Laman

Sabtu, 20 Juli 2013

Renungan Diri dalam Surat Ar Rahman

Dalam Al Quran  surat Ar Rahman (Yang Maha Pengasih) Allah �Azza wa Jalla mengulang-ulangi satu pertanyaan penting yang ditujukan untuk bangsa MANUSIA dan JIN sampai 31 kali.
Setiap kali Allah mengulangi pertanyaan yang sama, di sela-sela pertanyaan itu Allah menyebutkan ragam nikmat-NYa,

(Maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)

Coba renungkan sejenak.

Ketika Allah bertanya kepada kita
(Maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)

Bagaimanakah menjawabnya ?

Jabir bin Abdillah radliyallahu �anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallaahu �alaihi wa sallam ketika membacakan surat Ar Rahman ini kepada para sahabatnya, beliau bersabda :

�Mengapa kalian terdiam saja? Sesungguhnya bangsa JIN lebih baik jawabannya ketika aku membaca Fabi ayyi aalaai rabbikumaa tukadzdzibaan ? (maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) mereka (bangsa jin) menjawab, �Duhai Tuhan kami, tidak ada satu nikmatpun yang kami dustai, segala puji hanya bagi-Mu semata.� (Lihat: Al Mustadrak �Ala ash-shahihain 2/515. Hadits ini menurut Imam Adz Dzahabi shahih sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim)

Bukalah �surat Ar Rahman�lalu bacalah�renungkan� Akan terasa sentuhan lembut kalam ilahi begitu teduh menyapa nurani.
Karena pertanyaan yang berulang-ulang itu, bertujuan untuk menggugah rasa TAKUT
Dan salah satu bentuk ancaman bagi para durjana Yang coba-coba berani mengingkari nikmat-nikmat-Nya.

Qois bin �Ashim Al-Munqariy pernah meminta kepada Rasulullah  shalallaahu �alaihi wa sallam, seraya berkata, �Bacakanlah apa yang telah diwahyuka kepadamu!� Lalu Rasulullah shalallaahu �alaihi wa sallam membacakan surat Ar Rahman.

Qois bin �Ashim Al-Munqariy meminta untuk diulangi. Rasulullah  shalallaahu �alaihi wa sallam pun mengulangi sampai tiga kali. Akhirnya Qois bin �Ashim Al-Munqariy menyatakan keislamannya; �Demi Allah, betapa indah dan manisnya, di bawahnya meengalir air yang berlimpah, sedang di permukaannya buah-buahan yang ranum�Apakah gerangan yang diucapkan orang ini (maksudnya Rasulullah shalallaahu �alaihi wa sallam)? Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan sesungguhnya Engkau (Muhammad) adalah uttusan Allah.� (Lihat: Tafsir Al Munir, Az Zuhail : 27/200)

Dalam surat Ar Rahman  ini Allah bertanya kepada masing-masing diri, tentang bagaimana kita bersikap di hadapan nikmat-Nya yang begitu banyak.
Nikmat TERBESAR yang diberikan Allah untuk hidup dan kehidupan, untuk manusia dan kemanusiaan adalah nikmat WAHYU (Al Quran).
Nikmat wahyulah yang mampu menjelaskan manusia dan jin garis-garis besar aturan kehidupan.

Dengan wahyu perbedaan antara al-Haq dan al-Bathil dapat teridentifikasi dengan jelas.
Wahyu pula-lah yang menuturkan kepada kita mana yang halal dan yang haram

Berawal dari INDERA kita dapat mengidentifikasi segala hal.
Apa yang tidak dapat diketahui oleh indera akan dijelaskan oleh AKAL.
Dan apa yang tidak terjangkau oleh akal akan dituntun oleh WAHYU.

Wahyulah tempat bermuaranya segala jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang musykil.
Dengan wahyu, segala pertanyaan akan terjawab.
Yakinlah!

Kalau kita ingin mengetahui kadar SYUKUR kita kepada nikmat WAHYU (Al Quran) ini, maka lihatlah bagaimana kwalitas dan kwantitas interaksi kita kepada Al Quran dan penjelasnya (As Sunnah).
Apakah kita sudah memanfaatkan secara maksimal anugerah Allah yang paling bermanfaat di dunia ini. Baik �Ilman wa �amalan.. baik sebagai  disiplin ILMU atau sebagai AMALAN yang teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari.

�Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: �Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.� (QS Ibrahim : 7)

�Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.� (QS Al-A�raf : 179)

Shodaqollahul adziim

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: