Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al an'am 6:25

ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku sekalian,ِ Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan oleh Allah Ta'ala, sehingga bisa melanjutkan tadarus/kajian kita dengan metode tafsir perkata agar kita bisa menguasai bahasa al-Qur'an serta penjelasan ayat secara rinci dan di ulang, supaya bisa dipahami dengan baik dan benar. Juga terjemahan dalam bahasa Indonesia dan cara membaca al-Qur'an dengan huruf latin dengan maksud agar tetap bisa dibaca pada HP yang tidak bisa menampilkan huruf Arab dan cara membacanya disesuaikan dengan tajwid pada tingkat dasar. Juga dilengkapi terjemahan dalam bahasa Inggris agar kita bisa sambil belajar, atau paling tidak untuk mengingat kembali bagi telah menguasainya.

Setelah pada tafsir ayat yang lalu disebutkan: "Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan setiap orang diminta agar melihat dan mengamati dengan mata kepala atau hati dan pikirannya: Lihatlah, bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri, yakni di dunia mereka mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kini mereka tidak mengakui persekutuan itu padahal ketika menyampaikan jawaban itu—mereka sepenuhnya sadar bahwa sebenarnya dahulu mereka memang mempersekutukan-Nya. Dan ketika itu hilanglah dari mereka, yakni tidak bermanfaat buat mereka sedikit pun apa yang dahulu di dunia mereka ada-adakan, yakni sembahan yang mereka sembah. Maka pada ayat lanjutan ini Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

QS AL-AN'AAM 6: 25.
أ عو ذ با لله من الشيطان الرجيم
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ ۚ  وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۗ  وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لا يُؤْمِنُوا بِهَا ۗ  حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ
WA-MINHUM MAY-YASTAMI-'U ILAIKA, WA-JA-'ALNAA 'ALAA QULUUBIHIM AKINNATAN AY-YAFQOHUUHU WAFIII AADZAANIHIM WAQQRON, WA-IYYAROW KULLA AAYATIL-LAA-YU'MINUU BIHAA, ḪATTAAA IDZAA JAAA-UKA YUJAADILUUNAKA YAQUULUL-LADZIINA KAFARUUU IN HADZAAA ILLAAA AASAA-THIRUL-AWWALIINA. = Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (kami letakkan) sumbatan di telinganya. dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al-Quran ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu

Translation In English: "Some of them there are who (pretend to) listen to thee; but We have thrown veils on their hearts, So they understand it not, and deafness in their ears; if they saw every one of the signs, not they will believe in them; in so much that when they come to thee, they (but) dispute with thee; the Unbelievers say: "These are nothing but tales of the ancients."

Asbabun-Nuzul ayat 22-25:
Ibnu 'Abbas radiallahu 'anhu memaparkan bahwa ketika ayat QS 58: 18 diturunkan, kaum munafik tidak dapat menerima kabar ini. Oleh karenanya itu diturunkanlah keempat ayat ini (22-25) yang menegaskan keadaan mereka akibat kedustaan mereka terhadap diri sendiri, yaitu menganggap al-Qur'an hanya sebagai dongengan belaka. (HR Ibnu Abi Hatim).

"WA-MINHUM=dan diantara mereka" "MAN=(ada) orang yang" "YASTAMI-'U=dia mendengarkan" "ILAIKA=kepada kamu" apabila kamu membaca al-Qur'an, "WA-JA-'ALNAA=dan kami telah menjadikan"  'ALAA=atas" "QULUUBIHIM=hati mereka" "AKINNATAN=penutup-penutup" "AY-YAFQOHUUHU=untuk mereka memahaminya" "WAFIII=dan pada" "AADZAANIHIM=telinga-telinga mereka" "WAQQRON=(ada) sumbatan" sehingga mereka tuli tidak dapat mendengarnya, dengan pengertian pendengaran yang masuk di hati, "WA-IN=dan jika" "YAROW=mereka melihat" "KULLA=tiap-tiap" "AAYATIN=ayat" (tanda kebenaran) "LAA-YU'MINUU=tidak mereka beriman" "BIHAA=kepadanya", "ḪATTAAA=sehingga" "IDZAA=apabila" "JAAA-UKA=mereka mendatangi kamu" "YUJAADILUUNAKA=mereka mendebat kamu" "YAQUULU=berkata" "AL-LADZIINA=orang-orang yang" "KAFARUUU=mereka kafir" "IN HADZAAA=tidaklah ini" al-Qur'an, "ILLAAA=melainkan" "AASAA-THIRU=dongeng-dongeng" cerita-cerita bohong, "AL-AWWALIIN=orang-orang dahulu" sama seperti lelucon-lelucon dan legenda-legenda; ASAATHIIR adalah bentuk jamak dari USTHUURAH.

Dari uraian yang lalu terlihat betapa ayat-ayat tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya yang kesemuanya itu dihimpun oleh sikap "mendustakan kebenaran ketika sampai kepada mereka" (ayat 5). Sikap ini sedemikian mendarah daging sehingga berlanjut hingga Hari Kiamat. Pendustaan tersebut disebabkan oleh dua hal; pertama adalah "tak ada suatu ayat pun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling darinya" (ayat 4), yakni mereka berpaling dari kebenaran secara langsung dan tanpa malu. Keadaan mereka telah diperinci pada ayat yang lalu. Kedua adalah yang tidak berpaling secara langsung, sehingga, di antara mereka yang mendustakan kebenaran itu ada orang yang mendengarkan bacaanmu dengan sungguh-sungguh dan dengan sengaja seperti halnya Abu Jahal, Abu Sufyan, al-Akhnas bin Syuraiq, dan lain-lain, padahal Kami telah meletakkan penutup-penutup di atas hati mereka karena mereka pada dasarnya tidak mau mengerti dan tujuan mereka mendengarkannya adalah untuk mencari dalih melemahkan al-Qur'an sehingga, dengan demikian, mereka tidak memahaminya sebagai pemahaman yang bermanfaat dan di samping Kami meletakkan tutupan di hati mereka, di telinga mereka juga ada sumbatan sehingga mereka tuli tidak mendengar dengan pendengaran yang benar yang dapat merasuk ke jiwa mereka, bahkan mata mereka pun tertutup sehingga tidak dapat melihat. Dan jika pun mereka melihat dengan mata kepala atau mata hati segala tanda kebenaran, mereka tetapi tidak mau beriman kepadanya karena segala potensi yang Allah anugerahkan buat mereka telah mereka abaikan. Demikianlah keadaan mereka, sehingga mencapai batas/tingkat yang menjadikan apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, baik dengan bertemu langsung maupun tidak, orang-orang kafir itu berkata: 'Ini, yakni al-Qur'an, tidak lain hanyalah dongeng orang-orang dahulu, yang diceritakan sebagai hiburan oleh dan bagi orang-orang yang iseng.

Mengapa mereka tidak berpaling secara langsung, seperti halnya kelompok pertama yang disebut sebelum ini? Thahir Ibnu 'Asyur berpendapat bahwa mereka adalah kelompok para pemuka kaum musyrikin yang oleh masyarakatnya dinilai memiliki kelebihan dalam kemampuan berpikir. Mereka enggan terlihat tergesa-gesa menolak satu ide seakan-akan tanpa berpikir. Mereka ingin menampakkan kepada masyarakatnya bahwa penolakan mereka memiliki dasar pertimbangan yang kukuh dan karena itu mereka datang kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam untuk membantah beliau. Ini dimaksudkan untuk mengelabui masyarakat mereka dan menggambarkan bahwa mereka sangat beralasan untuk melarang orang lain mendengarkan atau mengikuti al-Qur'an karena mereka sendiri, walau telah mendengarnya, tetap menjauhkan diri dari tuntunannya.

Ada juga yang berpendapat bahwa kedatangan tokoh-tokoh kaum musyrikin mendengarkan al-Qur'an karena mereka sangat terpesona oleh keindahan bahasanya dan kagum oleh kandungannya. Hanya kebejatan dan kedengkian yang menghalangi mereka beriman.

Kita jangan beranggapan ayat ini menunjukkan bahwa Allah yang menghalangi mereka beriman, dengan dalih bahwa di atas dikatakan bahwa Kami telah meletakkan penutup-penutup di atas hati mereka. Jangan beranggapan demikian karena penutup-penutup itu diletakkan Allah Subhanahu wa Ta'ala setelah terbukti keengganan mereka menerima kebenaran. Keengganan itu lahir akibat keburukan hati serta sikap mereka yang dengki dan ingin mempertahankan keistimewaan yang selain ini mereka nikmati serta karena ada penyumbat ditelinga mereka sehingga, walau mereka dengan sengaja dan bersungguh-sungguh mendengarkan ayat-ayat al-Qur'an dan keterangan-keterangan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, mereka tidak dapat menarik manfaat. Bahkan, kita dapat berkata bahwa penutup-penutup hati itu diletakkan Allah setelah sebelumnya ada sumbatan di telinga mereka sehingga mereka tuli bahkan buta.

Al-Qur'an adalah bacaan. Ketika turunnya, ia bukan satu tulisan. Masyarakat Arab yang ditemuinya pun tidak pandai membaca sehingga alat atau indra pertama untuk menangkap pesan adalah pendengaran. Bahkan, seseorang tidak akan mampu membaca sebelum dia mendengar bunyi pengucapan huruf-huruf yang dibacanya. Setelah itu, barulah dengan melihat huruf-huruf itu dia dapat membacanya.

Mendengarkan satu pesan dengan sungguh-sungguh, hati dan pikiran dapat merenungkannya; sebaliknya, tanpa mendengarkan, bagaimana mungkin ia direnungkan? Mereka yang dengan sengaja dan bersungguh-sungguh mendengar itu tidak dapat mendengarkannya dengan baik apalagi merenungkannya karena ada sumbatan pada telinga mereka. Ini membuktikan bahwa sumbatan tersebut telah ada sebelum Allah menetapkan penutup di hati mereka. Kita boleh bertanya siapa yang meletakkan sumbatan itu? Yang pasti, ayat ini tidak menyatakan bahwa Allah yang meletakkannya. Tampaknya, syeitan atau hawa nafsu merekalah yang melakukan hal tersebut.

Kata (حَتَّى) ḪATTAAA=sehingga, pada firmannya: (حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ) ḪATTAAA IDZAA JAAA-UKA=sehingga mereka datang kepada-Mu, dipahami oleh pakar bahasa, Ibnu Hajib, bukan dalam arti batas akhir dari apa yang disebut sebelum kata Hattaa itu, yakni bukan berarti bahwa upaya mereka mendengarkan ayat-ayat al-Qur'an tanpa pemahaman dan adanya sumbatan di telinga mereka serta ditutupnya hati mereka—kesemua itu—berlanjut hingga kedatangan mereka kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk membantah. Tetapi, meurut pakar itu, kata Hattaa di sini mengandung makna "sebab" sehingga ayat ini berarti bahwa ketiga hal di atas yang telah menjadi ciri mereka menjadi sebab sehingga, apabila mereka datang kepadamu, mereka membatahmu. Mereka berkata al-Qur'an ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang dahulu.

Kata (أَسَاطِير) ASAATHIIR=dongeng atau mitos adalah legenda atau cerita-cerita lama. Masyarakat Arab memahaminya dalam arti aneka berita atau kisah yang menjadi bahan pembicaraan santai untuk menghabiskan waktu, baik isinya benar dan sesuai dengan kenyataan maupun tidak. Dengan demikian, boleh jadi yang mereka maksud dengan ucapan itu adalah bahwa al-Qur'an tidak lain kecuali kebohongan atau bahwa ia tidak wajar bersumber dari Allah karena isinya santai, tidak sesuai dengan keagungan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Berangkat dari kebohongan dan kesombongan orang-orang yang ingkar terhadap al-Qur'an sehingga apabila mereka datang kepada kaum Muslimin untuk membantahnya, mereka berkata mengenai al-Qur'an, "Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah dongengan dan khurafat orang-orang dahulu bahkan ada yang mengatakan hanyalah karangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam... NA'UDZU BILLAAHI MIN DZALIK  kita berlindung dari Allah dari perkataan seperti itu.

وَ الـلَّــــهُ اَعْــلَـــمْ بِالصَّــــوَابِ
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: