Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al maiidah 117

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Al-Qur'anul-Kariim ini memperkenalkan dirinya sebagai hudan linnaas (petunjuk bagi seluruh ummat manusia), sekaligus menantang manusia dan jin untuk menyusun semacam al-Qur'an. Dari sini, kitab suci al-Qur'an berfungsi sebagai mukjizat, yakni bukti kebenaran dan sekaligus kebenaran itu sendiri. Memang ada beberapa orang yang telah mencoba membuat semacam al-Qur'an, tetapi itu tidak akan bertahan lama dan pasti akan didustakan dan dilupakan orang seiring dengan perkembangan zaman.

Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku pecinta al-Qur'an yang dirahmati Allah, Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan syukur kehadhirat Allah yang mana kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat bersama-sama bertadarus serta memahami isi kandungan al-Qur'an dengan baik dan benar.

TADARUS/KAJIAN KITA HARI INI MASIH DISEKITAR TENTANG NABI ISA ALAIHIS-SALAM.

QS AL-MAA-IDAH 5: 117.
أ عو ذ بالله من تاشيطان الرجيم
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
MAA QULTU LAHUM ILLAA MAAA AMARTANII BIHIII ANI'BUDULLOOHA ROBBII WA ROBBAKUM, WA KUNTU 'ALAIHIM SYAHIIDAM-MAADUMTU FIIHIM, FALAMMAA TAWAFFAITANII KUNTA ANTAR-ROQIIBA 'ALAIHIM, WA ANTA 'ALAA KULLI SYAI-IN SYAHIIDUN. = Aku tidak (pernah) mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka, setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.

Translation In English: "Never said I to them aught except what Thou didst command me to say, to wit, ´worship Allah, my Lord and your Lord´; and I was a witness over them whilst I dwelt amongst them; when Thou didst take me up Thou wast the Watcher over them, and Thou art a witness to all things."

"MAA=tidak" (pernah) "QULTU=aku mengatakan" "LAHUM=kepada mereka" "ILLAA=melainkan" "MAAA=apa yang"  "AMARTANII=Engkau perintahkan kepadaku" "BIHIII=dengannya" "ANI'BUDULLOOHA=yaitu kalian sembahlah Allah" "ROBBII=Tuhanku" "WA ROBBAKUM=dan Tuhan kalian" huruf AN menafsirkan HA yang merujuk kepada perkataan yang diperintahkan, maknanya: Aku tidak mengatakan kepada mereka ketika di dunia, selain perkataan yang Engkau perintahkan aku untuk menyampaikannya. Perkataan tersebut adalah sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu, "WA KUNTU=dan aku menjadi"  'ALAIHIM=atas mereka" "SYAHIIDAN=saksi" sebagai pengawas yang mencegah mereka dari apa yang mereka katakan itu, "MAADUMTU=selama aku" (berada)  "FIIHIM=di antara mereka", "FALAMMAA=maka setelah" "TAWAFFAITANII=Engkau mewafatkan aku" Engkau telah mengambilku dengan cara mengangkatku ke langit, "KUNTA=Engkau menjadi" "ANTA=Engkaulah" "AR-ROQIIBA=pengawas" (penjaga)   'ALAIHIM=atas mereka" Yang memelihara amal perbuatan mereka dan mencatat amal perbuatan mereka serta Yang mengawasi sepak terjang mereka, "WA ANTA=dan Engkau"  'ALAA=atas" "KULLI=setiap" "SYAI-IN=sesuatu" termasuk perkataanku kepada mereka dan perkataan mereka sesudahku dan lain-lainnya, "SYAHIIDD=adalah saksi" Maha Waspada dan Maha Mengetahui tentang hal itu.

Setelah menafikan ucapan apa pun yang tidak wajar darinya, termasuk ucapan yang tidak wajar menyangkut penyembahan-penyembahan kepada Yang Maha Esa, 'Isa 'alaihis-salam melanjutkan keterangannya dengan menjelaskan apa yang beliau sampaikan kepada mereka, yaitu bahwa: Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka, apalagi menyuruh mereka, kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakan-nya yaitu: "Sembahlah Allah, Yang Maha Esa dalam Zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Dia adalah Tuhanku yang mendidik dan melimpahkan aneka anugerah kepadamu dan juga Tuhan kamu semua yang mendidik dan melimpahkan karunia-Nya kepada kamu."

Karena 'Isa a'alaihis-salam mengetahui juga bahwa sebagian ummatnya telah mempersekutukan Allah dan melampaui batas dalam kepercayaan mereka terhadap dirinya, beliau lebih lanjut menegaskan bahwa dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, yakni bersungguh-sungguh memberi keteladanan yang dapat mereka saksikan dalam sikap dan perilaku yang aku tampilkan serta selalu berusaha meluruskan kesalahpahaman dan kekeliruan mereka selama aku berada yakni hidup di antara mereka. Maka, setelah Engkau wafatkan aku sehingga aku tidak lagi berada di tengah-tengah mereka, maka Engkau-lah yang mengawasi mereka, bahkan melarang mereka mempertuhan siapa pun selain Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan jalan memaparkan aneka bukti keesaan-Mu, dan mengutus Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu sehingga tidak ada sekecil apa pun yang luput dari pengetahuan-Mu.

Ucapan 'Isa 'alaihis-salam bahwa "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku" merupakan penjelasan dengan redaksi yang mengandung penafian ucapan apa pun selain yang beliau ucapkan. Dengan demikian, beliau membantah pula kepercayaan sementara ummatnya yang menyatakan bahwa beliau yang mengajarkan Trinitas.

Para ulama berbeda pendapat tentang arti (تَوَفَّيْتَنِي) TAWAFFAITANII=Engkau wafatkan aku.

Nabi 'Isa 'alaihis salam berlepas tangan dari mereka sesudah ia wafat. Lahir nash al-Qur'an ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mewafatkan Isa putra Maryam lalu mengangkatnya kepada-Nya, dan sebagian atsar mengatakan bahwa ia hidup di sisi Allah. Disana—menurut sebagian besar ulama—tidak ada pertentangan atau kemusykilan antara Allah telah mewafatkannya dari kehidupan dunia, dan keberadaannya hidup di sisi Allah. Karena orang-orang yang mati syahid itu juga telah meninggal dunia, tetapi mereka hidup di sisi Allah sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَلا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لا تَشْعُرُونَ
"WALAA TAQUULUU LIMAY-YUQQTALU FII-SABIILILLAHI AMWAATUN, BAL AHYAAA-UN WALAAKIL-LAA TASY'URUUNA. = Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." (QS Al-Baqarah 2: 154).

Adapun bagaimana bentuk kehidupannya di sisi Allah, maka kita tidak mengetahui caranya. Demikian pula dengan bentuk kehidupan Nabi 'Isa 'alaihis-salam yang dalam ayat ini berkata kepada Tuhannya, "dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka, setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.

Kata (الرّقيب) AR-ROQIIB yang akar katanya terdiri dari huruf-huruf (ر) RO' (ق) QOOF, dan (ب) BA' makna dasarnya adalah tampil tegak lurus untuk memelihara sesuatu. Pengawas adalah ROQIIB karena dia tampil memperhatikan dan mengawasi untuk memelihara yang diawasi.

Allah yang bersifat Roqiib, yakni Dia yang mengawasi, atau yang menyaksikan, atau mengamati makhluk-Nya dari saat ke saat. Demikian tiga makna yang dikemukakan al-Qurthubi. Allah Raqiib terhadap segala sesuatu. Dia mengawasi, menyaksikan, dan mengamati dengan pandangan-Nya segala yang didengar dengan pendengaran-Nya serta segala yang wujud dengan ilmu-Nya.

Imam al-Ghazali mengartikan Roqiib sebagai Yang Maha Mengetahui lagi Maha Memelihara. Tulisnya, "Siapa yang memelihara sesuatu dan tidak lengah terhadapnya, memperhatikannya dengan perhatian yang bersinambung, menjadikan yang disaksikan bila dilarang melakukan sesuatu tidak akan melakukannya, maka siapa yang demikian halnya dinamai Roqiib. Karena itu, sifat ini berkaitan erat dengan ilmu serta pemeliharaan, tetapi dari sisi dimana bahwa hal tersebut terlaksana secara bersinambung."

Perlu ditambahkan bahwa pengawasan ini, bukan bertujuan mencari kesalahan atau menjerumuskan yang diawasi, tetapi justru sebaliknya.

Ayat-ayat al-Qur'an yang menampilkan sifat Allah ini memberi kesan pengawasan yang mengandung makna pemeliharaan, demi kebaikan yang diawasi, sejalan dengan makna kebahasaan yang dikemukakan di atas.

Ayat al-Maa-idah ini menyifati Allah dengan sifat Roqiib, mengesankan bahwa sifat Allah ini mengandung makna pemeliharaan dan pengampunan.

Semoga bermanfaat dan selamat beraktivitas...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: