Laman

Kamis, 24 Januari 2013

Ustadz Ngadain Maulid Nabi Gak ?

"Ustadz.. ngadain Maulid Nabi, gak?"

Suatu hari, seseorang bertanya melalui telepon.
"Ustadz ngadain Maulid Nabi, gak?"
"Dulu saya pernah, tapi setelah itu tidak pernah lagi", jawab ustadz singkat.
"Lho, koq bisa begitu?", tanya sang penelepon keheranan.
"Dulu saya mengadakan Maulid Nabi dengan dasar baik sangka akan perasaan saya sebagai orang yang mencintai Nabi. Namun setelah saya perhatikan kehidupan para sahabat yang ditulis para ahlul hadits maka saya mendapati Abu Bakar Ash-Shiddieq -orang terbaik setelah Nabi kita-, Umar bin Khoththob, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Tholib dan seluruh sahabat Nabi koq gak ada yang membuktikan cinta mereka kepada Nabi kita dengan memperingati hari lahirnya." Jelas sang ustadz.
"Adakah orang yang paling benar cintanya dan besar pengorbanannya selain para sahabat Nabi?", tanya ustadz kepada sang penelepon.
Sang penelepon menjawab dengan lirih, "Iya sih, ga ada yang menandingi mereka."
"Nah itulah mengapa saya tidak melakukan maulidan lagi. Dan sudah semestinya, kaum muslimin menyibukkan diri dengan apa-apa yang diajarkan Nabi dan dipraktekkan para sahabatnya berdasarkan keterangan yang benar.", Sang ustadz menambahkan sambil mengemukakan harapannya.

Maulid artinya hari kelahiran.
Amalan ini tidak pernah diamalkan oleh ummahaatul mu'minin, khulafaa-urroosyidien, sahabat muhajirin dan anshor, bahkan seluruh sahabat Nabi kita. Begitu pula para taabi'iin, taabi'uttaabi'iin, imam yang empat juga gak kenal acara maulid. Acara ini muncul abad ke 4, disponsori bani Fathimiyyah dari kalangan syi'ah.. jadi orang yang mengadakan maulid itu bukan mengikuti Rosululloh dan generasi terbaik umat ini.. jika perkara ini baik, niscaya generasi para sahabat Nabi-lah yang akan pertama kali mengadakannya.

Kaum muslimin tidak boleh menyelenggarakan perayaan hari kelahiran Nabi صلى الله عليه وسلم pada malam 12 Rabi'ul Awal / malam lainnya, dan tidak boleh juga merayakan hari kelahiran siapapun, karena perayaan hari kelahiran termasuk bid'ah dalam agama, sebab Nabi صلى الله عليه وسلم tidak pernah merayakan hari kelahirannya semasa hidupnya, padahal beliau lah yang mengajarkan agama ini dan menetapkan syari'at-syariat dari Rabbnya صلى الله عليه وسلم , beliau juga tidak pernah memerintahkannya. Khulafa'ur Rasyidin dan sahabat serta para tabi'in pun tidak pernah melakukannya.
Maka dengan demikian diketahui bahwa perayaan itu merupakan bid'ah, sementara Nabi صلى الله عليه وسلم telah bersabda, "Barangsiapa membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami (dalam islam) yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak".
(HR. Bukhari Muslim)
Dalam Riwayat Muslim disebutkan, "Barangsiapa yang melakukan suatu amal yang tidak kami perÍntahkan maka ia tertolak."
Merayakan hari kelahiran ini tidak pernah diperintahkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم , bahkan ini merupakan hal baru yang diada-adakan oleh manusia dalam agama ini pada abad-abad belakangan, maka perubahan ini ditolak.
Sementara itu, dalam suatu khutbah Jum'at Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengatakan, "Amma ba'du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad صلى الله عليه وسلم , seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru yang diada-adakan dan setiap hal baru adalah sesat".
(HR. Muslim)
Dikeluarkan pula oleh An-Nasa'i dengan tambahan, "Dan setiap yang sesat itu (tempatnya) di Neraka."
Tidak perlu dengan merayakan hari kelahirannya Nabi صلى الله عليه وسلم jika bertujuan untuk mengajarkan berita-berita yang berkaitan dengan kelahiran beliau, sejarah hidupnya pada masa jahiliyah dan masa islam, karena semua ini bisa diajarkan di sekolah-sekolah dan di masjid-masjid serta lainnya.
Sent from BlackBerry® on 3

Tidak ada komentar: