Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al an'am 6:8

BISMILLAAHIR-ROHMAANIR-ROHIIM.
ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku sekalian,ِ Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan oleh Allah, sehingga bisa melanjutkan tadarus/kajian kita dengan metode tafsir perkata serta penjelasan ayat secara rinci dan di ulang sebagaimana biasanya, agar bisa dipahami dengan baik dan benar. Disini juga ada terjemah bahasa Indonesia dengan maksud agar bisa dibaca pada HP yang tidak memiliki Arabic font, serta cara membacanya sesuai dengan tajwid dasar, dan terjemah dalam bahasa Inggris agar kita bisa > to improve our English.

Setelah ayat yang sebelum ini Allah Subhanahu wa Ta'ala membuat perandaian. "Seandainya diturunkan sebuah kitab dari langit dengan sekaligus kepadamu wahai Muhammad, seperti yang telah dimintakan kepadamu oleh Abdullah ibnu Abu Umayyah al-Makhzumi dan kawan-kawannya tertuangkan dalam suatu lembaran yang dapat mereka baca dengan jelas dan dapat mereka pegang dengan tangannya sendiri, niscaya mereka akan mencelanya dan menuduhnya sebagai suatu perbuatan sihir. Maka pada ayat lanjutan Allah berfirman:

QS AL-AN'AAM 6: 8.
أ عو ذ با لله من الشيطان الرجيم
وَقَالُوا لَوْلا أُنْزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ ۗ وَلَوْ أَنْزَلْنَا مَلَكًا لَقُضِيَ الأمْرُ ثُمَّ لا يُنْظَرُونَ
WA QOOLUU LAULAAA UNZILA 'ALAIHI MALAKUN, WALAU ANZALNAA MALAKAL-LAQUDHIYAL-AMRU TSUMMA LAA YUNZHORUUNA. = Dan mereka berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) Malaikat?" Sedang kalau Kami turunkan Malaikat, tentulah selesai urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh.

Translation In English: They say: "Why is not an angel sent down to him?" If we did send down an angel, the matter would be settled at once, and no respite would be granted them.

"WA QOOLUU=dan mereka berkata" "LAULAAA=mengapa tidak" "UNZILA=diturunkan" 'ALAIHI=kepadanya" Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, "MALAKUN=Malaikat" yang membenarkannya, "WALAU=dan jika" "ANZALNAA=Kami turunkan" "MALAKAN=Malaikat" sebagaimana yang telah mereka minta, niscaya mereka tidak akan beriman, "LAQUDHIYA=tentu diputuskan" "AL-AMRU=putusan" dengan binasanya mereka, "TSUMMA=kemudian" "LAA=tidak" "YUNZHORUUN=mereka diberi penangguhan" tidak diberi kesempatan untuk bertaubat atau minta ampunan, seperti yang telah dilakukan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap orang-orang sebelum mereka, yaitu di kala permintaan mereka dikabulkan, kemudian mereka tidak juga mau beriman.

Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad Malaikat yang menyaksikan kenabiannya dan kebenarannya. (لولآ) bermakna (هلا) mengapa tidak, untuk mengkhususkan. Abu As-Su'ud berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepada beliau Malaikat, dimana kami dapat melihatnya dan dia berbicara dengan kami seraya menyatakan bahwa dia adalah seorang Nabi". Ini adalah kebathilan nyata dan cerita bohong yang mereka dengungkan.

Ayat ini menyinggung usul mereka yang lain; yaitu mereka, yakni kaum yang tidak percaya khususnya orang-orang Yahudi, berkata, Mengapa tidak diturunkan dari langit kepadanya, yakni kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam seorang Malaikat yang dapat kami lihat secara nyata dan bercakap-cakap dengannya, sekaligus mengakui kebenaran Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam? Allah menolak usul tersebut, sedang kalau Kami turunkan seorang Malaikat dalam bentuk manusia kepadanya sebagaimana usul mereka tentu selesailah urusan itu, yakni mereka akan segera binasa atau mereka langsung percaya tanpa melalui proses ujian keimanan menyangkut yang gaib, kemudian mereka tidak diberi tangguh sedikit pun tetapi langsung akan dibinasakan.

Al-Biqa'i menulis bahwa, jika usul mereka diterima, hanya ada dua kemungkinan bagi kehadiran Malaikat. Yakni, ia tampak dalam bentuk yang asli dan ketika itu manusia pasti tidak akan mampu melihatnya sehingga mereka akan hancur binasa, dan jika para pembangkang itu diberi kemampuan untuk melihat Malaikat dalam bentuknya yang asli, urusan pun menjadi selesai karena dengan melihat Malaikat sambil mendengar dari mereka tentang kebenaran Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan ajaran-ajaran yang dibawanya, tentulah mereka akan percaya sehingga tidak ada lagi arti ujian menyangkut iman.

Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak memberi manusia—kecuali para Nabi-Nya—kemampuan melihat Malaikat karena Dia bermaksud menguji manusia. Bukankah Allah menjadikan hidup dan mati sebagai ujian? (baca QS al-Mulk 67: 1-2). Para Nabi pun tidak semuanya dapat melihat bentuk asli Malaikat. Dalam satu riwayat, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam hanya dua kali melihat bentuk asli Malaikat Jibril 'alaihis salam (baca QS an-Najm). Nabi Ibrahim dan Luth 'alaihimas-salam, didatangi Malaikat, sebagai tamu-tamu dalam bentuk manusia demikian juga Maryam 'alaihas-salam.

Dengan demikian, Rasul-Rasul Allah kepada manusia haruslah manusia juga dalam rangka memberi pilihan beriman atau ingkar karena, kalau Malaikat yang turun, alternatif memilih atau menolak ajaran agama yang dikehendaki Allah untuk dilakukan-Nya terhadap manusia tidak akan terpenuhi. Allah Subhanahu wa Ta'ala paling tidak sejak kehadiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tidak lagi menjadikan peristiwa-peristiwa suprarasional dan indriawi sebagai bukti kebenaran Rasul. "Bisa jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu karena mereka tidak beriman. Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya" (QS asy-Syu'araa' 26: 3-4), tetapi itu tidak dikehendaki Allah karena kebijaksanaan-Nya adalah menjadikan manusia beriman dengan penuh kesadaran dan dengan seluruh totalitasnya; akal, pikiran, dan jiwanya. Turunnya Malaikat sebagai Rasul tidak mengantar ke arah tujuan tersebut.

Thahir Ibnu 'Asyur mengemukakan bahwa turunnya Malaikat sesuai dengan usul mereka akan mengakibatkan kebinasaan karena bisa jadi Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mencipta Malaikat sebagai makhluk yang memiliki naluri ketegasan dalam kebenaran sehingga mereka segera bertindak terhadap para pembangkang, sebagaimana diisyaratkan oleh firman-Nya: "Mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya" (QS al-Anbiyaa' 21: 28). Karena itu—tulis Ibnu Asyur lebih jauh—Allah menghalangi para Malaikat berhubungan langsung dengan manusia, kecuali dengan hamba-hamba-Nya yang mulia, yang jiwa kemanusiaannya serupa dengan jiwa para Malaikat itu; dan karena itu pula Allah menghalangi mereka turun ke bumi kecuali dalam kasus-kasus tertentu dan langsung atas perintah Allah, "Dan tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu" (QS Maryam 19: 64). Demikian ucapan para Malaikat, demikian juga ucapan mereka yang diutus untuk membinasakan kaum Luth 'alaihis-salam, "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" (QS Hud 11: 81).

Firman-Nya: (وَلَوْ أَنْزَلْنَا مَلَكًا لَقُضِيَ الأمْرُ) Sedang kalau Kami turunkan Malaikat, tentulah selesai urusan itu, yakni mereka akan disiksa dan dibinasakan, memberi isyarat pula bahwa ummat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berbeda dengan ummat-ummat yang lalu. Ummat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tidak akan dipunahkan secara total oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ini sejalan dengan firman-Nya, antara lain:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ  .وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ  .قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلا نَفْعًا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ
"Tiap-tiap ummat mempunyai Rasul; maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. Mereka mengatakan: "Bilakah (datangnya) ancaman itu, jika memang kamu orang-orang yang benar?" Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". Tiap-tiap ummat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)." (QS Yunus 10: 47-49).

Dan firman Allah pada ayat yang lainnya:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun" (QS al-Anfal 8: 33).

Semoga bermanfaat, Selamat berlibur bersama keluarga, atau menghadiri undangan walimah perkawinan, atau beraktivitas apa saja.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: