Laman

Kamis, 28 Maret 2013

Surat al maiidah 109

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan baik dan benar.

AL-QUR'AN SEBAGAI THE WAY OF LIFE:
Al-Qur'an adalah Kitab Allah Subhana Wata'ala yang berisi sejarah ummat sebelum kamu, berita ummat sesudahmu, Kitab yang memutuskan atau menyelesaikan urusan di antara kamu, yang nilainya bersifat pasti dan absolut. Siapa saja yang durhaka "meninggalkannya" pasti Allah Subhanahu wa ta'ala akan "memusuhinya". "Siapa yang mencari petunjuk selain al-Qur'an pasti akan tersesat. Al-Qur'an adalah tali Allah yang sangat kuat, peringatan yang bijaksana dan jalan yang sangat lurus". (HR.Tirmidzi).

Tadarus/Kajian kita hari ini membahas QS AL-MAA-IDAH 5: 109.
أ عو ذ بالله من الشيطان الرجيم
يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ ۗ  قَالُوا لا عِلْمَ لَنَا ۗ  إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ
YAUMA YAJJMA-'ULLOOHUR-RUSULA FAYAQUULU MAADZAAA UJIBBTUM, QOOLUU LAA 'ILMA LANAA, INNAKA ANTA 'ALLAAMUL-GHUYUUBI. =  (Ingatlah), hari ketika Allah mengumpulkan para Rasul,  lalu Allah Dia berfirman "Apa jawaban terhadap kamu?" Mereka menjawab: "Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib".

Translation In Englighs: "One day will Allah gather the messengers together, and ask: "What was the response ye received (from men to your teaching)?" They will say: "We have no knowledge: it is Thou Who knowest in full all that is hidden."

"YAUMA=(ingatlah) pada hari" "YAJJMA-'ULLOOHUR-RUSULA=Allah mengumpulkan para Rasul" yaitu pada hari Kiamat, "FAYAQUULU=lalu Dia berfirman" "MAADZAAA=apa yang" "UJIBBTUM=dijawab (kaum kalian terhadap seruan) kalian" tatkala kamu mengajak mereka kepada ketauhidan, "QOOLUU=mereka berkata" "LAA=tidak" ada  'ILMA=pengetahuan" "LANAA=bagi kami" tentang hal itu, "INNAKA=sungguh Engkau" "ANTA=Engkau"  'ALLAAMU=Maha Mengetahui" "AL-GHUYUUBB=perkara-perkara yang ghaib" apa-apa yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan hamba-hamba-Nya dan ghaib di mata mereka oleh sebab kengerian yang mereka hadapi pada saat hari Kiamat yang membuat mereka kaget. Kemudian para Rasul itu menjadi saksi terhadap ummat mereka masing-masing tatkala ummat mereka diam seribu bahasa.

Setelah ayat lalu menguraikan kesaksian manusia atas wasiat manusia yang lain, ayat ini kini berbicara tentang kesaksian para Rasul atas wasiat Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap seluruh manusia. Bukankah tuntunan-tutunan agama yang disampaikan para Rasul merupakan wasiat Allah Subhanahu wa Ta'ala? Sebagaimana firman-Nya disurah lain:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۗ
"SYARO'A LAKUM-MINAD-DIINI MAA WASH-SHOO BIHII NUUḪAW-WALLADZIII AUḪAINAAA ILAIKA WAMAA WASH-SHOINAA BIHIII IBBROHIIMA WA-MUUSAA WA-'IISAAA AN AQIIMUD-DIINA WALAA TATAFARROQUU FIIHI. = Dia (Allah) telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu, "Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya". (QS asy-Syuraa 42: 13).

Al-Biqa'i menghubungkan ayat ini dengan ayat lalu dengan terlebih dahulu menguraikan kandungan ayat yang lalu menyangkut penegakan kesaksian dan penahanan yang dilakukan untuk maksud tersebut hingga selesainya segala yang berkaitan dengan kasus itu, termasuk rahasia yang berkaitan dengan kematian, serta penekanan menyangkut sumpah. Agaknya, ini oleh al-Biqa'i dijadikan titik tolak bagi lahirnya uraian menyangkut penegakan kesaksian di hari Kemudian, penahanan manusia di padang Mahsyar untuk tujuan tersebut, hingga selesainya segala sesuatu yang berkaitan dengan kesaksian setiap manusia di hari Kemudian nanti. Di samping itu, al-Biqa'i juga mengutip pendapat ar-Razi yang menyatakan bahwa telah menjadi kebiasaan Allah, dalam al-Qur'an, menetapkan aneka ketentuan hukum dan kewajiban, lalu disusul dengan uraian tentang soal-soal Ilahiah, atau penjelasan tentang keadaan para Nabi, atau uraian tentang Hari Kiamat, agar uraian itu menguatkan ketentuan-ketentuan hukum dan kewajiban-kewajiban yang disebut sebelumya. Atas dasar itu. Lanjut al-Biqa'i, Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan bahwa: Ingat, dan takutlah akan datangnya satu hari ketika Allah mengumpulkan para Rasul, yang ditugaskan-Nya menyampaikan ketentuan-ketentuan Allah kepada ummat mereka di mana Allah akan menahan para saksi untuk diminta keterangannya lalu Dia berfirman kepada para Rasul itu: "Apa jawaban kaummu terhadap seruan kamu yang Ku-perintahkan untuk kamu sampaikan kepada mereka, apakah mereka menerima dan melaksanakannya atau tidak?"

Karena kesaksian yang bermanfaat pada hari itu adalah kesaksian yang sesuai lahir dengan bathin, dan karena para Rasul tidak mengetahui kecuali keadaan lahir ummatnya dan tidak mengetahui bathin mereka, maka mereka yakni para Rasul itu menjawab: "Tidak ada pengetahuan kami tentang keadaan dan sikap ummat kami yang sebenarnya karena, walaupun kami mengetahui lahir mereka, apa yang ghaib dan yang kami tidak ketahui lebih banyak. Yang ghaib boleh jadi bertentangan dengan yang lahir sehingga pada hakikatnya pengetahuan kami tidak ada. Engkaulah Yang Maha Mengetahui karena: Sesungguhnya engkau-lah yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib."

Boleh jadi juga jawaban para Rasul seperti terbaca di atas karena mereka sadar bahwa pengetahuan mereka tentang keadaan ummatnya sedemikian sedikit, bahkan tidak berarti, jika dibanding dengan pengetahuan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seakan-akan mereka menjawab: "Kami tidak mempunyai pengetahuan yang berarti dibanding dengan pengetahuan-Mu, Ya Allah." Demikian lebih kurang maksud mereka menurut pandangan sementara penafsir. Memang, merupakan suatu adab yang terpuji bagi seseorang yang pengetahuannya terbatas untuk tidak memberi jawaban jika di hadapannya ada yang lebih mengetahui. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa jawaban itu berkaitan dengan keinginan para Rasul agar Allah Subhanahu wa Ta'ala secara langsung memberi putusan terhadap sikap ummat mereka yang membangkang dan memusuhi para Nabi itu, tanpa keterlibatan para Rasul itu untuk menuduh atau menunjukkan kesalahan mereka. Ini, menurut az-Zamakhsyari, serupa dengan seorang raja yang salah satu pembantunya dianiaya oleh satu pihak. Sang raja mengetahui perincian penganiayaan itu, tetapi ia bermaksud mengecam penganiaya sekaligus menunjukkan pembelaannya kepada pembantunya. Maka, dia mempertemukan si pembantu dan si penganiaya, lalu bertanya kepada si pembantu: "Apa yang dilakukan oleh orang itu terhadapmu?" Sang raja sebenarnya tahu tetapi dia ingin mengecam si penganiaya. Pembantu yang dianiaya tidak lagi menceritakan apa perlakuan yang diterimanya. Dia hanya berkata: "Engkau lebih mengetahui."

Ayat ini dapat juga dihubungkan dengan ayat lalu dengan mengaitkannya dengan perintah bertakwa. Seakan-akan ayat ini menyatakan, "Dan bertakwalah kepada Allah antara lain dengan menghindari siksa yang akan terjadi pada hari ketika Allah menghimpun para Rasul."

Kalimat pada Firman-Nya: "(لا عِلْمَ لَنَا) LAA 'ILMA LANAA=tidak ada pengetahuan bagi kami". Ibnu Abbas berkata, Tiada pengetahuan bagi kami kecuali Engkau lebih mengetahui dari kami. Atau, Tiada pengetahuan bagi kami jika dibandingkan dengan ilmu-Mu yang meliputi segala sesuatu, maka meskipun kami mengetahui siapa yang menerima ajaran kami pada lahirnya, tidak mengetahui hakikat bathinnya, dan Engkaulah yang Maha Mengetahui lahir bathinnya segala sesuatu.

Kalimat pada Firman-Nya: (إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ) INNAKA ANTA 'ALLAAMUL-GHUYUUBB= sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib". Engkau Mengetahui apa yang kami tidak ketahui baik yang tampak dan tersembunyi. Abu Su'ud berkata, "Ini adalah menampakkan pengaduan dan mengembalikan perkara kepada pengetahuan Allah terhadap penderitaan yang mereka dapat dari kaumnya dan berlindung kepada Tuhannya dari penyiksaan mereka".

Takutlah kita kepada Allah, waspadalah terhadap siksa-Nya dengan berbuat taat kepada-Nya, dan patuhilah perintah-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak membimbing orang yang keluar dari ketaatan kepada-Nya menuju hidayah-Nya, dan tidak menuntun orang yang menentang syariat-Nya untuk menggapai ridha-Nya.

Semoga bermanfaat dan mudah2an kita dalam keadaan sehat dan afiat, senantiasa dalam lindungan dan bimbingan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Aamiin Yaa Rabbal 'aalamiin...
Sent from BlackBerry® on 3

Tidak ada komentar: