpah (nya)" pada ahli waris, "BA'DA=sesudah" "AIMAAA-NIHIM=sumpah mereka" kepada para ahli waris yang mengajukan tuntutan, maka ahli waris si mayat melakukan sumpah yang menyatakan khianat mereka dan kedustaan yang mereka lakukan yang akibatnya mereka akan ditelanjangi kejelekannya hingga mereka harus mengganti kerugian kepada ahli waris mayat, oleh karena itu janganlah kamu berdusta, "WATTAQULLOOHA=dan bertakwalah kalian kepada Allah" dengan cara meninggalkan perbuatan khianat dan dusta, "WASMA'UU=dan kalian dengarkanlah" dengan pendengaran yang insaf akan hal-hal yang kamu diperintahkan melakukannya, "WALLOOHU=dan Allah" "LAA=tidak" YAHDII=memberi petunjuk" "AL-QAUMA=(kepada) kaum" "AL-FAASIQIIN=orang-orang yang fasik" orang-orang yang keluar dari garis ketaatan terhadap-Nya atau orang-orang yang menyimpang dari jalan yang baik.

Setelah menjelaskan ketentuan di atas, ayat ini menjelaskan hikmah dari ketentuan tersebut, yakni bahwa Itu, yakni ketentuan hukum tentang wasiat dalam perjalanan di mana terjadi kematian, lebih dekat untuk menjadikan mereka yakni para saksi mengemukakan persaksian sesuai keadaannya yang sebenarnya tanpa melebihkan atau mengurangi, didorong oleh rasa takut kepada Allah atau, kalau bukan karena dorongan rasa takut kepada Allah, maka paling tidak menjadikan mereka merasa takut akan dikembalikan sumpahnya kepada ahli waris sesudah mereka bersumpah. Dan bila ini terjadi, nama baik mereka tercemar di hadapan umum. Dan jika demikian itu halnya. Maka bertakwalah kepada Allah dengan menunaikan wasiat, mengucapkan sumpah yang benar, dan dengarkanlah, yakni patuhilah semua perintah-Nya, agar kamu mendapat petunjuk, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Firman-Nya: menjadikan mereka mengemukakan persaksian sesuai keadaannya adalah penjelasan hikmah perintah bersumpah setelah shalat, sedang firman-Nya: takut akan dikembalikan sumpahnya adalah hikmah dari sumpah yang diperintahkan kepada ahli waris untuk menunjukkan kebohongan sumpah kedua saksi terdahulu.

Ayat ini menekankan perlunya setiap orang menulis wasiatnya dan bahwa wasiat sebaiknya dipersaksikan karena dengan adanya wasiat tertulis, apalagi bila dipersaksikan, akan banyak sengketa yang dapat dihindari.

Ayat ini juga mengisyaratkan pengukuhan sumpah dengan memilih waktu-waktu tertentu. Dalam ayat ini adalah setelah shalat. Rasul shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakannya setelah shalat Ashar. Pengukuhan itu dapat juga dilakukan dengan memilih tempat tertentu. Dalam konteks ini, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak seorang pun yang bersumpah di mimbarku dengan sumpah palsu, kecuali telah mengambil tempatnya di neraka" (HR Malik, Ahmad, dan Abu Daud). Pengukuhan sumpah dapat juga dilakukan dengan mengulang-ulangi redaksi sumpah, sejalan dengan pengulangan redaksi persaksian dalam menuduh istri berzina atau menolak tuduhan itu dari pihak istri (seperti tersebut dalam QS an-Nuur 24: 5-10).  Pengukuhan sumpah dapat juga dilakukan dengan memilih kata-kata yang dinilai dapat menjadikan yang bersumpah berkata benar dalam sumpahnya, seperti redaksi ayat di atas. Kini, ada juga yang mengukuhkan sumpah dengan jalan meletakkan al-Qur'an di atas kepala yang bersumpah. Ini, walau tidak dikenal pada masa Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, karena ketika itu al-Qur'an belum dibukukan, tetapi tidak ada salahnya ditempuh untuk tujuan pengukuhan itu.

Semoga bermanfaat dan menambah wawasan keagamaan kita. Dan mudah2an dengan membaca al-Qur'an dan memahami isinya semakin menjadikan kita lebih bertakwa kepada Allah, yaitu semakin rajin melaksanakan yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang dilarangan-Nya, Aaamin Yaa Rabbal 'Aalamiin...
Sent from BlackBerry® on 3

Notification!!!

THE COCA COLA COMPANY OFFICIAL PRIZE NOTIFICATION LONDON.
COCA COLA AWARD PROMOTION OFFICE®
22 Garden Close, Stamford Lincs PE9 2YP, London.
UNITED KINGDOM.

Dear: e-Mail Winner,

NB: In regards to this New year E-mail raffle draw held March, 2013
in the UNITED KINGDOM COCA-COLA ONLINE AWARD BOARD has given 500,000.00
GBP(FIVE HUNDRED THOUSAND GREAT POUNDS STERLINGS), One(1) HP Laptop and
Two(2) Black Berry Phones to the active email users of the Internet/web.

Your E-mail is lucky to be one of the winners of 500,000.00 GBP(FIVE
HUNDRED THOUSAND GREAT POUNDS STERLINGS).ALL PARTICIPANTS WERE SELECTED
RANDOMLY FROM WORLD WIDE WEB SITE THROUGH COMPUTER DRAWS SYSTEM AND
EXTRACTED FROM OVER 10,000,000 COMPANIES AND PERSONAL E-MAILS. SO YOUR
EMAIL IS YOUR ONLINE AUTOMATIC TICKET THAT QUALIFIED YOU FOR THIS DRAW, NO
TICKET WERE SOLD. OUR WINNING NOTIFICATION WAS SENT VIA E-MAIL TO ALL
LUCKY E-MAILS ADDRESSES FOR YOU TO RECEIVE OUR WINNING NOTIFICATION E-MAIL
AS WE HAVE INDICATED.

Fill The Claims Form Bellow And Send To Claims Unit:

1. Full Name:
2. Full Address:
3. Occupation:
4. Home Tel:
5. Mobile Tel:
6. Sex:
7. Age:
8. Marital Status:
9. Country:
10. State:
11. Nationality:
12. Known Language:
13. Ticket Number: AP-09109/12
14. Have you won an Award before:

Claims Agent: Mr. Robert White
Email: cocacolaclaim.depth13@hotmail.co.uk
Tel: +44-871-915-9512

Congratulation!!
Coonan Barry
Online Award Director.

Selasa, 26 Maret 2013

Doa Sakinah

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ya Allah, hanya Engkaulah Sang Maha Pembolak-balik hati hamba Mu, berikan ridho Mu, limpahi kami dengan sakinah, krn ketenangan itu milik Mu Ya Robb,  berikan kepada kami  hamba Mu agar menjadi hamba hamba  yang memiliki hati, lisan, pikiran dan sikap yang Engkau sukai.
Berikan kami kesempatan untuk bermujahadah dan semakin bersungguh2 berusaha melakukan apapun yang Engkau ridhoi & sukai, istiqomahkan amal ibadah kami dalam kondisi dan situasi apapun sehingga  hati kami   tetap sakinah. Krn  ketenangan dan kebahagiaan datangnya , hanya dari Mu Ya Robb. Berharap selain Mu pastilah hanya semu dan bagai fatamorgana.
Hanya Engkau tempat kami bergantung dan memohon pertolongan.
Ya Kholiq, Ya Malik, Ya Roziq
آَمِيْن يَارَبَّ الْعَالَمِيْن
Sent from BlackBerry® on 3

Surat Al Maidah 106

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan baik dan benar.

AL-QUR'AN SEBAGAI PEMBERI SYAFAAT:
Dari Abu Umamah radhiallah 'anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah al-Qur'an. Sesungguhnya ia akan datang pada hari Kiamat untuk memberikan syafa'at kepada orang-orang yang membacanya". (HR Imam Muslim).

Kajian kita hari ini dan dua ayat berikutnya membicarakan tentang wasiat, persaksian dan sumpah, selamat bertadarus dan menyimak isinya.

QS AL-MAA-IDAH 5: 106.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا شَهَادَةُ بَيْنِكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِينَ الْوَصِيَّةِ اثْنَانِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ أَوْ آخَرَانِ مِنْ غَيْرِكُمْ إِنْ أَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِي الأرْضِ فَأَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةُ الْمَوْتِ ۗ تَحْبِسُونَهُمَا مِنْ بَعْدِ الصَّلاةِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّهِ إِنِ ارْتَبْتُمْ لا نَشْتَرِي بِهِ ثَمَنًا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى ۙ وَلا نَكْتُمُ شَهَادَةَ اللَّهِ إِنَّا إِذًا لَمِنَ الآثِمِينَ
YAAA AYYUHAL-LADZIINA AAMANUU SYAHAADATU BAINAKUM IDZAA ḪADHORO AḪADAKUMUL-MAUTU ḪIINAL-WASHIYYATITS-NAANI DZAWAA 'ADDLIM-MINKUM AU AAKHOROONI MIN GHOIRIKUM IN ANTUM DHOROBBTUM FIL-ARDHI FA-ASHOOBATKUM-MUSHIIBATUL-MAUTI. TAḪBISUUNAHUMAA MIM-BA'DISH-SHOLAATI FAYUQQSIMAANI BILLAAHI INIRTABBTUM LAA NASYTARII BIHII TSAMANAW-WALAU KAANA DZAA QURBAA, WALAA NAKTUMU SYAHAADATALLOOHI INNAAAA IDZAL-LAMINAL-AATSIMIINA. = Hai orang-orang yang beriman, persaksian di antara kamu apabila kematian telah hadir kepada salah seorang kamu, sedang dia akan berwasiat, adalah oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang selain kamu jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa musibah kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah shalat lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu: "Kami tidak akan menukarnya dengan harga yang sedikit walaupun untuk karib kerabat, dan kami tidak (pula) menyembunyikan persaksian Allah; Sesungguhnya kalau kami demikian tentulah kami termasuk pendosa-pendosa."

Translation In English: "O ye who believe! When death approaches any of you, (take) witnesses among yourselves when making bequests,- two just men of your own (brotherhood) or others from outside if ye are journeying through the earth, and the chance of death befalls you (thus). If ye doubt (their truth), detain them both after prayer, and let them both swear by Allah: "We wish not in this for any worldly gain, even though the (beneficiary) be our near relation: we shall hide not the evidence before Allah: if we do, then behold! the sin be upon us!"

"YAAA AYYUHA=wahai" "AL-LADZIINA=orang-orang yang" "AAMANUU=mereka beriman" "SYAHAADATU=kesaksian" (persaksikanlah) "BAINAKUM=di antara kalian" "IDZAA=apabila" "ḪADHORO=hadir" datang, "AḪADAKUMU=(kepada) salah seorang (dari) kalian" "AL-MAUTU=kematian" menghadapi hal-hal yang menyebabkan kepada kematian, "ḪIINA=ketika" "AL-WASHIYYATI=berwasiat" "ITS-NAANI=(oleh) dua orang" "DZAWAA=(yang) keduanya memiliki" 'ADDLIN=(sifat) adil" "MINKUM=dari kalian" Kalimat SYAHAADATU BAINIKUM adalah kalimat berita yang bermakna perintah; yang artinya hendaklah disaksikan/liyasyhad. Mengidhafatkan Lafal SYAHAADAH kepada Lafal BAINA menunjukkan makna keluasan memilih; kata HIINA merupakan badal (kata ganti) dari kata IDZAA atau menjadi zharaf bagi kalimat HADHARA,"AU=atau" "AAKHOROONI=dua orang yang lain" walau yang bukan seagama denganmu, "MIN=dari" "GHOIRIKUM=selain kalian" "IN=jika" "ANTUM=kalian" "DHOROBBTUM=kalian (sedang) bepergian" "FIL-ARDHI=di muka bumi" "FA-ASHOOBATKUM=lalu menimpa kalian" "MUSHIIBATU=bencana" "AL-MAUTI=kematian". "TAḪBISUUNAHUMAA=tahanlah keduanya" untuk melakukan sumpah, kalimat ini menjadi kata sifat dari lafal AAKHOROONI, "MIN=dari" "BA'DI=sesudah" "ASH-SHOLAATI=shalat" , "FAYUQQSIMAANI=lalu keduanya bersumpah" "BILLAAHI=dengan (nama) Allah" "IN=jika "IRTABBTUM=kalian ragu-ragu" kamu merasa syakwasangka mengenainya, kemudian keduanya mengatakan: "LAA=tidak" (akan), "NASYTARII=kami menjual belikan" "BIHII=dengannya" sumpah ini, atas nama Allah "TSAMANAN=(dengan) harga" (apapun) sebagai imbalan berupa materi/duniawi yang kami ambil sebagai penggantinya dengan cara bersumpah atau mengadakan kesaksian dusta demi untuk meraih imbalan itu, "WALAU=meskipun" "KAANA=adalah" ia yang minta kami bersaksi, "DZAA=mempunyai" "QURBAA=ikatan kerabat" familinya sendiri, "WALAA=dan tidak" "NAKTUMU=kami sembunyikan" "SYAHAADATALLOOHI=kesaksian Allah" yang kami diperintahkan-Nya untuk melaksanakannya, "INNAAAA=sungguh kami" "IDZAN=jika" kami menyembunyikannya "LAMINA=tentu termasuk dari" "AL-AATSIMIIN=orang-orang yang" berdosa.

Setelah menjelaskan aneka ketentuan agama dan mengecam sejumlah adat kebiasaan dan keyakinan yang bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi, kini tiba saatnya menutup tuntunan-tuntunan-Nya dengan mengingatkan tentang kematian serta tuntunan berwasiat. Untuk maksud tersebut, ayat ini menyeru kaum beriman: Hai orang-orang yang mengaku beriman, persaksian di antara kamu apabila tanda-tanda dekatnya kematian telah hadir kepada salah seorang kamu, sedang dia akan berwasiat, adalah bahwa persaksian wasiat itu oleh dua orang beriman yang adil di antara kamu, wahai kaum beriman, atau dua orang selain kamu, yakni yang berlainan agama dengan kamu jika kamu tidak menemukan yang wajar menjadi saksi dari ummat yang seagama dengan kamu, misalnya jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa musibah dengan hadirnya tanda-tanda kematian.

Kalau kamu, wahai ahli waris, ragu tentang kesaksian mereka, laporkanlah kepada penguasa (hakim). Selanjutnya, ayat ini mengarahkan perintahnya kepada penguasa (hakim) dengan menyatakan: "Hendaklah, Kamu tahan kedua saksi itu sesudah shalat agar mereka bersumpah. Lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah—ini—jika kamu ragu tentang kesaksian mereka dengan menyuruhnya berkata: "Demi Allah, kami tidak akan menukarnya, yakni kandungan sumpah kami ini, dengan harga sebanyak apa pun karena ia pada hakikatnya adalah harta yang sedikit, walaupun penukaran itu untuk kepentingan karib kerabat, dan kami tidak pula menyembunyikan persaksian Allah, yakni sumpah kami ini tidak mengandung perubahan terhadap apa yang diperintahkan Allah untuk dipersaksikan, tidak seorang tidak juga yang akan datang; sesungguhnya kalau kami demikian, yakni menyembunyikan persaksian atau mengubahnya, maka tentulah kami termasuk pendosa-pendosa yakni orang-orang yang benar-benar telah mendarah daging dan membudaya dosa dan pelanggaran dalam segala aktivitasnya."

Sejumlah riwayat dikemukakan para pakar tentang Sabab Nuzul ayat ini, walau perinciannya berbeda tetapi intinya sama. Salah satu riwayat tersebut adalah apa yang diriwayatkan melalui Ibnu Abbas yang menyebut bahwa ada dua orang, masing-masing Tamid ad-Dari dan 'Adi Ibnu Badda'. Mereka berdua sering kali mondar-mandir ke Mekkah. Suatu ketika, mereka berdua ditemani oleh seorang permuda dari Bani Sahm, bernama Budail Ibnu Abi Maryam menuju ke Syam. Dalam perjalanan, pemuda itu jatuh sakit dan meninggal dunia di suatu daerah yang tidak berpenduduk Muslim. Sebelum wafat, ia berwasiat kepada Tamin dan 'Adi agar menyerahkan harta perninggalannya kepada keluarganya, dengan menyertakan sepucuk surat yang menjelaskan barang-barang yang ditinggalkannya. Salah satu di antaranya adalah wadah yang terbuat dari ukiran perak berwarna-warni. Tamim dan 'Adi yang tidak mengetahui surat itu menjual wadah tersebut dan menyerahkan sisa harta wasiat Budail kepada keluarganya. Ketika keluarga Budail menyanyakan tentang wadah yang terbuat dari perak itu, Tamim dan 'Adi mengingkarinya. Maka, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyumpah keduanya. Tidak lama kemudian, yang hilang itu ditemukan pada seorang yang mengaku membelinya dari Tamim dan 'Adi. Keluarga Budail datang kepada Nabi shallallahu 'alihi wasallam dan bersumpah bahwa kesaksian mereka lebih wajar diterima daripada sumpah Tamim dan 'Adi. Maka, Rasul shallallahu 'alaihi wasallam membenarkan dan memberi wadah tersebut kepada keluarga yang meninggal itu. Dalam sebuah riwayat, diinformasikan bahwa 'Adi mengembalikan uang harga wadah yang dijualkanya kepada ahli waris yang berhak menerimanya.

Dari penjelasan ayat di atas, terlihat bahwa firman-Nya Kamu tahan kedua saksi itu sesudah shalat tidak berkaitan dengan sebelumnya, tetapi perintah kepada penguasa atau hakim, untuk menahan kedua saksi—bila diragukan kesaksiannya—guna diminta untuk bersumpah. Jika demikian, maka tidak perlu adanya sumpah itu bila tidak ada keraguan terhadap mereka.

Thahir Ibnu 'Asyur mempunyai pendapat lain menyangkut kata (إِنِ ارْتَبْتُمْ) INIRTABBTUM=kalau kamu ragu. Kata ini, menurutnya, termasuk ucapan yang diucapkan oleh saksi, dalam arti dia mengucapkan bahwa, "Kalau kamu ragu tentang kebenaran kesaksian kami, kami bersumpah, demi Allah, bahwa kami tidak akan menukarnya dengan harga yang sedikit walaupun untuk karib kerabat dst." Ini untuk menenangkan hati para memilik hak. Menurut Ibnu Asyur, kesaksian pada dasarnya, hendaknya dipercaya walaupun kemungkinan kebohongan tetap ada. Untuk menghindarkan kemungkinan itulah maka diperlukan sumpah. Di sisi lain, memahaminya seperti ini tidak akan memojokkan siapa pun yang menjadi saksi karena ia berlaku dan diucapkan oleh semua yang menyampaikan kesaksian, berbeda jika sumpah tersebut hanya dimintakan kepada mereka yang diragukan. Demikian Ibnu Asyur.

Kata kamu dalam firman-Nya: "ITS-NAANI DZAWAA 'ADDLIN MINKUM AU AAKHOROONI MIN GHOIRIKUM=oleh dua orang yang adil diantara kamu, atau dua orang selain kamu, dipahami dalam arti kamu hai kaum beriman. Pemahaman ini berdasarkan redaksi yang secara jelas dimulai dengan ajakan kepada orang-orang beriman. Ada juga yang memahaminya dalam arti: "Dua orang adil di antara suku atau kabilah kamu dan, bila tidak ditemukan, dua orang selain dari suku atau kabilah kamu." Agaknya, mereka, yang menganut pendapat kedua ini, enggan menerima kesaksian non-Muslim terhadap orang-orang Islam. Tetapi, pemahaman mereka tidak sejalan dengan nilai-nilai universal yang diajarkan Islam, bahkan sangat janggal dari segi bahasa dan karena itu pendapat ini tidak wajar diterima. Memang, ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya non-Muslim menjadi saksi atas Muslim. Yang menolak kesaksian non-Muslim menilai bahwa penggalan ayat di atas—yang membolehkan kesaksian dimaksud—telah dibatalkan hukumnya oleh ayat lain yang memerintahkan untuk mempersaksikan saksi yang diridhai oleh kaum Muslimin (baca al-Baqarah 2: 282). Ini adalah pendapat Imam Malik, Abu Hanifah dan Imam Syafi'i.

Pendapat yang menyatakan bahwa penggalan ayat di atas telah dibatalkan hukumnya, tidak disetujui oleh banyak ulama. Apalagi surah al-Maa-idah termasuk surah terakhir yang diterima oleh Rasul shallallahu 'alaihi wasallam. Atas dasar itu, banyak ulama yang berpendapat bahwa kesaksian non-Muslim terhadap Muslim dapat dibenarkan apalagi dalam keadaan darurat atau dalam perjalanan seperti bunyi ayat ini.

Tampaknya, pembatasan kesaksian non-Muslim terhadap Muslim yang dipahami oleh ulama itu disebabkan sebagian penganut agama—apalagi orang-orang Yahudi—secara tegas membolehkan penipuan terhadap kaum Muslimin, sebagaimana ditegaskan oleh ucapan mereka sendiri yang diabadikan al-Qur'an bahwa: "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (kaum Muslimin)" QS Aali 'Imraan 3: 75).

Firman-Nya: (تَحْبِسُونَهُمَا) "TAḪBISUUNAHUMAA=tahanlah kedua saksi itu" maksudnya bukan dalam arti dipenjarakan, tetapi diminta untuk tidak kemana-mana sebelum bersumpah.

Kata (مِنْ) MIN pada firman-Nya: (مِنْ بَعْدِ الصَّلاةِ) MIN BA'DI SHALAAH=sesudah shalat, dimaksudkan untuk memberi makna kedekatan waktu sesudah shalat, yakni bahwa sumpah itu dilakukan setelah baru saja shalat selesai dilakukan. Bahwa sumpah itu dilakukan setelah shalat baru saja selesai dilaksanakan karena shalat merupakan salah satu saat yang sangat dihormati oleh pemeluk agama mengingat bahwa ia adalah saat menghadap ke Yang Maha Kuasa sehingga diharapkan dengan selesainya shalat beberapa saat yang lalu jiwa yang bersumpah atau bersaksi masih diliputi oleh rasa takut kepada Tuhan dan, dengan demikian, diharapkan pula kesaksian yang disampaikannya adalah kesaksian yang benar.

Semoga menambah wawasan dan ilmu yang bermanfaat, selamat beraktivitas...

Salam Hijrah, UniQ
Sent from BlackBerry® on 3

Senin, 25 Maret 2013

Al Maiidah 105

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesempatan untuk bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan metode tafsir perkata, pembahasan dari ayat ke ayat, semoga dengan cara ini kita dapat menguasai bahasa Arab dan memahami al-Qur'an dengan baik dan benar. Diharapkan juga agar kita beserta keluarga dan orang-orang yang kita cintai dapat membentengi diri terhadap paham-paham yang menyesatkan yang semakin marak akhir-akhir ini.

Setelah Allah menjelaskan tentang orang-orang yang apabila diajak bicara dan dikatakan: "Ikutilah Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya," orang-orang musyrik itu menjawab, "Cukup bagi kami mengikuti segala sesuatu yang sudah kami warisi dari nenek moyang kami." Kalau nenek moyang mereka adalah orang-orang bodoh, sesat, tidak memahami kebenaran, tidak mengenal yang makruf, tidak mengingkari kemungkaran, tidak mendapat petunjuk kepada kebenaran, dan tidak mengikuti petunjuk, lantas bagaimana mereka mengikuti nenek moyang mereka ini dan meninggalkan petunjuk yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Bagaimana mereka mendahulukan pendapat mereka atas wahyu kalau mereka adalah manusia paling sesat dan paling bodoh. Maka pada ayat lanjutan ini Allah berfirman:

QS AL-MAA-IDAH 5: 105.
أ عو ذ بالله من تاشيطان الرجيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ ۚ لا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۗ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
YAAA AYYUHAAL-LADZIINA AAMANUU 'ALAIKUM ANFUSAKUM, LAA YADHURRUKUM-MAN DHOLLA IDZAHTADAITUM, ILALLOOHI MARJI-'UKUM JAMII-'AN FAYUNABBI-UKUM BIMAA KUNTUM TA'LAMUUNA. = Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kamu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepada kamu apabila kamu telah mendapat petunjuk[453]. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Keterangan: [453] Maksudnya: kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, asal kamu telah mendapat petunjuk. Tetapi tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.

Translation In English: "O Ye who believe! Guard your own souls: If ye follow (right) guidance, no hurt can come to you from those who stray. the goal of you all is to Allah: it is He that will show you the truth of all that ye do."

"YAAA AYYUHAA=wahai" "AL-LADZIINA=orang-orang yang" "AAMANUU=mereka beriman" 'ALAIKUM=atas kalian" jagalah dari kemaksiatan, "ANFUSAKUM=diri kalian", "LAA=tidak" akan "YADHURRUKUM=membahayakan kalian" "MAN=orang yang" "DHOLLA=sesat" "IDZAHTADAITUM=apabila kalian mendapat petunjuk", "ILALLOOHI=kepada Allah" "MARJI-'UKUM=tempat kembali kalian" "JAMII-'AN=(secara) keseluruhan" "FAYUNABBI-UKUM=lalu Dia akan memberitahukan kepada kalian" "BIMAA=tentang apa yang" "KUNTUM=kalian telah" "TA'LAMUUN=kalian kerjakan" kemudian Dia akan membalas kamu.

Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan makna tidak akan membahayakan kamu orang-orang yang sesat ialah golongan Ahlul Kitab. Menurut pendapat lainnya, yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang selain Ahlul Kitab, pendapat ini berlandaskan pada haditsnya Abu Tsa'labah Al-Khusyani. Dalam haditsnya Al-Khusyani mengatakan, "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang makna ayat ini; kemudian beliau menjawab, 'Saling perintah-memerintahkanlah kamu sekalian kepada kebaikan, dan saling cegah-mencegahlah kamu sekalian tentang kemungkaran, hingga jika kamu melihat orang yang bakhil (pelit) ditaati; hawa nafsu mulai diikuti; keduniawian paling dipentingkan; dan orang-orang yang berakal mulai merasa kagum dengan akalnya sendiri, maka peliharalah dirimu.'" Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Hakim dan lain-lainnya

Pakar tafsir az-Zamakhsyari berkata, "Dahulu orang-orang Muslim sedih terhadap kekafiran mereka, mereka berharap orangorang kafir itu masuk Islam. Maka dikatakan kepada mereka: Jagalah dirimu dengan memperbaikinya dan berjalan menuju jalan petunjuk, sesungguhnya kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, asal kamu telah mendapat petunjuk, sebagaimana firman Allah kepada Nabi-Nya, "Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka".

Ayat lalu menjelaskan keengganan kaum musyrikin mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya karena keengganan mereka membatalkan tradisi nenek moyang. Pembatalan itu—jika mereka terima—merupakan pengakuan atas kebodohan dan kepicikan orangtua mereka, dan ini tentu saja—dalam pandangan mereka—merupakan mudharat dan merugikan mereka. Untuk meluruskan pandangan ini, kaum Muslimin diingatkan bahwa menerima petunjuk Allah sama sekali tidak akan mengakibatkan mudharat. Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kamu, yakni asah dan asuh jiwa kamu, hiasi ia dengan tuntunan Ilahi, tiadalah orang yang sesat siapa pun mereka, baik yang musyrik, kafir, atau selain mereka, dapat memberi mudharat kepada kamu apabila kamu telah mendapat petunjuk, yakni mengamalkan petunjuk sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Boleh jadi mereka memang mengecam kamu, tetapi itu hanya sementara karena pada akhirnya hanya kepada Allah, tidak kepada siapa pun selain-Nya, kamu kembali semuanya, baik Mukmin maupun kafir, lalu Dia akan menerangkan kepada kamu dengan keterangan yang pasti dan jelas apa yang masing-masing telah kamu kerjakan, lalu Dia sendiri pula yang akan memberi balasan dan ganjaran sesuai dengan niat dan amal masing-masing.

Allah berfirman, memerintahkan hamba-hamba-Nya yang Mukmin agar mereka memperbaiki diri dan mengerjakan kebaikan dengan segala kemampuan dan kekuatan yang mereka miliki. Allah memerintahkan agar mereka berbuat demikian seraya memberitahukan kepada mereka bahwa 'barang siapa yang memperbaiki urusannya, maka tidak dapat membahayakannya kerusakan yang menimpa diri orang lain, baik dia sebagai kerabatnya ataupun or ang yang jauh darinya'. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
tafsir ayat ini, bahwa Allah berfirman, "Apabila seseorang hamba taat kepada-Ku dalam apa yang Kuperintahkan kepadanya —yaitu perkara halal— dan apa yang Aku larang dia darinya —yaitu perkara haram—, maka tidak akan membahayakannya kesesatan yang dialami oleh orang lain sesudahnya, bilamana ia terus-menerus mengerjakan semua hal yang Aku perintahkan kepadanya. " Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Walibi, dari Ibnu Abbas . Demikian pula yang dikatakan oleh Muqatil ibnu Hayyan.

Ayat ini sama sekali tidak mengandung pengertian yang membolehkan meninggalkan amar ma'ruf dan nahi munkar. Dengan kata lain, amar ma'ruf dan nahi munkar tetap dilaksanakan jika pelaksanaannya memungkinkan.

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Oasim, telah menceritakan kepada kami Zuhair (yakni Ibnu Mu' awiyah) , telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid, telah menceritakan kepada kami Qais, bahwa Khalifah Abu Bakar berkhutbah; ia memulainya dengan memanjatkan puja dan puji serta syukur kepada Allah, kemudian menyerukan kepada orang-orang, "Hai manusia, sesungguhnya kalian membaca ayat ini, Tetapi kalian menempatkan pengertiannya bukan pada tempat yang sebenarnya. Dan sesungguhnya aku (Abu Bakar radhiallahu anhu) pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya manusia itu apabila melihat perkara mungkar, lalu mereka tidak mencegahnya, maka dalam waktu yang dekat Allah Subhanahu wa Ta'ala  akan menurunkan siksa-Nya kepada mereka semua.

Qais mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Bakar radhiallahu anhu berkata, "Hai manusia, hindarilah oleh kalian perbuatan dusta, karena sesungguhnya dusta itu bertentangan dengan iman." Asar ini telah diriwayatkan oleh Ashabus Sunan yang empat dan Ibnu Hibban di dalam kitab Sahihnya serta lain-lainnya.

Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Atabah ibnu Abu Hakim, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Jariyah Al Lakhami, dari Abu Umayyah Asy-Sya'bani yang mengatakan bahwa ia pernah datang kepada Abu Sa'labah al-Khusyani, lalu bertanya kepadanya, "Bagaimanakah sikapmu terhadap ayat ini?" Abu Sa'labah bertanya, "Ayat apakah yang kamu maksudkan?" Ia menjawab  "Yaang kumaksud adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: 'Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepada kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk'. Abu Sa'labah menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya kamu menanyakannya kepada orang yang mengetahuinya. Aku pernah menanyakannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau bersabda: 'Tidak, tetapi tetaplah beramar ma'ruf dan bernahi mungkar hingga kamu melihat sifat kikir ditaati, hawa nafsu diikuti, duniawi dipentingkan (diprioritaskan) , dan setiap orang merasa kagum dengan pendapatnya sendiri, maka (saat itulah) kamu harus memperhatikan dirimu sendiri dan tinggalkanlah orang-orang awam. Karena sesungguhnya di balik itu kalian akan mengalami berbagai macam cobaan, yaitu di hari-hari di mana orang yang bersikap sabar dalam menjalani masa itu sama dengan seseorang yang menggenggam bara api. Orang yang beramal (kebaikan) dimasa itu beroleh pahala semisal dengan pahala lima puluh orang lelaki yang beramal seperti amal kalian." Abdullah ibnul Mubarak mengatakan bahwa yang lainnya selain Atabah menambahkan seperti berikut : Bahwa ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah pahala lima puluh orang lelaki itu dari kalangan kami ataukah dari kalangan mereka? " Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: Tidak, bahkan pahala lima puluh orang dari kalian. Kemudian Imam Thirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan garib sahih.

Menurut Muhammad Sayyid Thantawi, pesan ayat ini menyatakan, "Wahai orang-orang yang beriman, kalau kalian telah melaksanakan kewajiban kalian, ketika itu kalian tidak akan menderita mudharat dari siapa pun yang lalai melaksanakan kewajibannya" Dan, tentu saja, salah satu kewajiban ummat Islam adalah melaksanakan amar ma'ruf dan nahi mungkar, karena seseorang tidak dapat dinamai telah meraih petunjuk menuju kebenaran bila ia mengabaikan kewajiban di atas, sejalan dengan kandungan surah al-'Ashr, yang menilai seseorang tetap masih berada dalam kerugian kendati dia telah beriman dan beramal shaleh tetapi belum wasiat-mewasiati, yakni ingat-mengingatkan tentang al-ḫaq (kebenaran) dan as-shbr (kesabaran) dan ketabahan sebagaimana bunyi firman Allah yang sangat populer dibawah ini:
وَالْعَصْرِ ۙ .إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍۙ   . إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
WAL-'ASHRI, INNAL-INSAANA LAFII KHUSRIN, ILLAL-LADZIINA AAAMANUU WA-'AAMILUSH-SHOOLIḪAATI WATAWA SHOU BIL-ḪAQQI, WATAWAA SHOU BISH-SHOBBRI.= Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS al-'Ashr 103: 1-3).

Semoga bermanfaat buat kita semua... Aamiin Yaa Rabbal 'aalamiin..
Sent from BlackBerry® on 3

Sabtu, 23 Maret 2013

Cuplikan Doa Khatmil Quran

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Ya Allah janganlah Engkau sisakan secuil dosapun (bagiku) melainkan Engkau ampuni semuanya; Janganlah Engkau tinggalkan sebersit keraguan pun (bagiku) melainkan Engkau hilangkan semuanya, janganlah Engkau tinggalkan sepeser utangpun (bagiku), melainkan Engkau lunasi semuanya, janganlah Engkau abaikan segala kebutuhan dunia dan akhirat(ku) melainkan Engkau penuhi semuanya, wahai Zat Yg Maha Pengasih dari segala pengasih. Aamiin Ya Robbal Alamiin ( Cuplikan Doa Khatmil Quran) آَمِيْن يَارَبَّ الْعَالَمِيْن
Sent from BlackBerry® on 3