Laman

Kamis, 20 Desember 2012

Cash Flow Langit dalam surat al maiidah [5] : 8

Assalaamu 'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh,
Selamat malam anak-anakku dan sahabat-sahabat shalehku, Alhamdulillah kita masih bisa melanjutkan tadarus/kajian al-Qur'an dengan metode tafsir perkata, dan penjelasan dari ayat per ayat dengan cara diulang, agar dapat mudah diingat serta dipahami secara baik dan benar.

Pada ayat sebelum ini Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan agar kita tidak lupa akan karunia-Nya, serta memenuhi  perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kita dengan berkata kami dengar wahai Allah dan kami menaatinya. Di samping itu Allah memerintahkan kepada kita untuk bertakwa kepada-Nya, yaitu melaksanakan semua yang di perintahkan-Nya serta menjauhi larangan-Nya, dan pada akhir ayat Allah mengatakan bahwa Dia mengetahui apa saja yang ada di hati kita, tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya. Maka pada ayat lanjutan ini Allah berfirman:

QS AL-MAA-IDAH 5: 8.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِۖۖ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا ۗ اعْدِلُوا ۗ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
YAAA AYYUHAL-LADZIINA AAMANUU KUUNUU QAWWAMIINA LILLAAHI SYUHADAAA-A BIL-QISTHI, WALAA YAJJRIMANNAKUM SYANA-AANU QAUMIN 'ALAAA ALLAA TA'DILUU, I'DILUU, HUWA AQQROBU LITTAQQWAA, WATTAQULLOOHA, INNALLOOHA KHOBIIRUM-BIMAA TA'MALUUNA. = Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

"YAAA AYYUHAA=wahai" "AL-LADZIINA=orang-orang yang" "AAMANUU=mereka beriman" "KUUNUU=jadilah kalian" "QAWWAMIINA=orang-orang yang menegakkan" hukum, "LILLAAHI=karena Allah" "SYUHADAAA-A=(sebagai) saksi-saksi" "BIL-QISTHI=dengan adil", "WALAA=dan jangan" "YAJJRIMANNAKUM=sekali-kali membuat kalian berdosa" "SYANA-AANU=(karena) kebencian" kemarahan, "QAUMIN=(terhadap suatu) kaum" 'ALAAA=yaitu" "ALLAA=agar tidak" "TA'DILUU=kalian berbuat adil". "I'DILUU=berbuat adillah kalian" baik terhadap lawan maupun terhadap kawan, "HUWA=ia" artinya keadilan itu, "AQQROBU=lebih dekat" "LITTAQQWAA=kepada takwa". "WATTAQULLOOHA=dan bertakwalah kalian kepada Allah", "INNALLOOHA=sesungguhnya Allah" "KHOBIIRUN=Maha Mengetahui" "BIMAA=terhadap apa yang" "TA'MALUUNA=kalian kerjakan" sehingga kamu akan menerima pembalasan daripadanya.

Wahai orang-orang yang beriman jadilah kalian orang-orang yang menegakkan kebenaran karena Allah, bukan karena manusia atau karena harga diri. menjadi saksi dengan adil.  Maksudnya menegakkan keadilan, bukan kezhaliman.

Telah disebutkan di dalam kitab Shahihain dari An-Nu'man ibnu Basyir yang menceritakan bahwa ayahnya telah menghadiahkan kepadanya suatu pemberian yang berharga. Ibunya bernama Amrah binti Rawwahah berkata, "Aku tidak rela sebelum kamu mempersaksikan pemberian ini kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam" Ayahnya datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk meminta kesaksian atas pemberian tersebut. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah semua anakmu diberi hadiah yang semisal?" Ayahku menjawab, "Tidak." Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Bertakwalah kamu kepada Allah, dan berlaku adillah kepada anak-anakmu." Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda pula, "Sesungguhnya aku tidak mau bersaksi atas kezhaliman." An-Nu'man ibnu Basyir melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ayahnya pulang dan mencabut kembali pemberian tersebut darinya.

Firman-Nya: (وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا)  Dan jangan sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Artinya, jangan sekali-kali kalian biarkan perasaan benci terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk tidak berlaku adil kepada mereka, tetapi amalkanlah keadilan terhadap setiap orang, baik terhadap teman ataupun musuh. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: "Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa." Yakni sikap adilmu lebih dekat kepada takwa daripada kamu meninggalkannya.

Fi'il yang ada dalam ayat ini menunjukkan keberadaan masdar yang dijadikan rujukan oleh dhamirnya; perihalnya sama dengan hal-hal yang semisal lainnya dalam Al-Qur'an dan lain-lainnya. Sama halnya dengan pengertian yang ada di dalam firmanNya:
وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ
"Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu" (QS an-Nuur 24: 28).

Adapun firman-Nya: (اعْدِلُوا ۗ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى)  Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Ungkapan ini termasuk ke dalam pemakaian af'alut-tafdil di tempat yang tidak terdapat pembandingnya sama sekali. Perihalnya sama dengan apa yang terdapat di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang lain, yaitu:
أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلا
"Penghuni-penghuni surga pada hari itu palig baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya." (QS al-Furqan 25: 24). Yakni seperti pengertian yang terkandung dalam perkataan seorang wanita dari kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada Umar radhiallahu 'anhu, "Kamu lebih kasar dan lebih keras, jauh (bedanya) dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam"

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: (وَاتَّقُوا اللَّهَ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ) Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Maksudnya, Dia kelak akan membalas kalian atas apa yang telah Dia ketahui dari amal perbuatan yang kalian kerjakan. Jika amal itu baik, maka balasannya baik; dan jika amal itu buruk, maka balasannya akan buruk pula.

Pada ayat yang lalu telah dikemukakan untuk mengingatkan perjanjian-perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya sehingga yang digarisbawahi adalah pentingnya melaksanakan secara sempurna seluruh perjanjian itu, dan itulah yang dikandung oleh kata qawwaamiina lillaah. Ada  yang berpendapat bahwa ayat surah an-Nisaa' 4: 135 (yang memiliki redaksi yang sama dan telah dibahas) dikemukakan dalam konteks kewajiban berlaku adil terhadap diri, kedua orangtua, dan kerabat sehingga wajar jika kata al-qisth=keadilan yang didahulukan, sedang  ayat al-maa-idah di atas yang sedang dibahas ini dikemukakan dalam konteks permusuhan dan kebencian sehingga yang perlu lebih diingatkan adalah keharusan melaksanakan segala sesuatu demi karena Allah, karena hal ini yang akan lebih mendorong untuk meninggalkan permusuhan dan kebencian.

Di atas dinyatakan bahwa adil lebih dekat dengan takwa. Perlu dicatat bahwa keadilan dapat merupakan kata yang menunjuk substansi ajaran Islam. Jika ada agama yang menjadikan kasih sebagai tuntunan tertinggi, Islam tidak demikian, Ini karena kasih, dalam kehidupan pribadi apalagi masyarakat, dapat berdampak buruk. Bukankah jika kita merasa kasihan kepada seorang penjahat atau koruptor, kita tidak akan menghukumnya? Adil adalah menempatkan segala sesuatu pada termpatnya. Jika seseorang memerlukan kasih, dengan berlaku adil kita dapat mencurahkan kasih kepadanya. Jika seseorang melakukan pelanggaran dan wajar mendapat sanksi yang berat, ketika itu kasih tidak boleh berperanan karena ia dapat menghambat jatuhnya ketetapan hukum atasnya. Ketika itu yang dituntut adalah adil, yakni menjatuhkan hukuman setimpal atasnya.

Karena sikap adil-lah yang menegakkan langit dan bumi. Allah pun memerintahkan kita untuk bersikap adil. Jangan sampai faktor kekerabatan membuat persaksian kita menguntungkan keluarga kita. Jangan pula kebencian seorang yang tidak kita sukai membuat persaksian kita dapat merugikannya. Allah menyuruh kita bertakwa kepada-Nya, dan takut kepada-Nya dalam melaksanakan persaksian. Waspada terhadap persaksian palsu. Sesungguhnya tidak ada yang bisa disembunyikan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pengetahuan-Nya akan amal kita, pengawasan-Nya atas kondisi kita, pendengaran-Nya akan perkataan kita, serta perhitungan-Nya atas semua perbuatan kita itu yang mesti membuat kita takut kepada-Nya.

Semoga bermanfaat, dan selamat menantikan shalat 'Isya berjamaah di masjid atau musholla ditempat kita masing-masing....
Sent from BlackBerry® on 3

Tidak ada komentar: