Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al an'am 6:20

ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat siang menjelang waktu shalat Ashar anak2ku dan sahabat2ku sekalian,ِ Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan oleh Allah Ta'ala, sehingga bisa melanjutkan tadarus/kajian kita dengan metode tafsir perkata agar kita bisa menguasai bahasa al-Qur'an serta penjelasan ayat secara rinci dan di ulang, supaya bisa dipahami dengan baik dan benar. Juga terjemahan dalam bahasa Indonesia dan cara membaca al-Qur'an dengan huruf latin dengan maksud agar tetap bisa dibaca pada HP yang tidak bisa menampilkan huruf Arab dan cara membacanya disesuaikan dengan tajwid pada tingkat dasar. Juga dilengkapi terjemahan dalam bahasa Inggris agar kita bisa sambil belajar, atau paling tidak untuk mengingat kembali bagi telah menguasainya.

Setelah pada ayat yang lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada Nabi-Nya dengan firman-Nya: "Katakanlah: "Apakah sesuatu yang lebih besar persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan al-Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepada kamu dan kepada orang-orang yang sampai kepadanya. Apakah sesungguhnya kamu menyaksikan bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Maka, pada ayat lanjutan ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

QS AL-AN'AAM 6: 20.
أ عو ذ با لله من الشيطان الرجيم
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ ﻤ  الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ
AL-LADZIINA AATAINAAHUMUL-KITAABA YA'RIFUUNAHUU KAMAA YA'RIFUUNA ABBNAAA-AHUM. AL-LADZIINA KHOSIRUUU ANFUSAHUM FAHUM LAA YU'MINUUNA. = Orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka al-Kitab, mengenalnya seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman.

Translation In English: "Those to whom We have given the Book know this as they know their own sons. Those who have lost their own souls refuse therefore to believe."

"AL-LADZIINA=orang-orang yang" "AATAINAAHUMU=telah Kami beriman mereka" "AL-KITAABA=Kitab" "YA'RIFUUNAHUU=mereka mengenalnya" artinya mengenal Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dengan sifat-sifat atau ciri-cirinya yang terdapat di dalam Kitab mereka, "KAMAA=sebagaimana" "YA'RIFUUNA=mereka mengenal" "ABBNAAA-AHUM=anak-anak mereka". "AL-LADZIINA=orang-orang yang" "KHOSIRUUU=mereka merugikan" "ANFUSAHUM=diri mereka sendiri" di antara mereka, "FAHUM=maka mereka" "LAA=tidak" "YU'MINUUN=mereka beriman" kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Orang-orang yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada mereka Taurat dan Injil mengenal Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dengan sifat-sifatnya yang termaktub dalam kitab-kitab mereka, seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, sebagaimana tidak ada orang lain yang menyerupai anak-anak mereka, begitu juga Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, tidak seorang pun serupa dengannya karena detailnya gambaran sifat-sifatnya di dalam kitab-kitab mereka sehingga mereka akan sangat mudah mengenalnya. Akan tetapi, mereka mengikuti hawa nafsu. Maka, merugilah mereka terhadap diri mereka sendiri karena ingkar kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan kepada Kitab al-Qur'an yang dibawanya.

Kandungan ayat ini merupakan salah satu berita tentang kesaksian Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah disampaikan-Nya kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani melalui wahyu-wahyu-Nya yang tercantum dalam kitab suci mereka, Taurat dan Injil. Demikian ayat ini berhubungan dengan ayat yang lalu. Di sisi lain, ia juga merupakan bantahan kepada Ahli-Kitab, yang, ketika ditanya oleh kaum musyrikin Mekkah tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, menyampaikan bahwa mereka tidak mengenal beliau. Sungguh, apa yang mereka ucapkan itu bohong besar karena orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka al-Kitab, yakni pemuka-pemuka agama Yahudi dan Nasrani, mengenalnya, yakni Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, atau mengenal al-Qur'an, atau mengenal Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, yakni pengenalan yang sampai pada tingkat yang hampir tidak disertai keraguan. Ada di antara mereka yang jujur mengakui hakikat itu, seperti 'Abdullah Ibn Salam dan Muhkairiq; ada juga yang menutupi kebenaran sehingga mengingkarinya. Orang-orang yang merugikan dirinya, yakni orang yang tidak memanfaatkan potensi yang dianugerahkan Allah kepadanya, baik Ahli-Kitab maupun orang musyrik, mereka itu tidak beriman.

Kata ganti nama pada firman-Nya: Mengenalnya oleh banyak ulama dipahami dalam arti mengenal Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Jika demikian, ayat ini sejalan dengan firman-Nya dalam QS al-Baqarah 2: 146. Rujuklah kesana sebagaimana telah kita tadarusi dan kaji bersama beberapa waktu yang lalu, untuk memahami makna "mengenalnya sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka".

Perlu dicatat bahwa, jika ditinjau dari segi kenyataan, pemahaman banyak ulama itu adalah benar, tetapi sementara pakar menolak penafsiran itu dari segi tekstual dengan alasan bahwa biasanya pengganti nama menunjuk kepada nama yang telah disebut sebelumnya sedangkan pada ayat ini dan sebelumnya kata yang menunjuk kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam belum pernah disebut. Penganut pendapat ini memilih "al-Qur'an" sebagai kata yang ditunjuk oleh pengganti nama itu, yakni mereka mengenal al-Qur'an, sebagai kitab yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak mungkin merupakan karya Nabi Muhammad shallallhu 'alaihi wasallam atau karya manusia. Mereka juga mengenal kebenaran kandungannya, bahkan mengenal kebenaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, karena kitab suci mereka menyebut hal-hal tersebut. Terhadap orang-orang musyrik Mekkah yang meragukan kebenaran wahyu-wahyu Allah yang disampaikan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam itu, al-Qur'an menegaskan bahwa, "Apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?" (QS asy-Syu'ara' 26: 197).

Sayyid Quthub dalam tafsirnya, setelah menyebutkan dan menyetujui pendapat di atas menambahkan makna lain yang diangkatnya dari kenyataan sejarah serta sikap Ahli-Kitab terhadap Islam. Menurut sang syahid itu, Ahli-Kitab mengetahui bahwa al-Qur'an adalah kebenaran dari sisi Allah dan mengetahui pula betapa kekuatan, kebajikan, dan kebaikan yang dikandungnya. Mereka mengetahui betapa besar potensi yang dapat mendorong ummat untuk menganut akidah yang diajarkan al-Qur'an, menerapkan akhlak yang dituntunnya serta sistem yang ditegakkannya. Ahli Kitab—tulisnya lebih jauh—benar-benar berhitung tentang kitab suci ini dan penganut-penganutnya serta mengetahui bahwa agama ini tidak mungkin akan dapat bertemu dengan sistem yang mereka anut atau bergandengan tangan dengannya. Ahli-Kitab mengenal agama ini sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka karena mereka memperlajarinya secara serius dan mendalam, namun bukan untuk mengetahui hakikatnya, tetapi untuk mengetahui bagaimana ajarannya menembus fitrah manusia sebagai upaya mereka membendung agar ajaran ini tidak merasuk ke dalam fitrah atau agar mereka melemahkan fitrah itu.

Kenyataan sejarah selama lebih empat belas abad membuktikan kebenaran hakikat yang diuraikan di atas, tetapi—lanjut Sayyid Quthub—hakikat tersebut lebih jelas lagi dewasa ini. Penelitian tentang Islam yang disebarkan dewasa ini terbit rata-rata satu kitab setiap minggu dengan aneka bahasa, tetapi kebanyakan di antaranya tidak menghidangkan secara jelas niat buruk mereka karena mereka mengetahui bahwa, jika serangan dilakukan secara terang-terangan terhadap agama ini, akan timbul semangat-semangat pembelaan dan perlawanan. Demikian sekelumit dari uraian panjang Sayyid Quthub menyangkut ayat ini.

Tampaknya, kenyataan yang diuraikan di atas sulit disanggah. Namun demikian, sebagaimana yang diajarkan al-Qur'an, kita tidak boleh menggeneralisasi. Para orientalis—apalagi masa lampau—ada yang mempelajari Islam dengan tujuan seperti yang dikemukakan Sayyid Quthub, tetapi ada juga yang berusaha bersifat objektif. Kendati demikian, harus dicatat bahwa di antara yang objektif itu ada yang berhasil menemukan kebenaran dan menyampaikannya dengan tulus lagi ilmiah dan ada juga—walau telah berusaha semaksimal dan seobjektif mungkin, tetapi tidak menemukan kebenaran atau salah paham sehingga keliru dalam menyampaikan pandangan dan analisanya. Boleh jadi salah satu sebabnya adalah karena pisau analisa mereka tumpul atau kacamata yang mereka gunakan adalah kacamata yang tidak sesuai dengan ciri dan sifat agama Islam.

Firman-Nya: (الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ) Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. Yang dimaksud dengan merugikan dirinya" adalah menyia-nyiakannya. Dengan demikian, kata "merugi" sama dengan menyia-nyiakan sesuatu yang mestinya dimanfaatkan untuk meraih keuntungan. Keadaaan semacam ini serupa dengan pedagang yang menyia-nyiakan modalnya sehingga rugi karena tidak memperoleh keuntungan, bahkan kehilangan modal. Orang-orang yang tidak beriman adalah mereka yang tidak memanfaatkan potensi yang dianugerahkan Allah, yaitu daya pikir. Dengan berpaling  dari ajakan Rasul dan enggan berpikir menyangkut apa yang beliau sampaikan, mereka telah menyia-nyiakan potensi itu, padahal bila tidak disia-siakan ia akan dapat melahirkan sekian banyak hal yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat mereka. Ketiadaan iman disebabkan mereka tidak memanfaatkan potensi itu, sebagaimana ia juga menyebabkan kerugian yang lain, yaitu kerugian karena tidak memperoleh keselamatan hidup tenang dan bahagia di dunia serta keterbebasan dari siksa di neraka kelak di hari Kemudian.

Memang ada perbedaan di kalangan ulama menyangkut siapa yang dimaksud dengan merugikan dirinya, apakah kaum musyrikin atau Ahli-Kitab yang menutupi kebenaran yang mereka ketahui ini. Tetapi, nampaknya lebih baik kita memahaminya secara umum, baik Ahli-Kitab, orang-orang musyrik, bahkan siapa saja.

Mereka yang menolak petunjuk dan justru mengikuti hawa nafsu, sehingga mereka kembali dengan membawa kerugian, membawa kemurkaan ar-Raḫmân, akibat mendustakan peringatan al-Qur'an dan tidak mau mengikuti Nabi yang mulia shallallahu 'alaihi wasallam.

Semoga bermanfaat dan selamat menantikan waktu shalat Ashar dengan berjamaah di mushola atau di Masjid terdekat ditempat kita masing-masing.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: