Laman

Senin, 25 Maret 2013

Al Maiidah 105

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesempatan untuk bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan metode tafsir perkata, pembahasan dari ayat ke ayat, semoga dengan cara ini kita dapat menguasai bahasa Arab dan memahami al-Qur'an dengan baik dan benar. Diharapkan juga agar kita beserta keluarga dan orang-orang yang kita cintai dapat membentengi diri terhadap paham-paham yang menyesatkan yang semakin marak akhir-akhir ini.

Setelah Allah menjelaskan tentang orang-orang yang apabila diajak bicara dan dikatakan: "Ikutilah Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya," orang-orang musyrik itu menjawab, "Cukup bagi kami mengikuti segala sesuatu yang sudah kami warisi dari nenek moyang kami." Kalau nenek moyang mereka adalah orang-orang bodoh, sesat, tidak memahami kebenaran, tidak mengenal yang makruf, tidak mengingkari kemungkaran, tidak mendapat petunjuk kepada kebenaran, dan tidak mengikuti petunjuk, lantas bagaimana mereka mengikuti nenek moyang mereka ini dan meninggalkan petunjuk yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Bagaimana mereka mendahulukan pendapat mereka atas wahyu kalau mereka adalah manusia paling sesat dan paling bodoh. Maka pada ayat lanjutan ini Allah berfirman:

QS AL-MAA-IDAH 5: 105.
أ عو ذ بالله من تاشيطان الرجيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ ۚ لا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۗ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
YAAA AYYUHAAL-LADZIINA AAMANUU 'ALAIKUM ANFUSAKUM, LAA YADHURRUKUM-MAN DHOLLA IDZAHTADAITUM, ILALLOOHI MARJI-'UKUM JAMII-'AN FAYUNABBI-UKUM BIMAA KUNTUM TA'LAMUUNA. = Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kamu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepada kamu apabila kamu telah mendapat petunjuk[453]. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Keterangan: [453] Maksudnya: kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, asal kamu telah mendapat petunjuk. Tetapi tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.

Translation In English: "O Ye who believe! Guard your own souls: If ye follow (right) guidance, no hurt can come to you from those who stray. the goal of you all is to Allah: it is He that will show you the truth of all that ye do."

"YAAA AYYUHAA=wahai" "AL-LADZIINA=orang-orang yang" "AAMANUU=mereka beriman" 'ALAIKUM=atas kalian" jagalah dari kemaksiatan, "ANFUSAKUM=diri kalian", "LAA=tidak" akan "YADHURRUKUM=membahayakan kalian" "MAN=orang yang" "DHOLLA=sesat" "IDZAHTADAITUM=apabila kalian mendapat petunjuk", "ILALLOOHI=kepada Allah" "MARJI-'UKUM=tempat kembali kalian" "JAMII-'AN=(secara) keseluruhan" "FAYUNABBI-UKUM=lalu Dia akan memberitahukan kepada kalian" "BIMAA=tentang apa yang" "KUNTUM=kalian telah" "TA'LAMUUN=kalian kerjakan" kemudian Dia akan membalas kamu.

Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan makna tidak akan membahayakan kamu orang-orang yang sesat ialah golongan Ahlul Kitab. Menurut pendapat lainnya, yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang selain Ahlul Kitab, pendapat ini berlandaskan pada haditsnya Abu Tsa'labah Al-Khusyani. Dalam haditsnya Al-Khusyani mengatakan, "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang makna ayat ini; kemudian beliau menjawab, 'Saling perintah-memerintahkanlah kamu sekalian kepada kebaikan, dan saling cegah-mencegahlah kamu sekalian tentang kemungkaran, hingga jika kamu melihat orang yang bakhil (pelit) ditaati; hawa nafsu mulai diikuti; keduniawian paling dipentingkan; dan orang-orang yang berakal mulai merasa kagum dengan akalnya sendiri, maka peliharalah dirimu.'" Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Hakim dan lain-lainnya

Pakar tafsir az-Zamakhsyari berkata, "Dahulu orang-orang Muslim sedih terhadap kekafiran mereka, mereka berharap orangorang kafir itu masuk Islam. Maka dikatakan kepada mereka: Jagalah dirimu dengan memperbaikinya dan berjalan menuju jalan petunjuk, sesungguhnya kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, asal kamu telah mendapat petunjuk, sebagaimana firman Allah kepada Nabi-Nya, "Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka".

Ayat lalu menjelaskan keengganan kaum musyrikin mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya karena keengganan mereka membatalkan tradisi nenek moyang. Pembatalan itu—jika mereka terima—merupakan pengakuan atas kebodohan dan kepicikan orangtua mereka, dan ini tentu saja—dalam pandangan mereka—merupakan mudharat dan merugikan mereka. Untuk meluruskan pandangan ini, kaum Muslimin diingatkan bahwa menerima petunjuk Allah sama sekali tidak akan mengakibatkan mudharat. Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kamu, yakni asah dan asuh jiwa kamu, hiasi ia dengan tuntunan Ilahi, tiadalah orang yang sesat siapa pun mereka, baik yang musyrik, kafir, atau selain mereka, dapat memberi mudharat kepada kamu apabila kamu telah mendapat petunjuk, yakni mengamalkan petunjuk sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Boleh jadi mereka memang mengecam kamu, tetapi itu hanya sementara karena pada akhirnya hanya kepada Allah, tidak kepada siapa pun selain-Nya, kamu kembali semuanya, baik Mukmin maupun kafir, lalu Dia akan menerangkan kepada kamu dengan keterangan yang pasti dan jelas apa yang masing-masing telah kamu kerjakan, lalu Dia sendiri pula yang akan memberi balasan dan ganjaran sesuai dengan niat dan amal masing-masing.

Allah berfirman, memerintahkan hamba-hamba-Nya yang Mukmin agar mereka memperbaiki diri dan mengerjakan kebaikan dengan segala kemampuan dan kekuatan yang mereka miliki. Allah memerintahkan agar mereka berbuat demikian seraya memberitahukan kepada mereka bahwa 'barang siapa yang memperbaiki urusannya, maka tidak dapat membahayakannya kerusakan yang menimpa diri orang lain, baik dia sebagai kerabatnya ataupun or ang yang jauh darinya'. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
tafsir ayat ini, bahwa Allah berfirman, "Apabila seseorang hamba taat kepada-Ku dalam apa yang Kuperintahkan kepadanya —yaitu perkara halal— dan apa yang Aku larang dia darinya —yaitu perkara haram—, maka tidak akan membahayakannya kesesatan yang dialami oleh orang lain sesudahnya, bilamana ia terus-menerus mengerjakan semua hal yang Aku perintahkan kepadanya. " Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Walibi, dari Ibnu Abbas . Demikian pula yang dikatakan oleh Muqatil ibnu Hayyan.

Ayat ini sama sekali tidak mengandung pengertian yang membolehkan meninggalkan amar ma'ruf dan nahi munkar. Dengan kata lain, amar ma'ruf dan nahi munkar tetap dilaksanakan jika pelaksanaannya memungkinkan.

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Oasim, telah menceritakan kepada kami Zuhair (yakni Ibnu Mu' awiyah) , telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid, telah menceritakan kepada kami Qais, bahwa Khalifah Abu Bakar berkhutbah; ia memulainya dengan memanjatkan puja dan puji serta syukur kepada Allah, kemudian menyerukan kepada orang-orang, "Hai manusia, sesungguhnya kalian membaca ayat ini, Tetapi kalian menempatkan pengertiannya bukan pada tempat yang sebenarnya. Dan sesungguhnya aku (Abu Bakar radhiallahu anhu) pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya manusia itu apabila melihat perkara mungkar, lalu mereka tidak mencegahnya, maka dalam waktu yang dekat Allah Subhanahu wa Ta'ala  akan menurunkan siksa-Nya kepada mereka semua.

Qais mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Bakar radhiallahu anhu berkata, "Hai manusia, hindarilah oleh kalian perbuatan dusta, karena sesungguhnya dusta itu bertentangan dengan iman." Asar ini telah diriwayatkan oleh Ashabus Sunan yang empat dan Ibnu Hibban di dalam kitab Sahihnya serta lain-lainnya.

Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Atabah ibnu Abu Hakim, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Jariyah Al Lakhami, dari Abu Umayyah Asy-Sya'bani yang mengatakan bahwa ia pernah datang kepada Abu Sa'labah al-Khusyani, lalu bertanya kepadanya, "Bagaimanakah sikapmu terhadap ayat ini?" Abu Sa'labah bertanya, "Ayat apakah yang kamu maksudkan?" Ia menjawab  "Yaang kumaksud adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: 'Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepada kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk'. Abu Sa'labah menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya kamu menanyakannya kepada orang yang mengetahuinya. Aku pernah menanyakannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau bersabda: 'Tidak, tetapi tetaplah beramar ma'ruf dan bernahi mungkar hingga kamu melihat sifat kikir ditaati, hawa nafsu diikuti, duniawi dipentingkan (diprioritaskan) , dan setiap orang merasa kagum dengan pendapatnya sendiri, maka (saat itulah) kamu harus memperhatikan dirimu sendiri dan tinggalkanlah orang-orang awam. Karena sesungguhnya di balik itu kalian akan mengalami berbagai macam cobaan, yaitu di hari-hari di mana orang yang bersikap sabar dalam menjalani masa itu sama dengan seseorang yang menggenggam bara api. Orang yang beramal (kebaikan) dimasa itu beroleh pahala semisal dengan pahala lima puluh orang lelaki yang beramal seperti amal kalian." Abdullah ibnul Mubarak mengatakan bahwa yang lainnya selain Atabah menambahkan seperti berikut : Bahwa ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah pahala lima puluh orang lelaki itu dari kalangan kami ataukah dari kalangan mereka? " Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: Tidak, bahkan pahala lima puluh orang dari kalian. Kemudian Imam Thirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan garib sahih.

Menurut Muhammad Sayyid Thantawi, pesan ayat ini menyatakan, "Wahai orang-orang yang beriman, kalau kalian telah melaksanakan kewajiban kalian, ketika itu kalian tidak akan menderita mudharat dari siapa pun yang lalai melaksanakan kewajibannya" Dan, tentu saja, salah satu kewajiban ummat Islam adalah melaksanakan amar ma'ruf dan nahi mungkar, karena seseorang tidak dapat dinamai telah meraih petunjuk menuju kebenaran bila ia mengabaikan kewajiban di atas, sejalan dengan kandungan surah al-'Ashr, yang menilai seseorang tetap masih berada dalam kerugian kendati dia telah beriman dan beramal shaleh tetapi belum wasiat-mewasiati, yakni ingat-mengingatkan tentang al-ḫaq (kebenaran) dan as-shbr (kesabaran) dan ketabahan sebagaimana bunyi firman Allah yang sangat populer dibawah ini:
وَالْعَصْرِ ۙ .إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍۙ   . إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
WAL-'ASHRI, INNAL-INSAANA LAFII KHUSRIN, ILLAL-LADZIINA AAAMANUU WA-'AAMILUSH-SHOOLIḪAATI WATAWA SHOU BIL-ḪAQQI, WATAWAA SHOU BISH-SHOBBRI.= Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS al-'Ashr 103: 1-3).

Semoga bermanfaat buat kita semua... Aamiin Yaa Rabbal 'aalamiin..
Sent from BlackBerry® on 3

Tidak ada komentar: