Laman

Rabu, 23 April 2014

Kisah dan Hikmah = Kisah Anak Kebanggaan Ayah

Seorang ayah bernama Bakri berumur penghunjung 40-an
diundang sekolah anaknya untuk hadir pada 'Hari Ayah'.
Sungguh dia amat enggan perkara seperti ini. Merasa
sudah punya empat orang anak, bahkan yang tertua sudah
masuk kuliah. Ia merasa sudah gak umurnya lagi
bersenda gurau dengan anak pada Hari Ayah di sekolah.
Namun karena istri dan anaknya yang nomer empat
memintanya dengan sangat, ia pun datang ke sekolah
anaknya dengan hati berat.
Seperti yang ia duga, acara di kelas hari itu menampilkan
kebolehan masing-masing anak dihadapan para ayah
mereka. Terlihat di sana banyak para ayah yang berusia
sekitar 30-an. Kesemua ayah itu antusias melihat buah
hati mereka. Bakri hanya tersenyum, berkatalah ia dalam
hati; "Dulu aku juga seperti mereka saat punya anak
pertama. Tapi kini sudah gak zaman lagi baginya acara
anak-anak seperti ini."
Satu per satu murid dipanggil untuk tampil ke depan dan
menunjukkan kebolehannya Selama 5 menit. Usai
penampilan maka ayah mereka dipanggil ke depan untuk
menerima hadiah yang telah disiapkan oleh sang anak
untuk ayah mereka. Ada yang menampilkan kebolehan
bernyanyi. Ada yang menulis dan baca puisi. Berpidato
dengan bahasa asing. Atraksi permainan dan banyak lagi.
Kini giliran Umar, anak Bakri nomer empat yang berusia
10 tahun dipanggil namanya untuk tampil ke depan. Bakri
mengira bahwa Umar pasti akan menampilkan hal serupa
dengan kawan-kawannya. Diujung penampilan, Bakri
harus berpura-pura sumringah dan memberi pelukan
hangat kepada Umar buah hatinya. Agar semua orang di
kelas itu tahu bahwa ia adalah ayah yang layak
dibanggakan. Ehemmm, itulah pikirnya!
"Kamu ingin menampilkan apa untuk ayahmu, Umar?"
tanya ibu guru. "Aku akan tampil dengan Ustadz Amir di
depan" jawab Umar bersemangat. Ibu Guru pun
mempersilakan ustadz Amir untuk ke depan kelas dan tak
lupa ibu guru menjelaskan kepada para ayah bahwa
ustadz Amir adalah guru ekstra kurikuler yang
mengajarkan baca Al Quran di sekolah.
"Nah Umar, kini giliranmu untuk memulai penampilan..."
ujar ibu guru.
Umar mengucap salam. sedikit kata pembuka ia ucapkan.
Ia berkata bahwa ia akan membaca surat Al Kahfi yang
berjumlah 110 ayat. Sadar dengan waktu yang terbatas ia
meminta bantuan Ustadz Amir untuk memegang mushaf Al
Quran dan menyebutkan ayat mana saja untuk ia baca.
Para ayah yang hadir mulai berdecak kagum. Mereka
mengerti bahwa Umar bukan hanya akan membaca Al
Quran, namun dia malah sudah menghafalnya!
"Baik, sekarang coba kamu baca ta'awudz dan basmalah
dan mulai dari ayat pertama....!" pinta ustadz Amir.
Dengan memejamkan mata, Umar mulai membaca. Tak
disangka...., suara yang keluar dari mulut Umar terdengar
begitu merdu. Rupanya Umar membaca Al Quran
mengikuti lantunan Qari cilik bernama Muhammad Taha
Al Junaid yang terkenal itu. Ia membaca dengan hati yang
tenang lalu membawa kedamaian pada setiap telinga
yang mendengarnya.
Ayat 1-5 telah dibaca Umar. Ustadz Amir mengangguk-
anggukan kepalanya mengikuti bacaan Umar yang merdu
tanpa sekalipun beliau putus. Lalu Ustadz Amir meminta
Umar untuk membaca dari ayat 60. Umar pun membaca
dengan suara yang menenangkan jiwa.
Semua mata dari para ayah yang hadir kita mulai
berkaca-kaca. Seolah mereka penuh harap andai anak2
mereka bisa seperti Umar. Demikian pula dengan Bakri,
ayah Umar. Ia yang tadinya tidak sepenuh hati datang ke
sekolah. Kini malah ia begitu antusias!
Lalu ustadz Amir meminta Umar untuk pindah lagi ke ayat
107 -110 sebagai penutup penampilannya. Maka Umar
pun membacanya tanpa satu pun kesalahan.
Begitu Umar menyudahi bacaannya, belum juga
dipersilakan maka bangkitlah Bakri dari duduknya dan
langsung berjalan ke depan dan memeluk Umar.
Terlihat rasa bangga yang terpancar dari wajah Bakri usai
melihat penampilan buah hatinya. Para hadirin pun
menyaksikan bahwa Bakri beberapa kali menyeka air
mata yang berderai di pipinya.
Seisi ruangan terpukau dengan lantunan Al Quran yang
dibacakan dengan suara merdu Umar. Menyudahi
suasana yang haru itu, ibu guru membuka tanya kepada
Umar, "Mengapa engkau ingin membaca Al Quran untuk
ayahmu sedangkan semua temanmu tak ada yang terpikir
untuk melakukannya, Umar?"
Rupanya Umar pun turut haru usai dipeluk sedemikian
hangat oleh sang ayah. Dengan mata berkaca-kaca Umar
berkata, "Ustadz Amir pernah ajarkan aku untuk rajin
belajar Al Quran. Beliau sampaikan bahwa orang yang
hafal Al Quran membuat kedua orang tuanya mulia di
akhirat. Kedua orang tua akan mendapat mahkota dari
cahaya dimana cahayanya lebih indah dari sinar mentari
dunia... Aku ingin, ayah & ibuku mendapat kemuliaan
seperti itu dari Allah Swt karena itu aku belajar menghafal
Al Quran bersama ustadz Amir."
"Subhanallah...." terdengar suara para ayah
berkumandang di kelas itu. Semuanya berkeinginan anak-
anak mereka seperti Umar.
"Apakah saya boleh bicara?" tanya Bakri kepada para
hadirin. Semua orang mempersilakan.
"Hmmm...., hari ini adalah hari yang teramat bahagia
untuk saya. Anda semua para ayah tak ada bedanya aku
rasa. Kita menyekolahkan anak-anak kita di sekolah
terbaik seperti sekolah ini. Dengan biaya yang tak murah,
dengan segala fasilitas duniawi yang serba ada. Mungkin
dibenak kita para ayah adalah jangan sampai anak-anak
kita tidak bisa mengejar kemajuan dunia....
Terus terang aku sudah hampir 50 tahun. Aku punya
empat orang anak, dan Umar adalah putraku yang
terakhir. Dengan ambisi duniawiku, aku sekolahkan ia di
sini dengan harapan bahwa ia akan memiliki masa depan
gemilang.
Aku tersadar bahwa pemikiran putraku ini justru telah
membuat masa depanku gemilang. Ia mempelajari dan
menghafal Kitabullah Al Quran agar supaya kedua orang
tuanya memiliki masa depan yang gemilang di akhirat!
Terima kasih anakku... Maafkan ayah yang lupa untuk
mendidikmu untuk mempelajari Al Quran...."
Bakri pun lalu memeluk Umar kembali. Keduanya menagis
haru, dan seluruh kelas pun hening terdiam
menyaksikannya.....!
Subhanallah ....
-----------------------
Jika Anda tersentuh dengan Kisah di atas, tolong "share"
cerita ini ke teman-teman yang lain agar mereka juga
dapat memetik hikmah yang ada pada cerita di atas.
Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita,
terimakasih. 

Tidak ada komentar: