Laman

Selasa, 02 April 2013

Al maiidah 114

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesempatan untuk bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan metode tafsir perkata, pembahasan dari ayat ke ayat, semoga dengan cara ini kita dapat menguasai bahasa Arab dan memahami al-Qur'an dengan baik dan benar. Insya Allah...

TADARUS/KAJIAN KITA MASIH DISEKITAR URAIAN SIKAP PENGIKUT-PENGIKUT NABI ISA ALAIHIS-SALAM.

QS AL-MAA-IDAH 5: 114.
أ عو ذ بالله من تاشيطان الرجيم
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لأوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيرُ الرَّازِقِينَ
QOOLA 'IISABBNU MARYAMALLOOHUMMA ROBBANAAA ANZIL 'ALAINAA MAAA-IDATAM-MINAS-SAMAAA-I TAKUUNU LANAA 'IIDAL-LI-AWWALINAA WA-AAKHIRINAA WA-AAYATAM-MINKA WARZUQQNAA WA ANTA KHOIRUR-ROOZIQIINA. = Isa putera Maryam berdoa: "Allahumma, Tuhan kami, turunkanlah kepada kami suatu hidangan dari langit, akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi bukti dari-Mu; berilah rezeki untuk kami, dan Engkaulah sebaik-baik Pemberi rezeki."

Translation In English: "Said Jesus the son of Mary: "O Allah our Lord! Send us from heaven a table set (with viands), that there may be for us - for the first and the last of us - a solemn festival and a sign from thee; and provide for our sustenance, for thou art the best Sustainer (of our needs)."

"QOOLA=berkata" berdoa, 'IISA=Isa" "IBBNU=putra" "MARYAM=Maryam" "ALLOOHUMMA=ya Allah" "ROBBANAAA=Tuhan kami" "ANZIL=turunkanlah"   'ALAINAA=kepada kami" "MAAA-IDATAN=hidangan" makanan "MIN=dari" "AS-SAMAAA-I=langit" "TAKUUNU=ia menjadi" "LANAA=bagi kami" artinya pada hari turunnya hidangan itu, 'IIDAN=hari raya" yang kami hormati dan kami muliakan, "LI-AWWALINAA=bagi orang-orang yang bersama kami" kalimat ini menjadi badal/kalimat pengganti bagi lafal LANAA, yang juga disertai pula dengan huruf jarnya, "WA-AAKHIRINAA=dan orang-orang yang datang setelah kami" orang-orang yang akan datang sesudah kami, "WA-AAYATAN=dan tanda-tanda" "MINKA=dari Engkau" yang menunjukkan akan kekuasaan-Mu dan kenabianku, "WARZUQQNAA=dan berilah kami rezeki" dengan hidangan tersebut, "WA ANTA=dan Engkau" adalah "KHOIRU=sebaik-baik" "AR-ROOZIQIIN=pemberi rezeki" Yang Paling Utama.

Tampaknya, Nabi 'Isa alaihis-salam tidak berhasil meyakinkan al-Hawariyyun/pengikut-pengikut setia beliau agar membatalkan permohonan mereka. Karena itu, 'Isa purta Maryam berdoa: dengan menyebut pertama kali nama Tuhan yang paling Agung (Allah) tanpa menggunakan kata "Ya" tetapi menggantikannya dengan huruf yang lain (miim) sehingga berbunyi Allahumma sambil menyifatinya dengan kata yang menggambarkan segala sifat pemeliharaan dan pendidikan-Nya yaitu Rabbana, yakni Tuhan Pemelihara kami, dan bukannya berkata "Tuhanku", lalu mengajukan permohonan yaitu: turunkanlah kepada kami suatu hidangan dari langit sambil menggambarkan kegembiraan mereka menyambutnya, yakni bahwa hari turunnya hidangan itu atau bahkan hidangan itu akan menjadi hari raya yang kegembiraannya berulang terus bagi kami dengan kedatangannya, yaitu bagi kami orang-orang yang bersama kami sekarang dan orang-orang yang datang sesudah kami, dan juga agar kehadiran hidangan itu menjadi bukti yang bersumber dari-Mu tentang kekuasaan-Mu, serta kebenaranku sebagai hamba dan Rasul-Mu, dan berilah rezeki untuk kami, rezeki yang mencakup segala macam kebaikan, bukan hanya rezeki untuk kami makan. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang diajukan kepada-Nya permohonan dan Engkaulah sebaik-baik Pemberi rezeki."

Pakar tafsir Fakhruddin ar-Razi membandingkan antara redaksi permohonan para pengikut setia 'Isa alaihis-salam dengan permohonan yang dipanjatkan Nabi mulia itu. Para pengikut beliau menjelaskan pertama kali maksud permohonan mereka adalah agar hidangan tersebut menjadikan makanan buat mereka, selanjutnya baru mereka menyebutkan hal-hal yang bersifat keagamaan dan spritual. Ini berbeda dengan permohonan yang diajukan 'Isa alaihis-salam. Beliau memulainya, dengan menyebut tujuan-tujuan keagamaan dan spiritual, baru menyebut hal-hal yang bersifat material (makanan). Itupun bukan dengan menyatakan secara tegas "makanan" tetapi dengan memilih kata yang lebih mencakup, yakni berilah rezeki untuk kami.

Terbaca pula bagaimana 'Isa alaihis-salam tidak hanya menyebut rezeki, tetapi melanjutkan dengan mengingat dan memuji Allah sebagai Pemberi rezeki yang Terbaik. Demikian pula terbaca bahwa beliau tidak hanya bermohon agar hidangan yang diturunkan itu terbatas untuk para pengikut beliau yang setia ketika itu, tetapi beliau bermohon kiranya ia berdampak baik pula bagi ummat beliau yang terdahulu dan yang datang sehingga menghasilkan kegembiraaan yang berkesinambungan. Itu semua beliau harapkan kiranya dapat menjadi tanda kebesaran dan kekuasaan Allah serta bukti kerasulan beliau.

Sebelum itu, perhatikan pula bagaimana beliau memulai dengan menyebut nama Allah, kemudian sifat-Nya. Di dalam al-Qur'an, tidak ditemukan satu teks doa dan Nabi yang menggabungkan antara Allahumma dan Rabbana, kecuali yang diucapkan 'Isa alaihis-salam ini. Para Nabi selain beliau bila berdoa biasanya menggunakan kata Rabbi atau Rabbana. Hal tersebut boleh jadi permohonan ini adalah permohonan yang sangat istimewa sekaligus 'Isa alaihis-salam sendiri tidak terlalu berkenan untuk memohonkannya. Bukankah pada ayat yang lalu beliau telah menasihati untuk bertakwa dan percaya?

Selanjutnya, perhatikan bagaimana beliau mengisyaratkan ketinggian-Nya dan ketinggian nilai nikmat hidangan itu dengan menyatakan turunkan buat kami.

Demikianlah terbaca dari redaksi permohonan 'Isa aalaihis-salam bagaimana beliau meluruskan redaksi permintaan ummatnya, menghapus apa yang tidak wajar, serta menambah apa yang perlu sehingga sesuai dengan keagungan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Demikianlah terlihat betapa perbedaan yang sangat menonjol antara seorang Nabi suci dan pengikut-pengikutnya.

Firman-Nya: "WA ANTA KHOIRUR-ROOZIQIIN=dan Engkaulah sebaik-baik Pemberi rezeki." Mengandung isyarat bahwa ada pemberi rezeki selain Allah, tetapi tidak sebaik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Memang, demikian itulah halnya. Pemberi rezeki selain Allah hanya perantara sehingga seseorang dapat memperolehnya. Adapun Allah, Dia yang menciptakan bahan mentah rezeki itu, atau bahkan rezeki itu sendiri, Dia juga yang memberi kemudahan kepada makhluk untuk memperolehnya dan Dia pula yang menganugerahi kemudahan, kesempatan, dan kemampuan kepada selain-Nya untuk menjadi perantara sehingga rezeki dapat diperoleh seseorang. Demikianlah, Allah adalah sebaik-baik Pemberi rezeki.

QS AL-MAA-IDAH 5: 115.
قَالَ اللَّهُ إِنِّي مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ فَمَنْ يَكْفُرْ بَعْدُ مِنْكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لا أُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ
QOOLALLOOHU INNII MUNAZZILUHAA 'ALAIKUM, FAMAY-YAKFUR BA'DU MINKUM FA-INNIII U-'ADZ-DZIBUHUU ADZAABAL-LAAA U-'ADZ-DZIBUHUUU AḪADAM-MINAL-'AALAMIINA. =
Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kepada kamu, barang siapa yang kafir di antara kamu sesudah itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara ummat manusia".

Translation In English: Allah said: "I will send it down unto you: But if any of you after that resisteth faith, I will punish him with a penalty such as I have not inflicted on any one among all the peoples."

"QOOLA=berfirman" "ALLOOH=Allah" "INNII=sungguh Aku" "MUNAZZILUHAA=dapat menurunkannya" makanan  'ALAIKUM=kepada kalian", "FAMAN=maka siapa yang" "YAKFUR=dia kafir" atau ingkar  "BA'DU=sesudah" penurunan makanan itu "MINKUM=diantara kalian" "FA-INNIII=maka sungguh Aku" "U-'ADZ-DZIBUHUU=Aku akan menyiksanya" "ADZAABAN=(dengan) siksaan" "LAAA=(yang) tidak pernah" "U-'ADZ-DZIBUHUUU=Aku menyiksanya" "AḪADAN=(kepada) seorang pun" "MIN=dari "AL-'AALAMIIN=semesta alam" (ummat manusia).

Allah menyambut doa Nabi-Nya tetapi disertai dengan syarat. Allah berfirman sambil menguatkan firman-Nya dengan kata: "Sesungguhnya, Aku menurunkan hidangan itu kepada kamu, dalam bentuk yang banyak dan berulang-ulang—sebagaimana dipahami dari kata "MUNAZZILUHAA" bukan "MUNZILUHAA"—untuk mengabulkan permohonan para al-Hawariyyun sekaligus untuk menunjukkan kemampuan dan kudrat-Ku, tetapi barang siapa yang kafir di antara kamu sesudah turunnya hidangan itu, maka—sekali lagi Allah mengukuhkan pernyataan-Nya dengan kata—sesungguhnya Aku sendiri tanpa mendelegasikan kepada selain Aku, yang akan menanganinya dan akan menyiksanya dengan siksaan yang sangat pedih yang tidak pernah Aku timpakan siksaan seperti itu kepada seorang pun diantara ummat manusia, baik masa kini maupun masa yang akan datang".

Ulama berbeda pendapat tentang hidangan yang mereka mohonkan itu, apakah jadi diturunkan Allah atau tidak. Sementara ulama berkata bahwa hidangan tersebut tidak jadi diturunkan karena para pengikut sertia itu merasa takut setelah mendengar ancaman ayat di atas. Apalagi—kata mereka—seandainya hidangan tersebut benar-benar turun, tentulah beritanya akan tersebar luas dan ditemukan dalam kitab Perjanjian Baru, tetapi ternyata ini tidak disinggung di sana. Ada juga yang berpendapat bahwa hidangan itu turun. Yang menyatakan demikian berbeda pendapat tentang isi hidangan tersebut. Pendapat yang paling baik—dari sejumlah pendapat yang lemah—adalah apa yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi melalui 'Ammar Ibn Yasir yang mengatakan bahwa Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Al-Maa-idah (hidangan) itu diturunkan dari langit berisi roti dan daging. Mereka diperintahkan agar tidak menyimpannya sampai esok dan tidak berkhianat, tetapi mereka berkhianat dan menyimpan sisanya hingga esok. Maka, mereka dijadikan kera-kera dan babi-babi."

Hadits di atas dinilai oleh banyak ulama sebagai hadits dha'if, tetapi—seperti telah dikemukakan diatas—inilah riwayat yang terbaik dari sejumlah riwayat lain yang jauh lebih lemah dan tidak masuk akal. Atas dasar itu, banyak ulama tafsir cenderung menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa al-Maa-idah (hidangan) yang dimohonkan itu tidak jadi diturunkan. Apalagi jika disadari bahwa yang memintanya adalah al-Hawariyyun, pengikut-pengikut setia 'Isa 'alaihis-salam sendiri yang, betapa pun kualitas keimanan mereka, pasti tetap khawatir akan ancaman Allah sehingga sangat wajar mereka bermohon untuk kedua kalinya agar permintaan mereka tidak dikabulkan.

Cerita al-Maa-idah (hidangan) sebagaimana yang dikemukakan al-Qur'an ini tidak terdapat dalam kitab-kitab kaum Nasrani, dan tidak tertulis di dalam Inji-injil yang ditulis belakangan jauh sepeninggal Nabi Isa 'alaihis-salam, yang tidak dapat dipercaya sebagai kebenaran yang turun dari sisi Allah. Injil-injil ini tidak lain kecuali hanya riwayat dari beberapa orang suci tentang kisah Nabi 'Isa 'aalihis-salam, dan bukannya kitab suci yang diturunkan Allah kepada beliau yang bernama kitab Injil itu.

Akan tetapi, di dalam Injil-injil ini terdapat cerita hidangan ini dalam bentuk lain. Disebutkan di dalan Injil Matius pada akhir pasal lima belas, "Maka dipanggil oleh Yesus akan murid-muridnya, lalu katanya, 'Hatiku kasihan akan orang banyak ini, karena sudah tiga hari lamanya mereka itu tinggal bersama-sama dengan aku, maka satu pun tiada padanya yang hendak dimakannya. Tiadalah aku menyuruh dia pulang dengan laparnya, sebab barangkali pingsan mereka itu kelak di jalan.' Maka kata murid-murid itu kepadanya, 'Dari manakah kita mendapat sebegitu banyak roti di padang belantara ini akan mengenyangkan orang yang sebanyak ini?' Maka kata Yesus kepadanya, 'Berapa ketul roti ada padamu?' Maka katanya, 'Ada tujuh ketul, dan sedikit ikan kecil-kecil.' Maka disuruhnya orang banyak itu duduk ditanah; lalu diambilnya roti yang tujuh ketul dan ikan itu, diucapkan syukur dan dipecah-pecahkannya, serta diberikannya kepada murid-muridnya. Maka, murid-muridnya pula memberikan dia kepada orang banyak itu. Maka makanlah sekaliannya sampai kenyang. Lalu diangkat oranglah sisanya itu, tujuh bakul penuh. Adapun segala orang yang makan itu empat ribu orang laki-laki banyaknya. Lain pula perempuan dan kanak-kanak." (terjemahan dari Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta 1971 pasal 15 ayat 32-38).

Sebagian Tabi'in radhiallahu 'anhum seperti Mujahid dan al-Hasan berpendapat bahwa hidangan itu tidak turun, karena para Hawariyyun ketika mendengar firman Allah, "Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kepada kamu, barang siapa yang kafir di antara kamu sesudah itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara ummat manusia", mereka ketakutan dan mengurungkan tuntutannya untuk diturunkannya hidangan itu.

Ibnu Katsir berkata di dalam tafsirnya, "Al-Laits bin Abu Salam meriwayatkan dari Mujahid, katanya, 'Ini adalah perumpamaan yang dibuat oleh Allah, dan tidak ada sesuatu pun yang turun.'" (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir). Kemudian Ibnu Jarir berkata bahwa telah diceritakan kepada mereka oleh al-Harits, dari al-Qasim—Ibnu Salam--, dari Hajjaj dari Ibnu Juraij dari Mujahid, ia berkata, "Hidangan makanan itu tidak mereka terima ketika mereka diancam dengan azab jika mereka kafir. Maka, mereka tidak mau diturunkan hidangan itu kepada mereka..." Dan kata Ibnu Jarir lagi bahwa telah diceritakan kepada kami oleh Abul Mutsanna, dari Muhammad bin Ja'far, dari Syu'bah, dari Mansyur bin Zadzan, dari al-Hasan mengenai hidangan itu, ia berkata, "Sesungguhnya hidangan itu tidak diturunkan".

Dan diceritakan kepada kami oleh Basyar, dari Yazid, dari Sa'id, dari Qatadah, ia berkata, "Al-Hasan berkata, 'Ketika dikatakan kepada mereka, 'Barang siapa yang kafir di antara kamu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara ummat manusia', maka mereka berkata, 'Kami tidak membutuhkannya.' Maka hidangan itu tidak turun."

وَ الـلَّــــهُ اَعْــلَـــمْ بِالصَّــــوَابِ
Semoga bermanfaat dan selamat menantikan shalat Subuh berjamaah di Masjid atau Surau terdekat ditempat kita masing-masing.
Sent from BlackBerry® on 3

Tidak ada komentar: