Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al maidah 118

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Salam Jum'ah Mubarak: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda'' Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, maka wajib atasnya melaksanakan shalat Jum'at kecuali orang sakit, musafir, wanita, anak kecil, atau budak. (HR.Daruquthni)

Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan baik dan benar.

Kajian kita dihari Jum'at ini masih membicarakan tentang Nabi 'Isa 'alaihis salam.
QS AL-MAA-IDAH 5: 118.
أ عو ذ بالله من تاشيطان الرجيم
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۚ  وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
IN TU-'ADZ-DZIBBHUM FA-INNAHUM 'IBAADUKA, WA-IN TAGHFIR LAHUM FA-INNAKA ANTAL-'AZIIZUL-ḪAKIIMU. = Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Translation In English: "If Thou dost punish them, they are Thy servant: If Thou dost forgive them, Thou art the Exalted in power, the Wise."

"IN=jika" "TU-'ADZ-DZIBBHUM=Engkau menyiksa mereka" artinya orang-orang yang melakukan kekafiran di antara mereka, "FA-INNAHUM=maka sesungguhnya mereka"  'IBAADU=hamba-hamba-Mu". Engkau adalah Yang Menguasai mereka; Engkaulah yang berhak memperlakukan mereka menurut apa yang Engkau kehendaki dan ketahui dari lahir dan bathin mereka, tak ada yang bisa menghalang-halangi Engkau, "WA-IN=dan jika" "TAGHFIR=Engkau memberi ampunan" "LAHUM=kepada mereka" artinya mengampuni orang-orang yang beriman di antara mereka, "FA-INNAKA=maka sesungguhnya Engkau" "ANTA=Engkau" "AL-'AZIIZU=Maha Perkasa" Yang Maha Menang perkara-Nya, "AL-ḪAKIIM=Maha Bijaksana" dalam perbuatan-Nya.

Akhirnya Nabi 'Isa 'alaihis-salam menyerahkan urusan mereka secara mutlak kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, disertai penetapan akan penghambaannya kepada Allah saja, dan penetapan terhadap kekuasaan Allah untuk mengampuni mereka atau mengazab mereka. Juga kebijaksanaan-Nya di dalam memberikan balasan kepada mereka, baik dengan mengampuninya maupun mengazabnya.

Alangkah bagusnya hamba yang shaleh ini dengan sikapnya yang penuh rasa takut! Dan dimanakah gerangan orang-orang yang melontarkan kebohongan besar ini, yang hamba yang shaleh dan suci ini berlepas diri darinya dengan penuh rasa takut, dan merendahkan diri kepada Tuhannya sedemikian rupa?

Jika demikian itu keadaan sebagian ummatnya, yakni ada yang mempertuhankan 'Isa 'alaihis-salam dan ibunya, 'Isa 'alaihis-salam mengembalikan segala persoalan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan menyatakan: Jika Engkau menyiksa mereka, yang menjadikan aku dan ibuku Tuhan, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Engkau wajar menyiksa mereka karena memang mereka bersalah, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka itupun wajar karena Engkau Maha Pengasih dan Maha Pengampun, dan tidak ada yang dapat keberatan dengan keputusan-Mu karena sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa sehingga semua tunduk dan mengharap pada-Mu lagi Mahabijaksana sehingga Engkau menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang wajar.

Kata (عِبَادُ) 'IBAAD biasanya digunakan al-Qur'an untuk hamba-hamba Allah yang taat, atau yang bergelimang dalam dosa, tetapi telah menyadari dosanya. Ini berbeda dengan kata 'ABIID yang digunakan al-Qur'an untuk hamba-hamba-Nya yang durhaka dan yang wajar mendapat siksa-Nya. Itu sebabnya QS al-Fajr [89]: 29-30 menyatakan:
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي  . وَادْخُلِي جَنَّتِي
"FADDKHULII FII 'IBAADII.  WADDKHULII JANNATII = Maka masuklah ke dalam kelompok 'ibaad-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku". Sedang QS Aali 'Imraan 3: 182, misalnya, menyatakan:
وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ
"WA-ANNALLOOHA LAISA BIZHOLLAAMIL-LIL'ABIIDI. = Dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya al-'abiid," yakni tidak menganiaya walau menyiksa hamba-hamba-Nya yang durhaka."

Penggunaan kata 'Ibaad dalam ayat yang menguraikan keadaan di akhirat ini mengisyaratkan bahwa, walaupun di dunia mereka bergelimang dalam dosa, enggan sadar dan bertaubat, tetapi di akhirat sana mereka telah menyadari dosa-dosa mereka dan ingin bertaubat kendati taubatnya tidak lagi diterima Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Asy-Sya'rawi berpendapat bahwa kata 'Ibaad digunakan untuk menunjuk hamba-hamba Allah yang patuh melaksanakan tuntunan-tuntunan-Nya. Dan, karena di akhirat nanti semua manusia patuh, semua dinamai 'ibaad.

Ayat ini menunjukkan adanya semacam hak prerogatif Allah Subhanahu wa Ta'ala, serupa dengan hak prerogatif seorang kepada negara. Para hakim harus memutuskan perkara berdasarkan hukum dan undang-undang yang tertulis, dan setelah menetapkan hukum terpidana atau pembelanya dapat mengajukan grasi, dan ketika itu kepada negara berdasarkan wewenangnya dan dengan aneka pertimbangan dapat memberi pengampunan atau keringanan. Menetapkan satu ketetapan yang bisa jadi berbeda dengan ketetapan hukum yang tertulis, bukan berarti kesewenang-wenangan, atau pelanggaran terhadap hukum, karena hak prerogatif  itu pun adalah bagian dari hukum dan ditetapkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang adil dan bijaksana, walau ia hanya berada di tangan kepala negara.

Ketika Allah Subhanu wa Ta'ala kelak di hari Kemudian menetapkan sesuatu yang berbeda dengan ketetapan tertulis dalam al-Qur'an, menunjukkan bahwa Dia Maha Mengetahui lahir dan bathin dan bahwa ketetapan yang dipahami oleh makhluk, hanyalah berdasar pengetahuan lahiriah mereka yang terbatas. Atas dasar pengetahuan-Nya yang menyeluruh itulah Allah menetapkan kebijaksanaan-Nya. Dalam konteks ini kita dapat berkata bahwa boleh jadi sebagian dari orang kita nilai, berdasar ayat-ayat al-Qur'an dan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah seorang yang wajar disiksa. Tetapi, ternyata dengan hak prerogatif yang berdasar pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya, yang bersangkutan tidak jadi disiksa; demikian juga sebaliknya, karena pada akhirnya kita bukan hanya harus berkata bahwa surga dan neraka adalah wewenang Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, tetapi juga harus berkata seperti penutup ayat di atas, bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Ketika membahas Surah al-Maa-idah ayat 72-73 yang lalu, antara lain telah dikemukakan pendapat sementara ulama yang menyatakan bahwa keyakinan Trinitas dan atau ketuhanan 'Isa alaihis-salam adalah sesuatu yang sangat sulit dicerna, lebih-lebih bagi orang awam. Ummat Nasrani, pada umumnya, menerima keyakinan itu sebagai suatu ucapan tanpa memahami maknanya, bahkan mereka merasa tidak butuh untuk memahaminya. Sebagian mereka meyakini makna kata Anak dan Bapak dalam makna yang serupa dengan  makna penghormatan. Mereka itu sebenarnya tidak sepenuhnya termasuk kelompok yang menganut keyakinan Trinitas, mereka hanya "mengunyah" kalimat itu dan memasukkan diri mereka dalam kelompok tersebut. Agaknya mereka termasuk kelompokl mustadh'afiin yakni kelompok tertindas yang tidak berdaya dan tidak mengetahui jalan. Bisa jadi mereka mendapat pengecualian berdasarkan firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ ۗ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الأرْضِ ۗ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا ۗ فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۗ وَسَاءَتْ مَصِيرًا  . إِلا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلا يَهْتَدُونَ سَبِيلا ۙ. فَأُولَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا
INNAL-LADZIINA TAWAFFAA-HUMUL-MALAAA-IKATU ZHOOLIMIII ANFUSIHIM QOOLUU FIIMA KUNTUM, QOOLUU KUNNAA MUSTADH-'AFIINA FIL-ARDHI, QOOLUUU ALAM TAKUN ARDHULLOOHI WAASI-'ATAN FATUHAA-JIRUU FIIHAA, FA-ULAAA-IKA MA'WAAHUM JAHANNAMU, WASAAA-AT MASHIIRON. ILLAL-MUSTADH-'AFIINA MINAR-RIJAALI WAN-NISAAA-I WAL-WILDAANI LAA YASTA-THII-'UUNA ĤIILATAW-WALAA YAHTADUUNA SABIILAN = Sesungguhnya orang-orang yang dimatikan oleh Malaikat dalam keadaan menganiaya diri mereka sendiri, Mereka (para Malaikat) bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu dahulu?". Mereka menjawab: "Kami orang-orang yang sangat lemah di bumi" Mereka (Malaikat) berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di sana?".Maka, orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan ia adalah seburuk-buruk tempat tinggal. Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan. (QS an-Nisaa 4: 97-98). Untuk jelasnya rujuklah penafsiran ayat 72 surah al-Maa-idah ini yang telah dirilis beberapa waktu lalu.

Sementara orang bertanya mengapa ayat di atas ditutup dengan firman-Nya, Sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana bukan Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. Jawabannya antara lain adalah: jika penutup ayat yang mengabadikan ucapan 'Isa alaihis-salam itu adalah Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, ini menimbulkan kesan bahwa beliau memohonkan ampun kepada mereka yang mempersekutukan Allah itu, padahal itu terlarang sejak Nabi Ibrahim alaihis-salam (baca QS al-Mumtahanah 60:4). Allah juga telah menegaskan bahwa Dia tidak akan mengampuni siapa pun yang mempersekutukan-Nya sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
INNALLOOHA LAA YAGHFIRU AY-YUSYROKA BIHII WA-YAGHFIRU MAA DUUNA DZAALIKA LIMAY-YASYAAA-U,  WAMAY-YUSYRIK BILLAAHI FAQODIFTAROOO ITSMAN 'AZHIIMAN. = Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS an-Nisaa 4: 48). Namun demikian, beliau sadar akan kemahakuasaan Allah serta hak prerogatif-Nya, sekaligus mengisyaratkan secercah harapan dalam benak beliau. Karena itu, beliau menutup ucapannya dengan: Sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana dalam arti, kalau Engkau menyiksa mereka, itu wajar dan tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalangi-Nya, karena Engkau Mahaperkasa, sedang bila Engkau mengampuni mereka, tidak ada juga kritik atau kecaman terhadap-Mu karena Engkau Maha Bijaksana. Disisi lain, kalau penutup ucapan beliau menggambarkan kasih sayang dan pengampunan Ilahi, itu tidak sejalan dengan penyiksaan yang boleh jadi menimpa orang-orang durhaka itu.

Ayat ini juga berarti segala sesuatu kepada kehendak Allah semata yang berbuat sekehendak-Nya, tidak dapat dituntut atas segala perbuatan-Nya sedang semua makhluk akan dituntut. Juga mengandung arti berlepas tangan dari kepercayaan kaum Nasrani yang telah berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya. Mahasuci Allah dari semua tuduhan jahat yang dilontarkan oleh kaum Nasrani terhadap Allah Azza Wajalla.

Dengan keperkasaan-Mu, Engkau terkadang memberi siksa, dan dengan hikmah-Mu, Engkau terkadang mencurahkan rahmat. Engkau melakukan apa yang Engkau kehendaki, kepada orang yang Engkau kehendaki, sebagaimana yang Engkau kehendaki. Siksa-Mu adalah keadilan dan ampunan-Mu adalah karunia.

Abu Dzar radhiallahu 'anhu berkata: Pada suatu malam Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat dan membaca hanya satu ayat hingga subuh, diulang-ulanginya dalam rukuk dan sujud juga membacanya: "IN TU-'ADZ-DZIBBHUM FA-INNAHUM 'IBAADUKA, WA-IN TAGHFIR LAHUM FA-INNAKA ANTAL-'AZIIZUL-ḪAKIIM" (Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana). Dan pada pagi hari aku bertanya, "Ya Rasulullah, semalam suntuk engkau membaca seayat itu hingga pagi, bahkan dalam rukuk dan sujud juga". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Aku meminta syafaat untuk ummatku, maka Tuhan memperkenankannya, dan pasti dicapai oleh yang tidak syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun insya Allah.) (HR Imam Ahmad).

Semoga bermanfaat, dan mudah2an kita selalu dalam lindungan dan bimbingan Allah Ta'ala, Aamiin Allahumma aamiin
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: