Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al an'am 6:21

ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku sekalian,ِ Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan oleh Allah Ta'ala, sehingga bisa melanjutkan tadarus/kajian kita dengan metode tafsir perkata agar kita bisa menguasai bahasa al-Qur'an serta penjelasan ayat secara rinci dan di ulang, supaya bisa dipahami dengan baik dan benar. Juga terjemahan dalam bahasa Indonesia dan cara membaca al-Qur'an dengan huruf latin dengan maksud agar tetap bisa dibaca pada HP yang tidak bisa menampilkan huruf Arab dan cara membacanya disesuaikan dengan tajwid pada tingkat dasar. Juga dilengkapi terjemahan dalam bahasa Inggris agar kita bisa sambil belajar, atau paling tidak untuk mengingat kembali bagi telah menguasainya.

Setelah diterangkan tentang kandungan ayat sebelumnya yang merupakan salah satu berita tentang kesaksian Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah disampaikan-Nya kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani melalui wahyu-wahyu-Nya yang tercantum dalam kitab suci mereka, Taurat dan Injil dan juga merupakan bantahan kepada Ahli-Kitab, yang, ketika ditanya oleh kaum musyrikin Mekkah tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, menyampaikan bahwa mereka tidak mengenal beliau. Sungguh, apa yang mereka ucapkan itu bohong besar karena orang-orang yang telah Allah berikan kepada mereka al-Kitab, yakni pemuka-pemuka agama Yahudi dan Nasrani, mengenalnya, yakni Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, atau mengenal al-Qur'an, atau mengenal Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, yakni pengenalan yang sampai pada tingkat yang hampir tidak disertai keraguan. Maka pada ayat lanjutan ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

QS AL-AN'AAM 6: 21.
أ عو ذ با لله من الشيطان الرجيم
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۗ  إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
WAMAN AZHLAMU MIMMANIFTAROO 'ALALLOOHI KADZIBAN AU KADZ-DZABA BI-AAYAATIHII, INNAHUU LAA YUFLIḪUZH-ZHOOLIMUUNA. = Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya?  Sesungguhnya tidak akan beruntung orang-orang yang aniaya.

Translation In English: "Who doth more wrong than he who inventeth a lie against Allah or rejecteth His signs? But verily the wrong-doers never shall prosper."

"WAMAN=dan siapakah" artinya tidak ada seorang pun, "AZHLAMU=lebih zhalim" "MIMMAN=dari orang yang" "IFTAROO=mengada-adakan"  'ALALLOOHI=terhadap Allah" "KADZIBAN=kedustaan" yaitu menyekutukan-Nya dengan selain-Nya, "AU=atau" "KADZ-DZABA=mendustakan" "BI-AAYAATIHII=terhadap ayat-ayat-Nya" al-Qur'an., "INNAHUU=sesungguhnya"  artinya keadaan yang sebenarnya, "LAA=tidak" "YUFLIḪU=beruntung" "AZH-ZHOOLIMUUN=orang-orang zhalim" oleh sebab kedustaannya itu.

Asbabun-Nuzul ayat 19-21:
Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhu menjelaskan bahwa ketiga ayat ini diturunkan berkenaan dengan Nahham bin Zaid, Qardum bin Ka'ab, dan Bahri bin 'Amr yang berkata ketika menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Hai Muhammad tidakkah engkau mengetahui bahwa ada tuhan selain Allah?" Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada tuhan selain Allah. Aku diutus dengan membawa penjelasan, dan dengan beriman kepada Allah, aku berdakwah kepada kalian." (HR Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir).

Kalimat tanya di atas adalah untuk mengingkari; penggalan ayat bermakna: "Tiada seorang pun yang lebih aniaya daripada orang-orang yang membuat-buat sesuatu terhadap Allah atau mendustakan al-Qur'an dan mukjizat? Abu Su'ud berkata, "Kata AU (atau) untuk memberitahukan bahwa setiap pendustaan dan perbuatan dosa merupakan bentuk penganiayaan yang berlebihan; bagaimana dengan mereka, sedangkan mereka melakukan keduanya (berdusta dan berbuat dosa), maka mereka telah menetapkan apa yang dinafikan Allah dan menafikan apa yang telah ditetapkan Allah! Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari kebenaran?

Mereka yang menyembunyikan kebenaran adalah orang-orang yang tidak wajar diterima kesaksiannya, lebih-lebih mereka yang mengada-ada atas nama Allah, bahkan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, seperti halnya kaum musyrikin yang mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau Ahli-Kitab yang menyembunyikan kebenaran al-Qur'an atau mendustakan ayat-ayat-Nya, yakni mengingkari kebenaran ayat-ayat yang disampaikan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan atau bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya yang terbentang di alam raya? Tidak ada yang lebih aniaya daripada mereka sesungguhnya tidak akan beruntung orang-orang yang aniaya, lebih-lebih mereka yang telah mencapai puncak penganiayaan.

Kata  ZHULM atau penganiayaan adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Zhulm merupakan sesuatu yang sangat tercela, bahkan besar dari kecilnya dosa ditentukan oleh besar dan kecilnya zhulm. Ini berkaitan erat dengan pelaku kezhaliman itu serta terhadap siapa kezhaliman itu dilakukan atau ditujukan. Semakin agung sarana kezhaliman semakin besar pula kezhaliman. Selanjutnya, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah wujud teragung dan termulia, tentulah kezhaliman terbesar yang digarisbawahi ayat di atas adalah membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, antara lain menyatakan bahwa ada sekutu bagi-Nya padalah Dia Maha Esa. Ini sejalan pula dengan pernyataan-Nya:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"INNASY-SYIRKA LAZHULMUN 'AZHIIM = Sesungguhnya syirik adalah benar-benar kezhaliman yang besar". QS Luqman 31: 13).

Sayyid Quthub menggarisbawahi bahwa syirik bukan sekadar apa yang diduga sementara orang, yakni menyembah berhala, batu, bintang, dan semacamnya, karena ini bukan satu-satunya bentuk syirik. Tetapi, hakikat dan makna syirik atau mempersekutukan Allah adalah mengakui adanya sifat dan kewenangan khusus Allah yang disandang oleh selain-Nya, baik hal tersebut dalam bentuk kepercayaan bahwa ada selain-Nya yang kuasa mengendalikan peristiwa-peristiwa alam dan mengatur kadar-kadarnya, atau dalam bentuk mempersembahkan ibadah, nazar, dan semacamnya kepada selain Allah, atau menerima ketentuan-ketentuan syariat yang mengatur kehidupan tetapi tidak bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bentuk-bentuk lain.

Kata: (يُفْلِحُ) beruntung, keberuntungan, yang disebut dalam firman-Nya: (إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ) Sesungguhnya tidak akan beruntung orang-orang yang aniaya, dari segi bahasa dipahami dalam arti memperoleh apa yang diinginkan atau dengan kata lain kebahagian. Kita memang baru berbahagia jika mendapatkan apa yang kita inginkan. Tetapi, harus diingat bahwa apa yang diangggap kebahagiaan tidak menjadi kebahagiaan kecuali jika ia merupakan sesuatu yang didambakan serta sesuai dengan kenyataan dan substansinya. Setiap kebahagiaan yang didambakan ada cara perolehannya sehingga, bila diperoleh tanpa cara yang ditetapkan oleh sistem yang berlaku, pasti ia akan mengakibatkan kemacetan dan kerusakan seluruh atau sebagian dari komponen-komponen yang ada. Tubuh kita mempunyai cara tersendiri untuk menyembuhkan penyakit-penyakit yang dideritanya serta memperbaiki kerusakan-kerusakannya. Bila ada upaya penyembuhan bukan dengan cara yang sesuai atau mengganti satu bagian dari tubuh tetapi yang menggantikan tidak sesuai dengan kondisi dan sifat-sifat bagian yang digantikan, tubuh akan menolaknya dan ketika itu apa yang didambakan tidak akan tercapai. Sebagai contoh, operasi cangkok ginjal. Walaupun berhasil, jika ginjal yang menggantikan tidak serupa dengan yang digantikan, tubuh pasien menolaknya dan ia akan menderita bahkan meninggal dunia.

Manusia dituntut untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan sistem yang ditetapkan oleh Penciptanya. Bila ia menyimpang, penyimpangan itu—paling tidak—dinilai sebagai pelanggaran yang seharusnya ditiadakan karena membahayakan dirinya bahkan jika berulang-ulang dapat membinasakannya. Ini serupa dengan orang yang meminum racun atau yang menjadikan darah sebagai makanan sehari-harinya.

Manusia juga memiliki pandangan hidup dan keyakinan. Ini pun merupakan cara mencapai apa yang didambakan. Tidak ada jalan untuk memperoleh kebahagiaan kecuali melalui jalan ini. Seandainya ia menempuh jalan lain, yakni menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya—atau dalam istilah ayat di atas "Zhulm"—maka ia tidak akan mencapai apa yang didambakannya. Kalaupun terlihat ia bagaikan mencapainya, itu hanya kebahagiaan semu yang tidak langgeng karena hal teresebut bertentangan dengan sistem yang telah ditetapkan. Persis seperti pasien cangkok ginjal yang disebut di atas. Operasinya berhasil tetapi akibatnya fatal.

Yang zhalim tidak memperoleh kebahagiaan di dunia karena apa yang dilakukannya bertentangan dengan sistem. Sesuatu yang bertentangan dengan sistem bila berlanjut akan menghancurkan dan ketika itu—cepat atau lambat—apa yang didambakan tidak mungkin dapat diraih. Yang bersangkutan juga tidak memperoleh kebahagiaan ukhrawi karena kezhaliman yang dilakukannya akan membuahkan siksa. Demikian orang-orang yang zhalim tidak memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Sekian banyak ayat al-Qur'an yang mengisyaratkan kedua siksa itu antara lain:
فَأَذَاقَهُمُ اللَّهُ الْخِزْيَ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
"Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui." (QS az-Zumar 39: 26).

Firman-Nya: (إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ) "Sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu tidak mendapat keberuntungan". Mereka tidak akan berhasil meraih sesuatu yang menjadi dambaan mereka baik di dunia ini maupun di akhirat, bahkan mereka tetap dalam keadaan terhalang dan terhina. Mereka tidak akan diberi taufik untuk menemukan kebenaran dan tidak akan selamat dari siksaan neraka di akhirat kelak.

Semoga bermanfaat dan selamat beraktivitas...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: