Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al an'am 6:28-29

ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku sekalian, Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan oleh Allah Ta'ala, sehingga bisa melanjutkan tadarus/kajian kita dengan metode tafsir perkata agar kita bisa menguasai bahasa al-Qur'an serta penjelasan ayat secara rinci dan di ulang, supaya bisa dipahami dengan baik dan benar. Juga terjemahan dalam bahasa Indonesia dan cara membaca al-Qur'an dengan huruf latin dengan maksud agar tetap bisa dibaca pada HP yang tidak bisa menampilkan huruf Arab dan cara membacanya disesuaikan dengan tajwid pada tingkat dasar. Juga dilengkapi terjemahan dalam bahasa Inggris agar kita bisa sambil belajar, atau paling tidak untuk mengingat kembali bagi telah menguasainya.

Setelah pada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang lalu disebutkan: "Dan seandainya engkau melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, maka mereka berkata: "Aduhai kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang Mukmin." Maka pada dua ayat lanjutan ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

QS AL-AN'AAM 6: 28-29.
أ عو ذ با لله من الشيطان الرجيم
بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ ۗ  وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ . وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
BAL BADAA LAHUM-MAA KAANUU YUKHFUUNA MIN QOBBLU, WALAU RUDDUU LA-'AADUU LIMAA NUHUU 'ANHU WA-INNAHUM LAKAADZIBUUNA. WA QOOLUUU IN HIYA ILLAA ḪAYAATUNAD-DUN-YAA WAMAA NAḪNU BIMABB-UUTSIINA. = Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka. Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan".

Translation In English: "Yea, in their own (eyes) will become manifest what before they concealed. But if they were returned, they would certainly relapse to the things they were forbidden, for they are indeed liars." And they (sometimes) say: "There is nothing except our life on this earth, and never shall we be raised up again."

Allah berfirman: "BAL=tetapi" "BADAA LAHUM=telah tampak bagi mereka"  telah jelas, "MAA KAANUU=apa yang mereka telah" "YUKHFUUNA=mereka sembunyikan" "MIN QOBBLU=sejak dahulu" apa yang tersimpan dalam hati mereka yang dahulu mereka mengatakan, bahwa demi Allah, Tuhan kami, kami bukanlah orang-orang musyrik terhadap Allah. Hal itu terungkapkan berkat kesaksian anggota-anggota tubuh mereka, sehingga mereka mengharapkan, "WALAU=dan sekiranya" "RUDDUU=mereka dikembalikan"  "LA-'AADUU=pasti mereka kembali" "LIMAA=kepada apa yang" "NUHUU=mereka telah dilarang"  'ANHU=darinya" yaitu perbuatan syirik,  "WA-INNAHUM=dan sungguh mereka adalah" "LAKAADZIBUUN=benar-benar para pendusta" dalam janji mereka yang menyatakan sedia untuk beriman. "WA QOOLUUU=dan mereka mengatakan" orang-orang yang ingkar terhadap hari berbangkit,  "IN HIYA=tidak ia" "ILLAA=melainkan" ḪAYAATUNAD-DUN-YAA=kehidupan kita di dunia" "WAMAA=dan tidak" "NAḪNU=kita" "BIMABB-UUTSIIN=orang-orang yang dibangkitkan"

Harapan atau janji mereka jika dapat kembali ke dunia yang mereka ucapkan ini disanggah dengan menegaskan bahwa, Tidak demikian, yakni harapan itu tidak mungkin tercapai, janji mereka pun tidak benar, karena apa yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan kepribadian mereka. Sebenarnya telah nyata bagi mereka siksa yang menanti dan yang tidak dapat mereka elakkan sebagai akibat dari apa, yang kejahatan, yang mereka lakukan dahulu selalu sembunyikan, Seandainya mereka dikembalikan sebagaimana harapan mereka, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya, yakni kembali kepada kekufuran, kedurhakaan, serta penolakan ajaran yang disampaikan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam. Dan sesungguhnya mereka itu sungguh adalah pendusta-pendusta belaka. Sifat tersebut telah mendarah daging pada diri mereka baik ketika di dunia maupun ketika mengucapkan harapan mereka itu. Karena itu, kalaupun seandainya mereka kembali ke dunia, mereka tidak akan beriman dan akan tetap durhaka, apalagi keinginan mereka untuk kembali bukan karena ingin beriman—sebagaimana mereka ucapkan—tetapi karena ingin menghindar dari siksa yang telah mereka saksikan.

Pendapat ulama tentang makna firman-Nya: "Apa yang mereka dahulu telah sembunyikan" sungguh beragam. Rasyid Ridha dalam tafsirnya mengemukakan tidak kurang dari sembilan pendapat, antara lain bahwa ketika mereka melihat siksa, tampak dengan jelas apa yang mereka sembunyikan dari tanda-tanda keesaan Allah dan kebenaran Rasul, atau tampak dengan jelas segala apa yang mereka sembunyikan dari kekufuran dan dosa-dosa, atau tampak segala apa yang mereka anggap buruk atau dianggap oleh yang dapat melihatnya sebagai keburukan.

Firman-Nya: (بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ) Sebenarnya telah nyata bagi mereka apa yang mereka dahulu sembunyikan. Thahir Ibn 'Asyur mengemukakan dan mengembangkan salah satu pendapat yang dinukil oleh Rasyid Ridha. Menurutnya, karena kata telah "nyata" diperhadapkan dengan "dengan apa yang mereka sembunyikan", yang dimaksud dengan nyata adalah lahir dan tampaknya sesuatu yang semula—yakni di dunia—tersembunyi. Yang tersembunyi itu adalah yang terlintas dalam pikiran mereka ketika itu. Tadinya—lanjut Ibn 'Asyur—ada sesuatu yang terlintas dalam benak mereka, tetapi mereka sembunyikan, kini—di hari Kebangkitan—ia tampak atau mereka menampakkannya. Dengan demikian, ayat di atas bagaikan menyatakan: "Kini (di hari Kemudian),  tampak apa yang tadinya terlintas dalam benak mereka (ketika mereka hidup di dunia); ia tampak setelah tadinya mereka sembunyikan."  Kita boleh bertanya apakah yang mereka sembunyikan itu?  Thahir Ibn 'Asyur menjawab, "Bahwa yang terlintas dalam benak mereka ketika hidup di dunia adalah keinginan untuk beriman setelah melihat bukti-bukti yang demikian jelas atau setelah kemenangan kaum Mukminin, tetapi keinginan itu dibendung oleh kekeraskepalaan dan keinginan mempertahankan keunggulan mereka,  serta keengganan mengakui keistimewaan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan keutamaan orang-orang beriman, apalagi di antara orang-orang beriman terdapat kaum lemah dan bekas budak-budak mereka." Penafsiran ini sejalan dengan firman-Nya:
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
"RUBAMAA YAWADDUL-LADZIINA KAFARUU LAU KAANUU MUSLIMIIN. = Orang-orang yang kafir seringkali menginginkan kiranya mereka menjadi orang-orang Muslim". (QS al-Hijr 15: 2).

Firman-Nya: (وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ) Seandainya mereka dikembalikan, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya, menunjukkan bahwa hal itu demikian karena, bila mereka dikembalikan, jiwa mereka yang kotor dan pikiran mereka yang bejat juga akan ikut kembali sehingga tidak akan terjadi perubahan. Bukankah sejak hidup di dunia mereka sebenarnya telah mengetahui kebenaran tetapi enggan mengikutinya akibat kekotoran jiwa dan kebejatan pikiran itu? Jika demikian, persoalannya adalah persoalan sikap bathin, hati dan pikiran, dan karena—seandainya mereka kembali ke dunia—tentu totalitas mereka akan kembali sebagaimana keadaannya semula sehingga sikap tidak mungkin dapat terjadi.

Dari sisi lain, penjelasan ini menunjukkan bahwa apa yang terlintas dalam benak seseorang, yang lahir dari faktor-faktor material serta indriawi, tanpa dukungan nalar dan jiwa, hanya akan bertahan sepanjang faktor-faktor itu masih menyertai yang bersangkutan atau paling tidak akan hadir kembali jika faktor tersebut dihadirkan. Dia tidak akan bertahan menyertai yang bersangkutan sepanjang masa, kapan dan bagaimana pun, kecuali jika ia telah meresap ke dalam jiwa melalui pengukuhan nalar dan kesadaran jiwa.

Dapat juga dikatakan bahwa tabiat kehidupan duniawi adalah ujian. Salah satu bentuk ujian itu adalah tidak tersingkapnya dimensi gaib kehidupan setelah kematian. Jika demikian, seandainya mereka dikembalikan kepada keadaan semula, tentu saja apa yang mereka alami setelah kematian dan yang mereka lihat dari aneka siksa akan terhapus dari benak mereka agar keimanan mereka benar-benar lahir melalui proses ujian, bukan lahir tanpa ujian. Di sini—karena mereka dikembalikan kepada kehidupan dunia yang merupakan tempat ujian, tentu saja mereka dikembalikan pula ke keadaan semula, dan ketika itu tentu saja kekotoran jiwa, kebejatan pikiran, godaan dan syeitan, hawa nafsu, dan sebagainya akan kembali berperanan sehingga perubahan tidak akan terjadi.

Ayat terakhir dari kajian ini, firman-Nya: "WA QOOLUUU IN HIYA ILLAA ḪAYAATUNAD-DUN-YAA WAMAA NAḪNU BIMABB-UUTSIIN = Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan". Orang-orang musyrik berkata, "Tidak ada kebangkitan setelah kematian. Apabila kita telah mati, maka kita tidak akan keluar dari kuburan kita untuk diperhitungkan amalnya. Hidup hanyalah kehidupan kita didunia ini saja".

"Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya tentulah kamu melihat peristiwa yang mengharukan. Berfirman Allah: "Bukankah kebangkitan ini benar?" mereka menjawab: "Sungguh benar, demi Tuhan kami". berfirman Allah: "Karena itu rasakanlah azab ini, disebabkan kamu mengingkarinya". (QS al-An'aam 6: 30 yang insya Allah akan kita bahas besok).

Semoga  bermanfaat dan selamat beraktivitas...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: