Laman

Kamis, 24 Januari 2013

Cash Flow langit dlm Surat al maiidah 35

Cash Flow langit dlm Surat al maiidah 35

Assalaamu 'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh,
Selamat pagi para penuntut ilmu, jamaah majelis al-Qur'an rahimakumullah, Alhamdulillah dan Syukur kepada Allah kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk bersama-sama melanjutkan tadarus/kajian al-Qur'an, dengan metode tafsir perkata, penjelasan ayat demi ayat, dengan cara inilah para santri di pondok-pondok pesantren dan majelis ilmu yang mempergunakan kitab tafsir al-Qur'an dalam mempelajarinya secara keseluruhan mulai dari surah pertama al-Fatihah hingga surah terakhir an-Naas, tidak secara acak atau pun hanya terjemah saja yang dapat mengakibatkan bisa jadi keliru di dalam memahaminya. Semoga dengan usaha dan cara ini kita bisa menguasai bahasa 'Arab, serta lebih mendalami akan isi dari kandungan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala ini. Insya Allah.

Lanjutan kajian kita hari ini membicarakan tentang wasilah atau tawassul yang telah difirmankan Allah Subhanahu wa Ta'ala pada QS AL-MAA-IDAH 5: 35.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
YAAA AYYUHAL-LADZIINA AAMANUT-TAQULLOOHA WABBTAGHUUU ILAIHIL-WASIILATA WAJAAHIDUU FII SABIILIHII LA-'ALLAKUM TUFLIḪUUNA = Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bertawassullah (carilah wasilah atau jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya), dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.

"YAAA AYYUHAL-LADZIINA=wahai orang-orang yang" "AAMANUU=mereka beriman" "IT-TAQULLOOHA=bertakwalah kepada Allah" artinya takutlah akan siksa-Nya dengan jalan menaati-Nya, "WABBTAGHUUU=dan kalian carilah" "ILAIHI=kepada-Nya" "AL-WASIILATA=wasilah, yaitu jalan yang akan mendekatkan dirimu kepada-Nya dengan jalan taat dan beribadah. "WAJAAHIDUU=dan berjihadlah kalian" "FII SABIILIHII=di jalan-Nya" maksudnya untuk meninggikan agama-Nya. "LA-'ALLAKUM=supaya kalian" "TUFLIḪUUNA=beruntung" atau beroleh keberhasilan selamat dari neraka dan masuk surga.

Ayat  ini menyentuh jiwa manusia dengan mengajaknya mendekat kepada Allah. Ajakan tersebut ditujukan kepada orang-orang yang beriman: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا) YAAA AYYUHAL-LADZIINA AAMANUU=hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah hindarilah siksa-Nya baik duniawi maupun ukhrawi dan bersungguh-sungguhlah mencari jalan dan cara yang dibenarkan-Nya yang mendekatkan diri kamu kepada ridha-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, yakni kerahkanlah semua kemampuan kamu lahir dan bathin untuk menegakkan ajaran-Nya, termasuk berjihad melawan hawa nafsu kamu supaya kamu mendapat keberuntungan, yakni memperoleh apa yang kamu harapkan, baik keberuntungan duniawi maupun ukhrawi.

Kata (وسيلة) WASIILAH mirip maknanya dengan (وصيلة) WASHIILAH, yakni sesuatu yang menyambung sesuatu dengan yang lain. Wasilah adalah sesuatu yang menyambung dan mendekatkan sesuatu dengan yang lain atas dasar keinginan yang kuat untuk mendekat. Tentu saja banyak cara yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada ridha Allah. Namun, kesemuanya haruslah yang dibenarkan oleh-Nya. Ini bermula dari rasa kebutuhan kepada-Nya. Demikian Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu menafsirkan. Memang, jika seseorang merasakan kebutuhan kepada sesuatu, dia akan menempuh segala cara untuk meraih ridhanya serta menyenangkannya. Demikian juga dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pengertian tawassul sebagaimana yang dipahami oleh kaum Muslimin selama ini bahwa tawassul adalah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui para waliAllah atau orang shaleh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jadi tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk menuju Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa.

Banyak sekali cara untuk berdoa agar dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, seperti berdoa di sepertiga malam terakhir, berdoa di Multazam Ka'bah, berdoa dengan didahului bacaan alhamdulillah dan shalawat dan meminta doa kepada waliAllah dan orang shaleh. Demikian juga tawassul adalah salah satu usaha agar doa yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dengan demikian, tawassul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan keharusan

Para ulama sepakat memperbolehkan tawassul kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan perantaraan amal shaleh, sebagaimana orang melaksanakan shalat, puasa dan membaca Al-Qur'an. Seperti hadits yang sangat populer diriwayatkan dalam hadits sahih yang menceritakan tentang tiga orang yang terperangkap di dalam gua, yang pertama bertawassul kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas amal baiknya terhadap kedua orang tuanya; yang kedua bertawassul kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas perbuatannya yang selalu menjauhi perbuatan tercela walaupun ada kesempatan untuk melakukannya; dan yang ketiga bertawassul kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas perbuatannya yang mampu menjaga amanat terhadap harta orang lain dan mengembalikannya dengan utuh, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan jalan keluar bagi mereka bertiga yang terperangkap dari dalam gua tersebut.

Dalam satu hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah Yang Mahamulia lagi Mahaagung berfirman: "Barang siapa yang memusuhi wali-Ku (orang yang dekat kepada-Ku) maka sesungguhnya Aku telah nyatakan perang baginya. Tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku senangi daripada melaksanakan apa yang Aku fardhukan atasnya. Dan tidak pula hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri dengan melakukan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Bila Aku mencintainya, menjadilah Aku telinganya yang dia gunakan untuk mendengar, matanya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang dengannya dia mengajar, dan kakinya yang dengannya dia berjalan. Apabila dia bermohon kepada-Ku maka pasti Ku-kabulkan permohonannya, apabila dia meminta perlindungan-Ku maka pasti dia Ku-lindungi."

Ayat ini adalah sebagai dalil yang membenarkan apa yang diistilahkan dengan Tawassul—yakni mendekatkan diri kepada kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan menyebut nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para waliAllah (orang-orang yang dekat kepada-Nya), yakni berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala guna meraih harapan demi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan atau para waliAllah yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sahabat Nabi 'Umar bin al-Khaththab berkata: "Pada masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, jika kami kekeringan karena hujan tidak turun, kami bertawassul dengan menyebut nama Nabi kiranya hujan turun. Setelah Nabi wafat, kami bertawassul dengan menyebut nama al-Abbas paman Nabi shallallahu alaihi wasallam". (Hadits shahih riwayat Imam Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa'i).

Imam al-Alusi termasuk ulama yang memperbolehkan tawassul. Setelah menjelaskan panjang lebar tentang wasilah dan tawassul, ulama ini berkesimpulan bahwa tidak mengapa berdoa kepada Allah dengan menyebut dan bertawassaul atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, baik ketika beliau hidup maupun setelah wafat, dalam arti, yang bersangkutan berdoa kepada Allah demi kecintaan-Nya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kiranya Yang Maha Esa itu mengabulkan permohonan si pemohon. Demikian lebih kurang pernyataan al-Alusi yang dikutip dan disetujui oleh mantan Mufti Mesir yang kini menjabat sebagai Syaikh (Pemimpin Tertinggi) al-Azhar, Muhammad Sayyid Thantawi.

Imam Syaukani mengatakan bahwa tawassul kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ataupun kepada yang lain (orang shaleh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah merupakan ijma' para sahabat. "Ketahuilah bahwa tawassul bukanlah meminta kekuatan orang mati atau yang hidup, tetapi berperantara kepada keshalihan seseorang, atau kedekatan derajatnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sesekali bukanlah manfaat dari manusia, tetapi dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memilih orang tersebut hingga ia menjadi hamba yang shaleh, hidup atau mati tak membedakan atau membatasi kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena ketakwaan mereka dan kedekatan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala tetap abadi walau mereka telah wafat."

Orang yang bertawassul dalam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan perantaraan berupa sesuatu yang dicintai-Nya dan dengan berkeyakinan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala juga mencintai perantaraan tersebut. Orang yang bertawassul tidak boleh berkeyakinan bahwa perantaranya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala bisa memberi manfaat dan mudharat kepadanya. Jika ia berkeyakinan bahwa sesuatu yang dijadikan perantaraan menuju Allah Subhanahu wa Ta'ala itu bisa memberi manfaat dan mudharat, maka dia telah melakukan perbuatan syirik, karena yang bisa memberi manfaat dan mudharat sesungguhnya hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala semata.

Jadi  sejatinya tawassul adalah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui waliAllah atau orang shaleh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tawassul hanyalah merupakan pintu dan perantara dalam berdoa untuk menuju Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka tawassul bukanlah termasuk syirik karena orang yang bertawasul meyakini bahwa hanya Allah-lah yang akan mengabulkan semua doa.

Adapun ulama yang melarang bertawassul baik dengan nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lebih-lebih para waliAllah (orang-orang yang dekat kepada Allah), karena dikhawatirkan hal tersebut tidak dipahami oleh masyarakat awam yang sering kali atau boleh jadi menduga bahwa mereka itulah—baik yang telah wafat atau masih hidup—yang mengabulkan permohonan mereka atau bahwa mereka mempunyai peranan yang mengurangi peranan Allah dalam pengabulan permohonan mereka. Keyakinan semacam ini jelas terlarang bahkan salah satu bentuk mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tetapi kalau meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan karena berkat Rasulullah dan para waliAllah (orang-orang yang dekat kepada Allah) itulah yang dibenarkan dan dimaksudkan oleh ayat ini.

Di akhir ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: (لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ) "LA-'ALLAKUM TUFLIḪUUN = supaya kalian mendapat keberuntungan" kalian memperoleh kebahagiaan yang langgeng, kekekalan yang abadi, serta ridha Sang Pencipta Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat, dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kebahagiaan kepada kita baik di dunia mau pun di akhirat serta di jauhkan-Nya kita dari siksa neraka, disamping itu kita memohon kepada-Nya agar selalu dalam lindungan dan bimbingan-Nya berkat Nabi shallallalahu 'alaihi wasallam dan para Wali-Nya serta orang-orang shaleh. Aamiin Allahumma aamiin
Sent from BlackBerry® on 3

Tidak ada komentar: