Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al an'am 6:18

ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku sekalian,ِ Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan oleh Allah Ta'ala, sehingga bisa melanjutkan tadarus/kajian kita dengan metode tafsir perkata agar kita bisa menguasai bahasa al-Qur'an serta penjelasan ayat secara rinci dan di ulang, supaya bisa dipahami dengan baik dan benar. Juga terjemahan dalam bahasa Indonesia dan cara membaca al-Qur'an dengan huruf latin dengan maksud agar tetap bisa dibaca pada HP yang tidak bisa menampilkan huruf Arab dan cara membacanya disesuaikan dengan tajwid pada tingkat dasar. Juga dilengkapi terjemahan dalam bahasa Inggris agar kita bisa sambil belajar, atau paling tidak untuk mengingat kembali bagi telah menguasainya.

Pada ayat sebelumnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan kekuasaan-Nya yakni Jika DIA menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, baik di dunia ini apalagi di akhirat, maka tidak ada yang menghilangkannya, yakni menghindarkan mudharat itu dalam bentuk apa pun, melainkan DIA sendiri. Dan sebaliknya, jika DIA menyentuhkan, yakni menganugerahkan, kebaikan kepadamu kapan pun DIA menghendaki, maka tidak satu pun yang dapat menghalangi datangnya anugerah itu kepadamu karena DIA Maha Kuasa atas segala sesuatu.. Sebenarnya ini untuk mengisyaratkan bahwa MUDHARAT YANG BERSUMBER DARI ALLAH PADA HAKIKATNYA TIDAK DAPAT DINILAI BURUK, TETAPI ITU DAPAT MERUPAKAN PENDIDIKAN KEJIWAAN, PEMBERSIHAN DOSA, DAN TANGGA MENUJU KETINGGIAN DERAJAT. Maka pada ayat lanjutan ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

QS AL-AN'AAM 6: 18.
أ عو ذ با لله من الشيطان الرجيم
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۗ  وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
WA-HUWAL-QOOHIRU FAUQO 'IBAADIHII, WA-HUWAL-ḪAKIIMUL-KHOBIIRU. =  Dan Dialah Penguasa atas hamba-hamba-Nya. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.

Translation In English: "He is the irresistible, (watching) from above over His worshippers; and He is the Wise, acquainted with all things."

"WA-HUWA=dan Dia" "AL-QOOHIRU=yang berkuasa" Maha Kuasa tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan-Nya, Dia Maha Tinggi, "FAUQO=atas"  'IBAADIHII=hamba-hamba-Nya" melalui kekuasaan dan kekuatan-Nya, hal ini mengisyaratkan kesempurnaan kekuasaan-Nya, "WA-HUWA=dan Dia" "AL-ḪAKIIMU=Maha Bijaksana" atas makhluk-Nya, "AL-KHOBIIRU=Maha Mengetahui", semua yang tersimpan dalam bathin mereka sebagaimana halnya yang tampak pada mereka. Sesungguhnya segala perbuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala sangat rapi dan bebas dari cela dan kekurangan, dan sesungguhnya Dia Mengetahui segala hal yang benar untuk Dia beritakan, hal ini mengisyaratkan kesempurnaan ilmunya.

Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa para pemimpin penduduk Mekkah mengatakan, "Hai Muhammad, rupanya Allah tidak menemukan seorang Rasul selain dari kamu, dan kami melihat tiada seorang pun yang membenarkanmu, dan kami telah bertanya kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani mengenaimu, dan mereka mengatakan bahwa namamu tidak disebut-sebut sebagai seorang Nabi. Oleh karena itu, perlihatkanlah kepada kami siapakah yang menjadi saksi atas kenabianmu." Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat ini.

Setelah menjelaskan bahwa tidak satu pun yang dapat menghalangi kehendak-Nya, melalui ayat ini dijelaskan mengapa hakikat itu demikian adanya; yaitu bahwa, Dan Dialah Penguasa atas semua hamba-hamba-Nya. Semua kehendak-Nya berlaku, sedang kehendak hamba-hamba-Nya yang tidak sejalan dengan kehendak-Nya tidak mungkin terlaksana. Kendati demikian, apa yang dilakukan-Nya bukanlah kesewenang-wenangan, tetapi tindakan yang penuh dengan hikmah kebijaksanaan karena Dialah Yang Maha Bijaksana sehingga apa pun kehendak-Nya selalu mendatangkan manfaat atau menampik mudharat, dan semua itu berdasar pengetahuan-Nya yang menyeluruh karena Dia Maha Mengetahui.

Sebenarnya, kata (الْقَاهِر) AL-QOOHIR tidak sepenuhnya tepat diartikan Penguasa, seperti terjemahan di atas. Keterbatasan bahasa Indonesia atau pengalih bahasa mengantar kita untuk menerjemahkan demikian, padahal maknanya tidak sepenuhnya demikian. Kata ini terambil dari kata (قهر) Qaharo, yang dari segi bahasa berarti menjinakkan, menundukkan untuk mencapai tujuannya, atau mencegah lawan mencapai tujuannya serta merendahkannya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai Al-Qoohir adalah Dia yang membungkam orang kafir dengan kejelasan tanda-tanda kebesaran-Nya, menekuk lutut para pembangkang dengan kekuasaan-Nya, menjinakkan hati para pencinta-Nya sehingga bergembira menanti di depan pintu rahmat-Nya, menunjukkan panas dengan dingin, mengalahkan besi dengan api, memadamkan api dengan air, menghilangkan gelap dengan terang; menjeritkan manusia akibat kelaparan, tidak memberdayakannya dengan tidur dan kantuk, memberinya yang tidak ia inginkan dan menghalanginya dari apa yang ia dambakan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala bersifat Qoohir terhadap seluruh makhluk, bukankah alam raya ditundukkan-Nya? Langit dan bumi tidak diberinya kesempatan memilih. Datanglah kamu berdua, suka atau tidak! (QS Fushshilat 41: 11), demikian firman-Nya kepada langit dan bumi sebelum selesai proses penciptaannya.

Namun demikian, ayat di atas menekankan bahwa sifat Allah ini ditujukan kepada (عباده) 'IBAADIHII=hamba-hamba-Nya. Kata (عباد) 'Ibad yang merupakan bentuk jamak dari kata (عبد) 'Abd=hamba tidak digunakan kecuali kepada makhluk hidup dan memiliki kehendak. Ini wajar karena—dalam logika manusia—menundukkan yang tidak berkehendak lebih mudah daripada menundukkan yang berkehendak walaupun di sisi Allah tidak ada kata "lebih mudah" atau "lebih sulit". Dan bila semua yang berkehendak telah mampu ditundukkan, pasti yang tidak berkehendak demikian pula adanya.

Kita boleh bertanya mengapa itu dilakukan-Nya? Salah satu jawaban yang dapat diketengahkan adalah karena ada kemaslahatan makhluk yang hendak dipenuhi-Nya serta ada tujuan penciptaan yang dirancang untuk dicapai. "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang berada diantara keduanya untuk bermain-main. Kami tidak menciptakannya kecuali dengan (untuk tujuan yang) ḫaq tetapi kebanyakan mereka (manusia) tidak mengetahui," Demikian penegasan-Nya dalam QS ad-Dukhan 44: 38-39).

Untuk mencapai tujuan yang ḫaq itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala bersifat Qoohir, yakni menjinakkan, menaklukkan, dan memaksakan. Allah Subhanahu wa Ta'ala menundukkan dan mengendalikan hamba-hamba-Nya, yakni makhluk-makhluk-Nya yang memiliki kehendak walau pada saat yang sama Yang Maha Kuasa itu memberi mereka kebebasan dalam batas-batas tertentu. Kebebasan tersebut tidak mungkin membelokkan tujuan penciptaan. Karena itu, mereka semua harus berada di bawah kendali penundukan-Nya. Kalau ada tindakan salah satu diantara mereka yang hampir membelokkan tujuan penciptaan, pasti Allah akan turun tangan mencegahnya. Perhatikanlah, bagaimana manusia berupaya membasmi nyamuk dengan berbagai cara, antara lain dengan menciptakan obat-obat nyamuk. Namun, beberapa langkah sebelum manusia sampai kepada tahap pemunahannya secara total, pemunahan yang dapat mengganggu tujuan penciptaan atau merusak ekosistem, Allah menciptakan nyamuk-nyamuk baru yang kebal terhadap "obat-obat nyamuk". Kalaupun manusia membuat lagi obat-obat baru menggantikan yang lama, Allah kembali memberi kekebalan kepada nyamuk-nyamuk baru yang lain agar terus mampu berkembang biak. Demikian sekelumit makna ayat di atas.

Penutup ayat di atas, (وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ) Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, untuk mengisyaratkan bahwa semua ketetapan-Nya selalu berakibat baik demi mencapai tujuan walau oleh yang ditimpa terlihat atau terasa bahwa kebijakan itu buruk baginya secara pribadi, dan Dia Maha Mengetahui kadar yang tepat dari penundukannya dan orang yang wajar menerimanya.

وَ الـلَّــــهُ اَعْــلَـــمْ بِالصَّــــوَابِ
Semoga bermanfaat dan selamat beraktivitas. Mudah-mudahan anak2 kita yang sedang melaksanakan UN tingkat SMP/Tsanawiyah diberikan Allah Ta'ala kemudahan untuk menjawab semua pertanyaan yang di ujikan... Aamiin Allahumma aamiin...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: