Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al an'am 6:6

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku sekalian,ِ Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan oleh Allah, sehingga bisa melanjutkan tadarus/kajian kita sebagaimana biasanya.

Setelah diterangkan bahwa orang-orang kafir terus membangkang sehingga tidak ada suatu ayat pun, yakni bukti, kebenaran dari sekian banyak ayat-ayat Tuhan Pemelihara mereka yang dipaparkan dan datang kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling darinya, yakni tidak menghiraukannya. Akibat tiadanya perhatian dan pengabaian itu, lahir penolakan dan pendustaan dan ini pada gilirannya melahirkan ejekan dan olok-olok sebagaimana ditegaskan oleh ayat kelima yang lalu; yakni, maka jika keberpalingan mereka telah terbukti, terbukti pula bahwa sesungguhnya mereka telah mendustakan yang ḫaq yang dipaparkan al-Qur'an dan disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam; tatkala keterangan-keterangan itu datang kepada mereka. Maka kelak, pada hari-hari mendatang atau paling tidak di hari Kebangkitan, pasti akan sampai kepada mereka kenyataan dari berita-berita yang selalu dan terus-menerus mereka perolok-olokkan, baik berita tentang kemenangan yang akan diraih kaum Muslimin dan kekalahan mereka maupun berita-berita tentang surga dan neraka yang menanti masing-masing, sebagaimana diberitakan oleh al-Qur'an dan disampaikan oleh para Rasul. Maka pada ayat lanjutan ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

QS AL-AN'AAM 6: 6.
أ عو ذ با لله من الشيطان الرجيم
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا ۖ  وَجَعَلْنَا الأنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ
ALAM YARAU  KAM AHLAKNAA MIN QOBBLIHIM-MIN QORNIM-MAKKANNAAHUM FIL-ARDHI MAA LAM NUMAKKIL-LAKUM WA ARSALNAS-SAMAAA-A 'ALAIHIM-MIDDROROW-WAJA-'ALNAL-ANHAARO TAJJRII MIN TAḪTIHIM FA-AHLAKNAAHUM BI-DZUNUUBIHIM WA-ANSYA'NAA MIM-BA'DIHIM QORNAN AAKHIRIINA. = Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.

Translation In English: "See they not how many of those before them We did destroy?- generations We had established on the earth, in strength such as We have not given to you - for whom We poured out rain from the skies in abundance, and gave (fertile) streams flowing beneath their (feet): yet for their sins We destroyed them, and raised in their wake fresh generations (to succeed them)."

"ALAM=apakah tidak" "YARAU=mereka melihat" "KAM=berapa banyak" "AHLAKNAA=Kami telah binasakan" "MIN=dari" "QOBBLIHIM=sebelum mereka" "MIN=dari" "QORNIN=generasi" "MAKKANNAAHUM=Kami telah berikan mereka tempat dan kekuasaan" "FIL-ARDHI=di bumi" "MAA=apa yang" "LAM=belum" "NUMAKKIN=Kami berikan" "LAKUM=kepada kalian" yakni Kami telah memberikan kepada golongan-golongan itu kesehatan tubuh dan usia yang panjang serta harta yang berlimpah dan berbagai sarana untuk meraih keduniaan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, "WA ARSALNAA=dan Kami telah mengirimkan" dari "AS-SAMAAA-A=langit" yakni hujan  'ALAIHIM=kepada mereka" "MIDDRORON=(dengan) lebat" yakni berturut-turut sesuai dengan keperluan mereka, "WAJA-'ALNAA=dan Kami jadikan" "AL-ANHAARO=sungai-sungai" "TAJJRII=mengalir" "MIN=dari" "TAḪTIHIM=bawah mereka" yakni di bawah kebun-kebun dan lahan pertanian serta pepohonan mereka,  "FA-AHLAKNAAHUM=lalu Kami binasakan mereka" "BI-DZUNUUBIHIM=karena dosa-dosa mereka" karena mereka telah mendustakan Nabi-Nabinya dan karena mereka telah menjual agamanya dengan dunia, "WA-ANSYA'NAA=dan Kami ciptakan" "MIN=dari" "BA'DIHIM=sesudah mereka" "QORNAN=generasi" "AAKHIRIIN=yang lain" yakni Kami jadikan sesudah kebinasaan tiap-tiap generasi itu generasi lain yang menggantikan mereka yang telah binasa. Hal ini mengandung peringatan bahwa kebinasaan ummat-ummat yang banyak jumlahnya itu tidak mengurangi kerajaan Allah Subhanahu wa Ta'ala sedikit pun. Dan tidak memberatkan Allah kebinasaan mereka serta kosongnya negeri yang dahulu mereka tempati, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala berkuasa untuk menggantikan mereka dengan kaum atau generasi lain yang memakmurkan negeri mereka.

Setelah ayat yang lalu mengancam, kini disusul dengan peringatan yang mengandung ajakan berpikir, siapa tahu mereka dapat kembali menempuh jalan yang benar. Allah memang terus-menerus membuka peluang kepada manusia agar melakukan introspeksi, sampai pada batas terakhir dari masa hidup manusia, atau sampai pada batas di mana yang bersangkutan benar-benar terbukti menolak ajakan Ilahi. Melalui ayat ini, Allah mengajak, Apakah mereka tidak memperhatikan, yakni mempelajari sejarah atau mencari tahu, berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, seperti generasi ummat Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Shaleh 'alaikumus-salam dan lain-lain, padahal telah Kami teguhkan mereka, yakni generasi itu, di muka bumi, yaitu dengan kekuatan jasmani, kelapangan, dan lain-lain, keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepada kamu, wahai masyarakat Mekkah.

Dan Kami curahkan hujan yang lebat, yakni rezeki yang melimpah, atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, lalu karena mereka berpaling dan durhaka, maka Kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain untuk Kami lihat bagaimana sikap mereka terhadap Kami. Karena itu, berhati-hatilah jangan sampai kalian Kami perlakukan—karena dosa-dosa kalian—sama dengan perlakuan Kami terhadap generasi-generasi terdahulu itu.

Kaum musyrikin Mekkah dapat melihat dan mempelajari keadaan ummat sebelum mereka karena di sekitar pemukiman mereka pernah lahir peradaban yang cukup kuat dan besar. Ada peradaban Sumaria, peradaban Mesir Kuno, Yaman, dan lain-lain, yang semuanya lauh melebihi kekuatan mereka. Kaum musyrikin Mekkah hanya mengandalkan Ka'bah, itu pun ketika Abrahah, penguasa Ethiopia, datang ke Mekkah untuk merobohkannya dan mereka tidak mampu menangkal serangan itu. Kalau bukan karena Allah yang mengirim burung yang berbondong-bondong (ababil) yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar (baca surah al-Fiil 105: 1-5)  niscaya bangunan suci kebanggaan serta sumber pengaruh mereka itu akan hancur berantakan.

Ayat ini menunjukkan bahwa daerah permukiman ummat-ummat yang lalu adalah daerah yang banyak hujannya, banyak sungai dan danau serta mata air-mata air yang memancar, dan ini pada gilirannya menjadikan tanah mereka subur. Tidak mustahil, daerah-daerah Jazirah Arab yang kini gersang tadinya adalah daerah-daerah subur, tetapi peristiwa dan bencana alam yang terjadi menjadikan daerah tersebut tandus dan peradaban mereka tertimbun dan punah. Al-Qur'an menyebut antara lain kaum 'Aad yang membangun kota Iram dengan tiang-tiang yang tinggi dan belum pernah dibangun di daerah lain sehebat dan seindah itu. Kota ini telah punah, tetapi bekas-bekasnya telah ditemukan melalui sejumlah bukti arkeologis. Salah satu di antaranya adalah hasil ekspedisi Nicholas Clapp di Gurun Arabia Selatan pada tahun 1992. Dengan menggunakan jasa pesawat ulang alik Challenger dengan sistem Satellite Imaging Radar (SIR) serta bantun Satelit Perancis, mereka menemukan bukti-bukti tentang kota tersebut, sebagian berada di bawah tumpukan pasir yang telah berabad-abad lamanya hingga mencapai ketinggian 183 meter. (Insya Allah nanti akan diterangkan pada penafsiran ayat 6-9 dari QS al-Fajr).

Firman-Nya: (فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ ) Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, mengisyaratkan bahwa dosa dapat mengakibatkan kebinasaan. Yang tidak diperselisihkan adalah bahwa dosa akibat pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya mengakibatkan kebinasaan; dosa-dosa dapat pula berupa keangkuhan, foya-foya, kekikiran, penindasan, dan pengrusakan di bumi merupakan hal-hal yang merapuhkan solidaritas sosial sehingga pada gilirannya mengakibatkan kehancuran dan kebinasaan masyarakat. Tidak dapat disangkal bahwa dosa-dosa berupa kebejatan moral juga mengakibatkan kebinasaan masyarakat. Lihat dan pelajarilah Peradaban Romawi dan Yunani. Tetapi, apakah dosa akibat pelanggaran terhadap hukum-hukum syariat, seperti tidak shalat atau tidak berzakat, dapat juga mengakibatkan bencana? Apakah keenganan beriman dapat mengakibatkan bencana alam?

Melihat hubungan ayat ini, dapat dikatakan bahwa dosa yang dimaksud adalah dosa yang serupa dengan yang disebut oleh ayat-ayat yang lalu, yakni mempersekutukan Allah, meragukan keniscayaan hari Kemudian, berpaling dan mendustakan kebenaran, serta menperolok-oloknya. Di sisi lain, sementara ulama meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak binasa satu harta di darat maupun di laut kecuali karena tidak dizakati." Mereka juga merujuk kepada sejumlah ayat, khususnya yang berbicara tentang ummat terdahulu, yang menunjukkan bahwa keengganan beriman mengakibatkan bencana. Sebagaimana antara lain salah satu firman Allah yang berbunyi:
كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ (٤)فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ (٥)وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ (٦)سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ (٧)
"Kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat. Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)."

Dahulu Allah Subhanahu wa Ta'ala membuktikan kebenaran seorang Rasul dengan tanda-tanda yang bersifat material, bahkan menjatuhkan sanksi berupa bencara alam yang menimpa seluruh kaum. Pada masa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Orang-orang musyrik pun meminta hal serupa kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam; bahkan secara tegas Abu Jahal atas nama orang-orang musyrik pernah bermohon, sebagaimana diungkap oleh QS al-Anfal 8: 32, "Ya Allah! Apabila ini (al-Qur'an) adalah kebenaran dari sisi-Mu, maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami siksa yang pedih." Permintaan mereka ditolak, bukan saja karena pemikiran ummat manusia ketika itu telah siap mencapai tahap baru, yakni tahap ilmiah dan penafsiran fenomena alam melalui pengamatan yang teliti dengan berbagai eksperimen sehingga hukum-hukum alam yang mengakibatkannya diketahui, tetapi juga karena al-Qur'an sendiri sudah cukup menjadi bukti kebenaran (baca QS al-'Ankabut 29: 51). Bahkan, dalam beberapa ayat, ditegaskan bahwa bencana yang mereka minta atau usul yang mereka ajukan tidak dapat dipenuhi karena, jika demikian, mereka akan punah. Hakikat ini nanti akan kita baca bersama-sama pada ayat-ayat berikut.

Betapa pun, yang jelas dan pasti adalah bahwa tidak ada yang diterjadi di alam raya ini kecuali atas izin dan kehendak Allah. Kendati demikian, kita pun harus mengingat bahwa kehendak-Nya antara lain tercermin pada hukum-hukum alam yang diciptakan-Nya. Bila seseorang atau satu masyarakat tidak menyesuaikan diri dengan hukum-hukum-Nya itu, dia pasti akam mengalami kesulitan, mengalami bencana pada diri maupun lingkungannya; dan di sini kita harus berkata bahwa bencana itu adalah kehendak-Nya juga. Bukankah Dia yang menciptakan hukum-hukum yang berkaitan dengannya?

Kata (قرن) QORN pada mulanya berarti masa yang berkepanjangan, tetapi makna ini kemudian berkembang sehingga juga berarti suatu masyarakat yang bertahan lama atau juga dalam arti generasi. Ada yang memahaminya dalam arti seratus tahun, ada juga yang tidak menetapkan masa tertentu, tetapi menilai kepunahan satu masyarakat atau kematian mayoritas anggotanya sebagai pergantian qorn/generasi. Tampaknya, inilah yang dimaksud oleh ayat ini.

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala menasihati kita supaya memperhatikan dan mengambil pelajaran dari sejarah ummat sebelum kita, yang telah berkuasa di atas bumi dan telah diberi kesempatan dan karunia yang besar berupa sumber makanan dan minuman, tetapi akhirnya mereka dibinasakan karena durhaka dan dosa-dosa yang mereka lakukan, maka kita harus waspada jangan sampai tertimpa bencana yang menimpa ummat-ummat sebelum kita, ingatlah kita tidak lebih kuat atau lebih mulia di sisi Allah dari mereka.

Semoga bermanfaat... Salam Jum'at Mubarak..
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: