Laman

Kamis, 02 Mei 2013

Al an'am 6:22-23

INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAHI ROOJI-UUN...
Sesungguhnya kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya...
Selamat jalan ustadz Jeffry al-Bukhari dalam menempuh jalan hidup yang sebenarnya. "ALLOOHUMMAGHFIR LAHUU, WARHAMHUU, WA 'AFIHII WA'FU 'ANHU, WA AKRIM NUZULAHUU, WA WASSI' MADDKHOLAHUU" BIROHMATIKA YAA ARHAMAR ROHIMIIN...

ASSALAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUH.
Selamat pagi anak2ku dan sahabat2ku sekalian,ِ Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan oleh Allah Ta'ala, sehingga bisa melanjutkan tadarus/kajian kita dengan metode tafsir perkata agar kita bisa menguasai bahasa al-Qur'an serta penjelasan ayat secara rinci dan di ulang, supaya bisa dipahami dengan baik dan benar. Juga terjemahan dalam bahasa Indonesia dan cara membaca al-Qur'an dengan huruf latin dengan maksud agar tetap bisa dibaca pada HP yang tidak bisa menampilkan huruf Arab dan cara membacanya disesuaikan dengan tajwid pada tingkat dasar. Juga dilengkapi terjemahan dalam bahasa Inggris agar kita bisa sambil belajar, atau paling tidak untuk mengingat kembali bagi telah menguasainya.

QS AL-AN'AAM 6: 22-23.
أ عو ذ با لله من الشيطان الرجيم
وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا أَيْنَ شُرَكَاؤُكُمُ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ  . ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ
WA YAUMA NAḪSYURUHUM JAMII-AN TSUMMA NAQUULU LIL-LADZIINA ASYROKUUU AINA SYUROKAAA-UKUMUL-LADZIINA KUNTUM TAZ-'UMUUNA. TSUMMA LAM TAKUN FITNATUHUM ILLAAA AN QOOLUU WALLOOHI ROBBINAA MAA KUNNAA MUSYRIKIINA. =
Dan (ingatlah) hari Kami menghimpun mereka semua, kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: "Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dulu kamu kira (sekutu-sekutu Kami)?" Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: "Demi Allah, Tuhan kami, kami tidak pernah mempersekutukan Allah".

Translation In English: "One day shall We gather them all together: We shall say to those who ascribed partners (to Us): "Where are the partners whom ye (invented and) talked about?" "There will then be (left) no subterfuge for them but to say: "By Allah our Lord, we were not those who joined gods with Allah."

"WA=dan" ingatlah, "YAUMA=pada hari" "NAḪSYURUHUM=Kami mengumpulkan mereka" "JAMII-AN=semuanya"yakni seluruh manusia di Hari Kiamat, "TSUMMA=kemudian" "NAQUULU=Kami berkata" "LIL-LADZIINA=kepada orang-orang yang" "ASYROKUUU=mereka musyrik" secara khusus dihadapan semua makhluk yang menyaksikan pemandangan itu untuk mempermalukan mereka" "AINA=di manakah" "SYUROKAAA-UKUM=sembahan-sembahan kalian" yakni tuhan-tuhan yang kamu jadikan sebagai sekutu-sekutu Allah Subhanahu wa Ta'ala, "AL-LADZIINA=yang" "KUNTUM=kalian dahulu" "TAZ-'UMUUN=kalian anggap sekutu-sekutu Kami? Yakni yang kamu kira dapat memberikan pertolongan kepadamu di hadapan Allah? Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhu mengatakan bahwa setiap lafal ZA'MUN di dalam al-Qur'an mengandung arti dusta.   "TSUMMA=kemudian" "LAM=tidak" "TAKUN=ada" "FITNATUHUM=fitnah mereka" yakni keteperdayaan mereka oleh berhala-berhala itu, "ILLAAA=kecuali" "AN QOOLUU=bahwa mereka berkata" "WALLOOHI=demi Allah" "ROBBINAA=wahai Tuhan kami" "MAA=bukanlah" "KUNNAA=kami adalah" "MUSYRIKIIN=mempersekutukan Allah" yakni tiada lain akhir dari keteperdayaan mereka oleh kemusyrikannya selain pengingkaran mereka terhadap kemusyrikan yang telah mereka lakukan dan mereka bersumpah, bahwa mereka tidak mempersekutukan Allah. Gambaran keadaan mereka sama dengan seorang manusia yang menyukai seorang teman yang berperangai buruk, apabila dia terjerumus ke dalam suatu musibah karena teman yang disukainya itu, maka temannya itu akan berlepas diri darinya.  

Kalaupun di dunia ini mereka belum merasakan akibat penganiayaan itu, suatu ketika pasti mereka akan menyesal, yakni pada Hari Kiamat nanti. Karena itu, Dan ingatlah kebohongan mereka terhadap Allah dalam kehidupan dunia ini, ingatlah itu pada hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semua secara paksa dan dalam keadaan hina dina, baik Ahli-Kitab maupun kaum musyrikin serta apa yang mereka persekutukan dengan Allah, seperti berhala-hala kemudian Kami melalui para Malaikat berkata kepada orang-orang musyrik yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu baik berhala, manusia, maupun cahaya atau gelap, bahkan sembahan apa saja; Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dahulu kamu kira dan akui secara lisan dan pengamalan sebagai sekutu-sekutu Kami? Mintalah kepada mereka agar membantu dan menyelamatkan kamu dari siksa yang sedang dan akan kamu hadapi. Sungguh aneh sikap mereka ketika itu lagi jauh dari yang dapat dibayangkan, sebagaimana dipahami dari kata kemudian. Betapa tidak aneh, pada hari terbukanya segala tabir dan tersingkapnya segala kebohongan, mereka tetap berbohong. Hal ini disebabkan ketika itu pikiran mereka demikian kacau sehingga tiadalah fitnah mereka, yakni jawaban dari ucapan ngawur yang tidak berdasar dari mereka, kecuali mengatakan: Demi Allah, Tuhan kami, demikian mereka bersumpah mengakui-Nya sebagai Tuhan dan demikian juga mereka berbohong dengan berkata kami tidak pernah mempersekutukan Allah. Bukankah ketika di dunia mereka mempersekutukan-Nya?

Ayat ini dapat juga dihubungkan dengan ayat yang lalu dengan menjadikan ayat di atas sebagai jawaban dari satu pertanyaan yang timbul dalam benak siapa yang mendengar ayat lalu yang menyatakan bahwa tidak akan berbahagia orang-orang yang zhalim. Seakan-akan ada yang bertanya: "Bagaimana mereka tidak akan berbahagia?"  Pertanyaan ini dijawab, lalu disebabkan kelak di hari Kemudian Allah akan menggiring mereka ke padang Mahsyar dan meminta pertanggungjawaban atas dosa-dosa mereka, khususnya menyangkut persekutuan terhadap Allah.

Seperti terbaca di atas, katan (جميعا) JAMII-'AN=semua, mencakup penyembah dan yang disembah selain Allah. Itu sebabnya lanjutan ayat menyatakan kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik, bukan menyatakan Kami berkata kepada mereka. Dihimpunnya yang disembah dan penyembah ditegaskan dalam QS ash-Shaffat 37: 22 yang berbunyi:
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ
(kepada Malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zhalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah".

Dihimpunnya sembahan-sembahan mereka itu untuk lebih menampakkan kehinaan dan kerendahan serta ketidakberdayaan mereka, dan untuk membuktikan bahwa, walau sembahan-sembahan itu hadir di hadapan mereka, mereka sedikit pun tidak dapat membantu, bahkan mereka akan berlepas diri dari apa yang dilakukan sembahan-sembahan itu demikian juga para penyembahnya. Dalam ayat lain, dikemukakan bahwa Nabi 'Isa 'alaihis-salam pun dihimpun bersama ummatnya (baca QS al-Maa-idah 5: 116) bahkan syeitan pun diperlakukan demikian.

Kata (ثمّ) TSUMMA=kemudian, pada firman-Nya: "Kemudian kami berkata kepada orang-orang musyrik" untuk mengisyaratkan jarak waktu penantian yang cukup lama antara keberadaan orang-orang musyrik dan sembahan mereka di padang Mahsyar, dengan perkataan/pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Jarak waktu penantian itu menjadikan mereka lebih gelisah, sekaligus menunjukkan betapa mereka tidak diperhatikan bahkan diabaikan begitu lama untuk lebih menghina dan melecehkan mereka.

Kata (أين) AINA=di mana, digunakan untuk menanyakan tempat sesuatu, sebagaimana digunakan juga untuk menanyakan sesuatu walau tidak memiliki tempat, tetapi diharapkan apa yang ditanyakan itu menjadi perhatian atau dikerjakan. Seperti pertanyaan 'Umar bin al-Khaththab radiallahu 'anhu kepada seorang pria yang bermaksud menceraikan istrinya: "Di manakah amanah perkawinan yang engkau terima?" Atau pertanyaan seorang pengembala ketika diminta beliau agar menjual kambing milik tuannya karena ketika itu pemilik kambing tidak ada; ketika itu sang pengembala berkata: "Dan di manakah Allah?"

Sebagaimana dikemukakan di atas, sembahan-sembahan mereka ikut dikumpulkan di padang Mahsyar. Jika demikian, pertanyaan tentang dimana pada ayat ini, bukanlah pertanyaan tempat keberadaan mereka, tetapi tentang peranan mereka dalam membantu para penyembahnya. Pertanyaan itu dimaksudkan sebagai kecaman dan ejekan karena ketika itu sungguh jelas ketidakmampuan yang disembah menolong siapa yang pernah menyembahnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "fitnah" diartikan sebagai "perkataan yang bermaksud menjelekkan orang". Sedangkan dalam al-Qur'an, kata itu mempunyai makna yang beragam. Kata (فتنة) fitnah terambil dari akar kata (فتن) fatana yang semula berarti "menguji untuk mengetahui kualitas sesuatu", seperti halnya membakar emas untuk mengetahui kualitasnya. Kata tersebut digunakan al-Qur'an antara lain dalam arti "memasukkan ke neraka" atau dalam arti "siksaan" seperti dalam (QS adz-Dzariyat 51: 13-14): "(Hari Pembalasan itu ialah) hari ketika mereka difitnah (dimasukkan ke neraka); (dikatakan kepada mereka) 'Rasakanlah fitnahmu, (yakni siksa yang diperuntukkan bagimu). "Fitnah dalam arti siksa adalah hasil dari kegagalan dalam ujian yang berlangsung dalam kehidupan dunia. Ia juga dapat berarti godaan yang menguji kadar kualitas seseorang, sebagaimana ia digunakan dalam arti kekacauan pikiran akibat rasa takut yang tidak terkendali, atau karena kebencian, atau cinta yang berlebihan. Tampaknya, makna inilah yang dimaksud di sini.

Di samping itu, ada juga sementara ulama yang memahaminya dalam arti "jawaban" karena ujian menuntut adanya jawaban.

Ayat ini menunjukkan bahwa jawaban mereka adalah bohong. Pakar hadits Imam Bukhari meriwayatkan, ada seseorang yang menyampaikan kebingungannya kepada Ibnu 'Abbas radhiallallahu 'anhu karena merasa ada ayat-ayat al-Qur'an yang saling bertentangan. Di satu sisi—kata orang itu—Allah menyatakan bahwa, "Orang-orang kafir tidak dapat menyembunyikan dari Allah sesuatu ucapan pun" (QS an-Nisaa' 4: 42), tetapi di sisi lain kaum musyrikin berbohong dan menyembunyikan kebenaran dengan berkata: "Demi Allah kami tidak pernah mempersekutukan Allah" (QS al-An'aam 6: 23). Ibnu 'Abbas menjawab: "Sesungguhnya Allah dapat mengampuni dosa-dosa orang-orang yang mengesakan Allah. Maka, orang-orang musyrik yang mengetahui hal ini berkata kepada rekan-rekan mereka, mari berkata, 'Kami tidak pernah mempersekutukan Allah.' Nah, ketika itu, Allah mengunci mulut mereka dan menjadikan tangan dan anggota badan mereka yang berbicara dan ketika itulah mereka tidak dapat menyembunyikan sesuatu kepada Allah."

Dapat juga dugaan pertentangan itu ditolak dengan menyatakan bahwa orang-orang kafir itu telah terbiasa meraih keuntungan atau menampik kemudharatan dengan bersumpah dan berbohong. Kebiasaan ini telah mendarah daging dalam diri mereka sehingga sangat sulit bagi mereka meninggalkan kebiasaan buruk itu bahkan kebiasaan mereka ini terbawa sampai di akhirat dan mereka terpaksa melakukannya. Hal ini tidak jauh berbeda dengan seseorang yang terbiasa mengucapkan kata-kata buruk apalagi latah mengucapkan satu kata. Karena kebiasaan itulah, ketika di akhirat dimintai pertanggungjawaban, mereka tidak dapat melepaskan diri dari kebiasaan itu. Ketidakmampuan itulah yang dimaksud dengan "tidak dapat menyembunyikan dari Allah satu ucapan pun." Dengan demikian kebohongan yang menjadi kebiasaan mereka ketika bercakap-cakap tidak dapat mereka sembunyikan.

Atau, dapat juga dikatakan bahwa, "Orang kafir tidak dapat menyembunyikan dari Allah sesuatu ucapan pun" dalam arti walau berbohong—baik di dunia maupun di akhirat—mereka tidak dapat menipu Allah atau menyembunyikan apa yang terdapat di balik ucapan mereka karena Allah Maha Mengetahui segala isi hati.

Semoga bermanfaat dan selamat menantikan Shalat Jum'at...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar: