Laman

Selasa, 08 Juli 2014

Mengapa membaca Al-Qur’an ketika kita tak mengerti artinya?

Alkisah, hiduplah seorang
muslim tua bersama seorang
cucunya di sebuah
pegunungan di bagian timur
Kentucky, Amerika. Sang kakek
biasa membaca Qur'an selepas
sholat shubuh setiap hari. Sang
cucu berusaha meniru setiap
tingkah laku kakeknya.
Suatu hari, ia bertanya: "Kek!
Aku berusaha membaca Qur'an
seperti dirimu tetapi aku tidak
mengerti isinya. Jikapun ada
sedikit yang kupahami, ia akan
terlupakan setiap kali aku
menutup kitab itu. Lalu, apa
gunanya aku membacanya?"
Dengan perlahan sang kakek
membalikkan badan dan
berhenti dari memasukkan
batu bara ke dalam tungku
pemasak. Ia menjawab:
"Ambillah keranjang ini,
bawalah ke sungai di bawah
sana dan bawakan untukku
sekeranjang air!"
Sang cucu membawa
keranjang hitam penuh jelaga
batu bara tersebut ke sungai
dan mengambil air. Namun air
itu telah habis menetes
sebelum sampai ke rumah.
Sang kakek tertawa dan
meminta sang cucu agar
mencobanya sekali lagi:
"Mungkin engkau harus lebih
cepat membawa airnya
kemari."
Sang cucu berusaha berlari,
namun tetap saja air itu lebih
cepat keluar dari keranjang
sebelum sampai ke rumah.
Dengan terengah-engah ia pun
mengatakan kepada sang
kakek bahwa tidak mungkin
mengambil air dengan
keranjang. Sebagai gantinya ia
akan mengambil air dengan
ember.
"Aku tidak perlu satu ember air,
yang kuinginkan adalah
sekeranjang air!" jawab sang
kakek. "Kau saja yang kurang
berusaha lebih keras," timpal
sang kakek sambil
menyuruhnya mengambil air
sekali lagi. Sang kakek pun
pergi ke luar rumah untuk
melihat usaha sang cucu.
Kali ini sang cucu sangat yakin
bahwa tidak mungkin
membawa air menggunakan
keranjang. Namun ia berusaha
memperlihatkan kepada sang
kakek bahwa secepat apapun
ia berlari, air itu akan habis
keluar dari keranjang sebelum
ia sampai ke rumah. Kejadian
yang sama berulang. Sang cucu
sampai kepada kakeknya
dengan keranjang kosong.
"Lihatlah Kek! Tidak ada
gunanya membawa air dengan
keranjang." katanya.
"Jadi, kau pikir tidak ada
gunanya?", sang kakek balik
bertanya. "Lihatlah keranjang
itu!" pinta sang kakek.
Ketika sang cucu
memperhatikan keranjang itu
sadarlah ia bahwa kini
keranjang hitam itu telah
bersih dari jelaga, baik bagian
luar maupun dalamnya, dan
terlihat seperti keranjang baru.
"Cucuku, demikianlah yang
terjadi ketika engkau membaca
al Qur'an. Engkau mungkin
tidak mengerti atau tidak bisa
mengingat apa yang engkau
baca darinya. Namun ketika
engkau membacanya, engkau
akan dibersihkan dan
mengalami perubahan, luar
maupun dalam. Itulah
kekuasaan dan nikmat Allah
kepada kita!"
Jadi, sudah berapa Juz yang
sudah kita baca selama
Ramadhan penuh berkah ini? :)
Bagikan kisah ini kepada
saudara-saudara kita. Semoga
menjadi Amal ibadah tak
terputus untuk kita. Aamiin

Tidak ada komentar: