Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al an'am 6:19

ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku sekalian,ِ Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan oleh Allah Ta'ala, sehingga bisa melanjutkan tadarus/kajian kita dengan metode tafsir perkata agar kita bisa menguasai bahasa al-Qur'an serta penjelasan ayat secara rinci dan di ulang, supaya bisa dipahami dengan baik dan benar. Juga terjemahan dalam bahasa Indonesia dan cara membaca al-Qur'an dengan huruf latin dengan maksud agar tetap bisa dibaca pada HP yang tidak bisa menampilkan huruf Arab dan cara membacanya disesuaikan dengan tajwid pada tingkat dasar. Juga dilengkapi terjemahan dalam bahasa Inggris agar kita bisa sambil belajar, atau paling tidak untuk mengingat kembali bagi telah menguasainya.

Syukur kepada Allah bahwa hari ini kita sudah memasuki tadarus/kajian QS AL-AN'AAM 6: 19.
أ عو ذ با لله من الشيطان الرجيم
قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً ۗ  قُلِ اللَّهُ ۗ  شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۗ  وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ ۗ  أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى ۗ  قُلْ لا أَشْهَدُ ۚ  قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ .
QUL AYYU SYAI-IN AKBARU SYAHAADATAN, QULILLAAHU, SYAHIIDUM-BAINII WA-BAINAKUM, WA-UUḪIYA ILAYYA HAADZAL-QUR-AANU LI-UNDZIROKUM BIHII WAMAM-BALAGHO, A-INNAKUM LATASY-HADUUNA  ANNA MA-'ALLOOHI ILAAHATAN UKHROO, QUL-LAAA ASYHADU, QUL INNAMAA HUWA ILAAHUW-WAAḪIDUW-WA-INNANII BARIII-UM-MIMMAA TUSYRIKUUNA. = Katakanlah: "Apakah sesuatu yang lebih besar persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan al-Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepada kamu dan kepada orang-orang yang sampai kepadanya. Apakah sesungguhnya kamu menyaksikan bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Translation In English:  Say: "What thing is most weighty in evidence?" Say: "Allah is witness between me and you; This Qur´an hath been revealed to me by inspiration, that I may warn you and all whom it reaches. Can ye possibly bear witness that besides Allah there is another Allah?" Say: "Nay! I cannot bear witness!" Say: "But in truth He is the one Allah, and I truly am innocent of (your blasphemy of) joining others with Him."

"QUL=katakan" kepada mereka, "AYYU=manakah" "SYAI-IN=sesuatu" "AKBARU=lebih besar" "SYAHAADATAN=kesaksian (nya)" menjadi tamyiz yang dialihkan dari mubtada, "QULILLAAHU=katakanlah Allah" jika kamu tidak mengatakannya, maka tidak ada jawaban lain bagimu selain itu, "SYAHIIDUN=(Dia) saksi" "BAINII=antara aku" "WA-BAINAKUM=dan antara kalian" yang menyaksikan kebenaranku. "WA-UUḪIYA=dan diwahyukan" "ILAYYA=kepadaku" "HAADZAL-QUR-AANU=ini al-Qur'an" "LI-UNDZIROKUM=agar aku memperingatkan kalian" "BIHII=dengannya" "WAMAN=dari siapa yang" "BALAGHO=sampai" al-Qur'an padanya, diathafkan kepada dhamir yang terdapat dalam lafal UNDZIROKUM; artinya manusia dan jin yang sampai kepadanya al-Qur'an. "A-INNAKUM=apakah kalian sungguh" kata tanya mengandung arti ingkar. "LATASY-HADUUNA=benar-benar bersaksi" "ANNA=bahwa" "MA-'ALLOOHI=bersama Allah" "ILAAHATAN=(ada) tuhan-tuhan" "UKHROO=yang lain", "QUL=katakan" kepada mereka, "LAAA=tidak" "ASYHADU=aku bersaksi" (demikian), "QUL=katakan" "INNAMAA=sungguh hanya" "HUWA=Dia" "ILAAHUN=Tuhan yang disembah" "WAAḪIDUN=(yang) satu (esa)" "WA-INNANII=dan sungguh aku" "BARIII-UN=berlepas diri" "MIMMAA=dari apa yang" "TUSYRIKUUN=kalian persekutukan" terhadap Allah.

Para ulama mengatakan bahwa hal yang dianjurkan bagi orang yang baru masuk Islam hendaklah dia mengucapkan dua kalimat syahadat (اشهد ان لااله الاالله، واشهد انّ محمدًا رسول الله) dan berlepas diri dari semua agama selain agama Islam. Imam Syafi'i rahimallah telah menashkan kesunahan menyatakan berlepas diri ini yang digandengkan dengan dua kalimat syahadat. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan tauhid lalu berfirman: "Dan sesungguhnya aku berlepas diri dari hal yang kamu persekutukan dengan Allah".

Ayat ini masih merupakan uraian tentang bukti keesaan Allah, walau penekanannya di sini pada pembuktian melalui wahyu, setelah ayat-ayat yang lalu membuktikannya dengan nalar. Dengan demikian, wahyu dan nalar menyatu dalam pembuktian itu. Yang dimaksud dengan wahyu di sini adalah al-Qur'ânul-Karîm yang menegaskan tentang keesaan Allah melalui ayat ini dan ayat-ayat lain, sedangkan al-Qur'an itu sendiri adalah bukti kebenaran yang sangat jelas.

Menurut al-Biqâ'i, setelah ayat yang lalu menutup uraiannya dengan menegaskan hikmah kebijaksanaan Allah dan pengetahuan-Nya yang menyeluruh, seakan-akan ada di antara orang-orang kafir yang berkata: "Jika demikian, mengapa Allah tidak mengutus bersamamu—wahai Muhammad—orang yang menyaksikan kebenaran risalahmu?" Untuk menanggapi mereka, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab bahwa, "Yang Maha Esa itu yang langsung memberi kesaksian tentang kebenaranku, adakah yang lebih kuat persaksiannya dari Dia?" Demikian al-Biqa'i menghubungkan ayat ini dengan ayat yang lalu.

Hubungan yang dikemukakan di atas sejalan dengan riwayat yang menyatakan bahwa sementara penduduk Mekkah menuntut kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam agar mendatangkan saksi-saksi yang membenarkan beliau karena, kata mereka, "Kami telah bertanya kepada orang Yahudi dan Nasrani, tetapi mereka tidak mengenalmu." Nah, ayat ini menegaskan bahwa tidak ada saksi yang lebih utama daripada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Selanjutnya, al-Biqa'i mengemukakan keterangan lain yang juga dapat menjadi hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya; yakni bahwa setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya, sambil menegaskan sifat-Nya selaku (قاهر) Qaahir=Yang Maha Kuasa menundukkan lagi Maha Perkasa, tidak ada yang tersisa kecuali mempersaksikan keadaan mereka yang membangkang agar kelak, jika siksa menimpa, mereka tidak berkata bahwa kami tidak diberitahu atau bahwa kami tidak pernah diperingatkan. Untuk menampik alasan ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan Nabi-Nya: Katakanlah kepada mereka yang meminta saksi kebenaranmu: Apakah sesuatu yang wujud atau siapakah di antara seluruh wujud yang lebih besar, yakni lebih kuat, lebih adil, dan lebih benar, persaksiannya? Kalau mereka objektif pasti akan berkata bahwa yang paling benar, adil, lagi kuat kesaksiannya adalah Allah. Katakanlah, "Allah". Jika demikian, ketahuilah bahwa dia menjadi saksi antara aku dan kamu, dengan firman-firman-Nya, yakni al-Qur'an yang Dia turunkan dan yang ayat-ayatnya menantang kamu untuk membuat semacamnya walau satu surah.

Dan al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepada kamu, wahai masyarakat ummat manusia yang kutemui dan tidak percaya kepada risalahku, dan kepada orang-orang yang sampai kepadanya al-Qur'an itu yang tidak kutemui semasa hidupku. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kamu dan juga bagi mereka untuk berkata "Kami tidak tahu atau tidak diberi peringatan".

Karena tidak ada lagi dalih untuk mengingkari keesaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, lanjutan ayat tersebut sampai kepada suatu kesimpulan, yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang tidak ada jawabannya kecuali satu. Pertanyaan dimaksud adalah: Apakah sesungguhnya, setelah jelas bukti-bukti tentang keesaan-Nya, kamu masih akan menyaksikan, yakni mengakui pengakuan yang kalian kukuhkan bagaikan kesaksian bahwa ada tuhan-tuhan bersama atau di samping Allah? Kalau mereka berlaku demikian, baik dengan ucapan maupun perbuatan, maka katakanlah kepada mereka bahwa: Aku tidak mengakui apa yang kalian katakan atau lakukan itu dan katakanlah secara tegas dan gamblang bahwa sesungguhnya Dia yang menguasai alam raya dan yang harus disembah adalah Tuhan Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dengan-Nya, baik yang kamu persekutukan masa kini maupun masa datang, sebagaimana dipahami dari kata (تُشْرِكُونَ) TUSYRIKUUN yang menggunakan bentuk kata kerja fi'il mudhari'/masa kini dan masa datang.

Ayat di atas menegaskan bahwa kesaksian Allah adalah kesaksian yang paling besar lagi kuat. Kesaksian dapat berbeda-beda, antara lain dilihat dari kekuatan dan kelemahan yang bersaksi. Seorang pelupa, penakut, atau yang memiliki kemampuan terbatas, tentulah nilai kesaksiannya lebih rendah dibanding dengan yang kuat ingatannya, pemberani, dan memiliki kemampuan. Jika demikian itu halnya, pastilah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tidak disentuh kantuk, tidak lengah atau lupa, lagi Maha Mengetahui, dan Maha Kuasa, merupakan wujud yang paling kuat kesaksian-Nya. Kesaksian Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut antara lain berupa mukjizat yang dianugerahkan-Nya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan yang puncaknya adalah al-Qur'an.

Ayat ini membatasi kehadiran al-Qur'an untuk memberi peringatan, walaupun sebenarnya wahyu-wahyu Ilahi itu juga berfungsi sebagai pembawa berita gembira. Ini karena konteks ayat berkaitan dengan peringatan terhadap mereka yang durhaka, karena itu pula ayat ini menekankan kata kepada kamu dalam firman-Nya: Supaya dengannya aku memberi peringatan kepada kamu. Di sisi lain, peringatan dan ancaman lebih berkesan dalam jiwa masyarakat durhaka daripada janji-janji yang menggembirakan karena jiwa mereka sudah sedemikian kotor.

Firman-Nya yang menggambarkan fungsi al-Qur'an sebagai peringatan kepada masyarakat yang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam temui dan yang dijangkau ajakan al-Qur'an, dari satu sisi menunjukkan bahwa risalah beliau bersifat umum, tidak hanya untuk orang-orang Arab, tidak juga untuk masyarakat manusia pada masa beliau, tetapi untuk manusia seluruhnya kapan dan dimana pun mereka berada. Dari sisi lain, dipahami dari penggalan ayat ini bahwa yang tidak terjangkau ajakan al-Qur'an tidak akan dituntut pertanggungjawaban, tetapi yang dituntut ketika itu adalah kaum Muslimin yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan Ilahi tetapi tidak melakukannya.

Qatadah radhiallahu 'anhu ketika menerangkan ayat : (لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ) berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sampaikan apa yang kalian ketahui dari agama Allah, maka siapa yang sampai kepadanya satu ayat dari Kitab Allah, berarti telah sampai kepadanya perintah Allah" (HR Abdur-Razzaq).

Ibnu Jarir radhiallahu 'anhu berkata bahwa Muhammad Ibn Ka'ab berkata, "Siapa yang sampai kepadanya al-Qur'an berarti Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah menyampaikan kepadanya" dan pada riwayat lain dikatakan bahwa "Siapa yang sampai kepadanya al-Qur'an, maka seakan-akan telah bertemu dengan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam" (HR Ibn Abi Hatim juga melalui Muhammad Ibn Ka'ab).

Sementara ulama menjadikan firman-Nya: (لأنْذِرَكُمْ بِهِ) LI-UNDZIROKUM BIHI=supaya dengannya aku memberi peringatan kepada kamu, bukan (لأنذركم بقرائته) LI-UNDZIROKUM BI-QIROO-ATIHI=supaya dengan membacanya aku memberi peringatan kepada kamu, sebagai bukti bahwa siapa pun yang mendengar ayat-ayat al-Qur'an baik dengan lafazhnya yang diturunkan—dan dia mengerti makna dan tujuannya—maupun hanya sekadar memahami kandungan dan pesan-pesan-Nya, tanpa mendengar teks atau bacaannya, mereka semua dinilai telah dijangkau ajakan al-Qur'an dan akan dituntut pertanggungjawabannya.

Semoga bermanfaat... dan apa yang kita tadarusi dan kaji ini... dapat kita amalkan bersama sesuai dengan kemampuan kita masing-masing... Aamiin Allahumma aamiin..
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: