Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al an'am 6:10-11

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku sekalian,ِ Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan oleh Allah, sehingga bisa melanjutkan tadarus/kajian kita dengan metode tafsir perkata serta penjelasan ayat secara rinci dan di ulang sebagaimana biasanya, agar bisa dipahami dengan baik dan benar. Disini juga ada terjemah bahasa Indonesia dengan maksud agar bisa dibaca pada HP yang tidak memiliki Arabic font, serta cara membacanya sesuai dengan tajwid dasar, dan terjemah dalam bahasa Inggris agar kita bisa > to improve our English.

Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhu memaparkan bahwa ayat-ayat (mulai dari ke-4 sampai dengan ke-11) tersebut diturunkan sehubungan dengan kebiasaan orang-orang Musyrik yang terbiasa mengingkari ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Juga sebagai penegas tentang masalah yang menyebabkan mereka melakukan kekafiran dan ancaman terhadap mereka. (HR Ibnu Abi Hatim).

QS AL-AN'AAM 6: 10-11.
أ عو ذ با لله من الشيطان الرجيم
Ayat: 10.
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
WALAQODIS-TUHZI-A BI-RUSULIM-MIN QOBBLIKA FAḪAAQO BIL-LADZIINA SAKHIRUU MINHUM-MAA KAANUU BIHII YASTAHZI-UUNA. = Dan sungguh telah diperolok-olokkan Rasul sebelummu, maka menimpalah orang-orang yang mencemoohkan mereka balasan olok-olokan mereka.

Translation In English: "Mocked were (many) messengers before thee; but their scoffers were hemmed in by the thing that they mocked."

"WALAQODD=dan sungguh" "IS-TUHZI-A=telah diejek" "BI-RUSULIN=para Rasul" "MIN=dari" "QOBBLIKA=sebelum engkau" ungkapan ini mengandung makna yang menghibur hati Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "FAḪAAQO=maka telah turun" "BIL-LADZIINA=terhadap orang-orang yang" "SAKHIRUU=mereka mencemoohkan" "MINHUM=diantara mereka" "MAA=apa yang" "KAANUU=mereka dahulu" "BIHII=terhadapnya" "YASTAHZI-UUN=mereka perolok-olokkan" yang berupa azab; demikian pula siksaan itu akan menimpa orang-orang yang memperolok-olokkan kamu.

Karena sikap para pembangkang itu sungguh menyedihkan dan menyakitkan hati Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan para pengikutnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala menghibur mereka dengan menyatakan bahwa perlakuan demikian bukanlah hal yang baru dalam sejarah para Nabi dan ummat manusia. Ayat ini dihubungkan dengan pernyataan ayat lalu yang menegaskan bahwa kelak akan sampai kepada mereka kenyataan berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan.

Kami tahu bahwa engkau wahai Muhammad diperolok-olok, dan sungguh telah didustakan dan diperolok-olok juga Rasul-Rasul sebelummu, maka jatuh dan menimpalah orang-orang-orang yang mencemoohkan mereka, yakni para Rasul itu, balasan olok-olokkan mereka terhadap para Rasul. Jika demikian, mereka yang memperolok-olokmu terancam pula dengan balasan serupa.

Ayat ini tidak menyebut siapa yang memperolok-olok karena persoalannya bukan terletak pada siapa, tetapi terletak pada olok-olok itu. Siapa pun yang memperolok-olok, dia terancam dengan kandungan ayat ini.

Kata (حَاقَ) ḪAAQO=menimpa, ada yang memahaminya dalam arti menjadi kepastian sehingga tidak dapat dielakkan. Ada juga yang memahaminya dalam arti meliputi sehingga apa yang menimpa tidak sekadar sentuhan atau siksa yang mengenai bagian tertentu dari diri mereka, atau hanya mengenai sebagian mereka, tetapi menimpa secara menyeluruh sehingga siksa itu meliputi seluruh totalitas mereka dan mengenai seluruh yang terlibat dalam olok-olok itu; tidak satu pun yang dapat lolos.


Ayat: 11.
قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
QUL SIIRUU FIL-ARDHI TSUMMAN-ZHURUU KAIFA KAANA 'AAQIBATUL-MUKADZ-DZIBIINA. = Katakanlah: "Berjalanlah di bumi, kemudian lihatlah bagaimana kesudahan para pendusta itu".

Translation In English: "Say, Travel through the earth and see what was the end of those who rejected Truth."

"QUL=Katakanlah" kepada mereka, "SIIRUU=kalian jelajahilah" "FIL-ARDHI=di muka bumi" "TSUMMA=kemudian" "UNZHURUU=perhatikanlah kalian" "KAIFA=bagaimana" "KAANA=adalah ia" 'AAQIBATU=akibat" kesudahan" "AL-MUKADZ-DZIBIIN=orang-orang yang mendustakan" Rasul-Rasul itu; yaitu kebinasaan mereka karena tertimpa azab supaya orang-orang yang memperolok-olokkanmu itu mengambil pelajaran darinya.

Allah Maha Mengetahui bahwa sebagian manusia tidak percaya atau tidak menyadari penegasan ayat diatas, yakni bahwa sejumlah generasi telah dibinasakan Allah. Untuk itu, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan siapa pun yang percaya diperintahkan menyampaikan kepada siapa pun, khususnya yang tidak percaya agar "Berjalanlah di muka bumi, kemudian lihatlah dengan mata kepala dan hati bagaimana kesudahan para pendusta itu."

Ayat ini memerintahkan melakukan perjalanan di permukaan bumi atau katakanlah berwisata. Tetapi, perjalanan tersebut hendaknya disertai dengan upaya melihat dengan mata kepala dan hati, yakni melihat sambil merenungkan dan berpikir menyangkut apa yang dilihat, terutama menyangkut kesudahan yang dialami oleh generasi terdahulu, yang puing-puing peninggalannya terbentang dalam perjalanan.

Ayat di atas menggunakan redaksi (ثمّ النظروا) TSUMMAN-ZHURUU=kemudian lihatlah, pandanglah, perhatikanlah, sedangkan redaksi ayat yang lain adalah (فانظروا) FAN-ZHURUU=maka lihatlah, pandanglah, perhatikanlah,. Pakar tafsir az-Zamakhsyari mengemukakan bahwa kata fan-zhuruu menjadikan nazhar, yakni pandangan mata dan hati, sebagai hasil dari perjalanan sehingga redaksi tersebut bagaikan menyatakan, lakukanlah perjalanan dengan tujuan berpikir, jangan dalam keadaan lengah. Adapun redaksi tsumman-zhuruu seperti bunyi ayat di atas, ia mengandung makna bolehnya melakukan perjalanan di bumi dengan tujuan berdagang dan tujuan lain yang bermanfaat serta berpesan juga tentang kewajiban memikirkan peninggalan lama yang telah binasa. Sementara ulama tafsir lain seperti Ibnu al-Munir berpendapat dengan menyatakan, bahwa adalah lebih baik dan lebih jelas jika dikatakan bahwa tujuan perjalanan yang dimaksud oleh kedua redaksi tersebut sama, yakni menghasilkan renungan dan pemikiran. Bedanya adalah redaksi fan-zhuruu menonjolkan sebab perjalanan, sedang redaksi tsumman-zhuruu bermaksud menggarisbawahi pentingnya renungan dan pemikiran dalam melakukan perjalanan karena hal itulah yang menjadi tujuan utamanya. Ada pun perjalanan itu sendiri tidak lain kecuali sebagai salah satu cara perenungan. Dan, tentu saja, ada perbedaan antara cara dan tujuan.

Ayat ke-11  ini menyebutkan salah satu tujuan berwisata, yakni untuk melihat kesudahan orang-orang yang mendustakan agama. Kesudahan Fir'aun yang tenggelam di laut merah ketika berusaha mengejar Nabi Musa 'alaihis-salam dan Bani Israil dijadikan Allah sebagai ayat atau tanda dan pelajaran bagi generasi yang datang sesudahnya (baca QS Yunus 10: 90-92). Dan tentu saja ia tidak dapat berfungsi demikian secara sempurna, kecuali bila peninggalan itu dilihat dengan pandangan mata dan hati, yang pada gilirannya menghasilkan kesadaran bahwa, betapa pun berkuasanya seseorang, ia tidak akan kekal dan tidak pula mampu melawan kekuasaan Allah atau menghindar dari ketetapan dan siksa-Nya.

Ayat lain menyebutkan tujuan wisata adalah untuk mengenal alam raya dengan segala seni dan keindahannya serta mengenal manusia dan penciptaannya, "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi" (QS al-'Ankabut 29: 20).

Perjalanan yang dianjurkan ayat ini dan semacamnya yang dilakukan untuk tujuan i'tibar, yakni mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah atau fenomena alam, merupakan sesuatu yang baru bagi ummat manusia ketika itu. Semua memang melakukan perjalanan atau wisata, tetapi tanpa tujuan seperti yang digarisbawahi al-Qur'an. Dengan menerapkan tuntunan kitab suci, manusia bukan saja mengenal sejarah dalam tempat, perincian, dan lingkup peristiwa-peristiwanya, tetapi juga sejarah dalam hukum-hukum yang mengarahkannya karena dengan melihat dan merenungkan latar belakang peristiwa, sebagaimana dianjurkan dan diarahkan al-Qur'an, akan ditemukan bahwa ada hukum-hukum kemasyarakatan, dan hukum-hukum sejarah yang yang sifat kepastiannya tidak kurang dari hukum-hukum alam, serta ada juga faktor-faktor yang bersifat umum yang menjadi sebab kebangkitan dan kehancuran masyarakat serta sukses dan kegagalan manusia. Inilah yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk dipetik guna dijadikan pedoman dalam kehidupan ini.

Wahai orang-orang yang mengolok-olok Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, berjalanlah kalian di segenap penjuru bumi dan perhatikanlah berbagai peninggalan orang-orang yang telah dibinasakan dan puing-puing tempat tinggal orang-orang yang mendustakan. Bagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala memusnahkan mereka dengan siksaan dan menghancur-luluhkan bangunan-bangunan mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memporak-porandakan penduduknya dengan berbagai siksaan. Apakah ada yang mau mengambil pelajaran dari pemandangan yang disaksikannya? Adakah yang mau menerima nasihat dari berita yang didengarnya?

Semoga kita bisa mengambil pelajaran yang bermanfaat dari pesan al-Qur'an ini... Aamiin Allahumma aamiin...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: