Laman

Kamis, 13 Desember 2012

RAJA PERKUTUT YG DIAZAB ALLAH KRN MENGANIAYA BURUNG EMPRIT


RUH AL QUDS (RUH SUCI)
Allah menciptakan badan agar ruh dapat masuk dan menetap di dalamnya. Selain itu Allah menempatkan ruh suci di tengah hati manusia. Tempat yang berhubungan dengan panca indra ini bertugas mengatur segala hal yang bekaitan dengan masalah syarikat (fungsi kerja organ badan). Hati adalah tempat bergeraknya ruh. Ilmu tentang gerakan hati ini disebut dengan ilmu tariqah. Seperti dalam firman Allah:
Hanya milik Allah asmaa-ul husna[57], maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya[58] [586]. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al A’raf: 180).

Manusia hendaknya berusaha mengetahui nama-nama Allah karena inilah inti dari ilmu tasawwuf. Hati harus dijaga karena di sanalah Allah meletakkan rahasia-rahasiaNya (masalah hakekat). Jangan sampai hati tersangkut dengan segala sesuatu selain Allah (ghairullah), karena rahasia-rahasia hakikat akan hilang dari hati itu. Maka lepaskanlah hawa nafsumu dari ghairullah agar hati itu mendapatkan cahaya Allah. Agar orang bisa merasakan ruh suci (bahasa alam semesta), orang itu harus membangkitkan hati dengan cara berjalan mencari ilmu untuk menuju kepada Allah. Iman dan ketakwaan merupakan satu-satunya jaminan keselamatan dalam perjalanan menuju akhirat. Dengan taqwa kita bisa mengumpulkan sifat-sifat yang baik (yang diridhoi Allah dan RasulNya) dan menolak sifat-sifat yang dapat menjauhkan kita dari cahaya keEsaanNya. Jadi untuk dapat merasakan Ruh al Quds kita harus berserah diri kepadaNya. Apabila hati masih bernafsu merasakan keindahan hidup dunia (zahrah al hayah ad dunya) maka ingatan pada dunia akan melemahkan derajat kepatuhannya sebagai hamba Allah. Ingat!!! Bahwa semua yang ada di dunia ini termasuk harta pada akhirnya akan hilang juga. Yang Maha Kekal dan Berkuasa adalah Allah.
Ada 99 burung kutut yang dipimpin sang Raja terbang mencari pohon untuk ditinggali. Agak lama mereka terbang, sang raja melihat ada pohon beringin yang sangat besar menjulang ke langit.
“Wahai rakyatku, di depan kita ada pohon beringin yang besar. Agaknya bisa memberikan kita keamanan, kesejahteraan, dan ketentraman. Wahai rakyatku, marilah kita jadikan pohon ini sebagai rumah dan kerajaan kita yang baru, sabda sang Raja perkutut kepada anak buahnya.
Maka, mulai hari itulah sang bangsa perkutut tersebut mendapatkan kerajaan yang baru, yaitu di pohon beringin itu. Mereka merasa pohon itu sangatlah besar dan kuat, sehingga mereka dapat membuat rumah-rumah untuk mereka berkembang biak dan hidup! Dan mereka juga menganggap pohon itu dapat melindungi mereka. Ketika hujan menghampiri bumi dan pohon di mana mereka berada, dengan dahan dan daun-daun yang sangat lebat, mereka merasa aman dari segala gangguan hujan.
Hingga suatu ketika ada burung emprit yang sangat kumal dan lusuh hinggap di pohon beringin tersebut.
“Hei, apa yang kau lakukan di sini?” tanya sekelompok burung perkutut yang bertugas menjaga keamanan di kerajaan perkutut tersebut.
“Aku hanya ingin berteduh dan melepaskan penat, karena aku baru saja berpergian jauh,” jawab burung emprit tersebut.
“Tahukah engkau kalau di sini adalah pohon kekuasaan bangsa perkutut?” berkata lagi burung perkutut yang lain.
“Tolong, ijinkanlah aku untuk bermalam di sini. Aku sudah sangat lelah,” pinta emprit kepada petugas keamanan kerajaan perkutut itu.
“Baik, tunggulah sebentar. Aku mau lapor kepada Rajaku dulu,” berkata sang petugas keamanan lagi.
Kemudian, setelah burung tersebut menghadap sang Raja, berkatalah burung tersebut perihal kedatangan burung emprit tersebut.
“Bagaimana, Raja? Hamba mau melaporkan bahwa ada burung emprit yang sangat buruk rupa, dekil dan menggelisahkan masyarakat,” demikianlah laporan sang petugas agak berlebihan dalam memberikan laporan mengenai sang emprit kepada sang Raja.
“Terus, apa maksud apa emprit tersebut datang ke kerajaan kita ini?” berkata sang baginda raja perkutut.
“Emprit tersebut ingin bermalam di sini, baginda. Dan mungkin juga dia berkeinginan menetap di pohon yang sangat gagah ini,” jawab sang bawahan tersebut.
Setelah terdiam beberapa saat, raja tersebut berpikiran bahwa burung emprit akan mengganggu stabilitas kedamaian di pohon tempat mereka hidup itu, apalagi setelah sang raja mendengarkan laporan dari bawahan tersebut. Raja beranggapan bahwa emprit tersebut dapat membuat sial dan bencana untuk masyarakat perkutut. Lalu, berkatalah sang Raja,
“Engkau usirlah burung emprit tersebut, karena menurutku, burung emprit itu bisa mendatangkan kesialan dan bencana untuk kita.”
“Baiklah, Baginda. Hamba mohon pamit.”
Terbanglah para petugas keamanan kerajaan perkutut itu menghampiri emprit.
"Pergilah engkau, raja kami dan kamipun tidak menginginkan engkau untuk lebih lama lagi di kerajaan kami ini," berkata petugas itu kepada si emprit tersebut.
"Tolong, berikanlah belas kasihanmu kepadaku," aku hanya ingin melepaskan penatku ini semalam saja, besok pagi aku akan pergi."
"Tidak bisa, cepatlah engkau pergi sebelum hilang kesabaran kami."
Si burung emprit terus memohon kepada para petugas keamanan untuk dapat bermalam di pohon itu, tapi yang didapat si emprit malah pukulan dan penyiksaan dari burung-burung perkutut tersebut. Karena sudah tidak tahan lagi, jatuhlah emprit tersebut ke tanah dengan tubuh yang penuh dengan luka, akibat penyiksaan rakyat burung perkutut. Dengan nafas tersengal, menahan sakit, burung itu berkata (berdoa),
"Ya Allah, dengarkanlah doa dari hambaMu yang teraniaya ini, aku memohonkan lindunganMu , Ya Allah. Berikanlah keadilanMu, Ya Allah. Aku hanya ingin bertamu dan bermalam untuk melepaskan lelahku tapi apa yang kudapat Ya Allah? Malah penyiksaan dari burung-burung perkutut itu, Ya Allah."
Burung emprit tersebut akhirnya mati. Sedangkan di atasnya, tepatnya di pohon beringin, semua burung perkutut melanjutkan istirahat, tidur, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Beberapa hari kemudian, ada pemburu burung melintas pohon beringin tersebut. Diawasinya pohon tersebut, karena orang itu melihat banyak sekali burung perkutut yang ada di pohon itu. Orang itu lalu bersembunyi dan sabar menunggu sampai siang hari, akrena dia tahu di waktu itulah burung-burung tersebut pasti terbang mencari makan, dan dia dapat memasang perangkap dan mengelem pohon itu agar dia dapat menangkapi burung-burung perkutut itu.
Beberapa saat kemudian, dia melihat burung-burung itu beterbangan untuk mencari makan, dan dengan sigap orang tersebut memanjat pohon dan memasang perekat (lem) di semua dahan pohon beringin itu. Lalu pemburun tersebut kembali turun dan bersembunyi menunggu buruannya kembali ke sarangnya di dahan-dahan pohon beringin tersebut.
Sore hari, burung-burung perkutut sudah kembali ke sarangnya masing-masing di pohon beringin itu. Betapa terkejutnya mereka setelah kaki-kaki mereka hingga di batang-batang pohon. Mereka tidak dapat menggerakannya.
"Wahai, baginda raja. Kurasa kita kena perangkap manusia. Di pohon ini telah dilumuri lem, sehingga kita tidak dapat bergerak," berkata penasihat kerajaan perkutut itu kepada sang baginda raja perkutut.
"Ya, akupun tidak dapat menggerakkan kakiku," berkata sang baginda raja.
Maka paniklah kerajaan perkutut itu. Burung-burung itu berteriak-teriak, mereka bingung. Bagaimana cara melepaskan diri dari jeratan lem sang pemburu burung. Menjelang pagi, sang raja menemukan siasat supaya dapat menyelamatkan bangsanya dari sergapan sang pemburu.
"Wahai rakyatku, aku menemukan cara supaya kita dapat menyelamatkan diri dari sergapan pemburu itu," demikianlah sabda sang baginda raja. "Nanti kalau pemburu itu telah datang kemari, aku perintahkan kalian agar berpura-pura mati sehingga dia akan melepaskan kita satu per satu. Nanti yang pertama kali dilepaskan oleh manusia itu, kalian jangan langsung terbang, tapi tunggulah setelah kita semua terlepas dari lem ini. Setelah itu barulah kita terbang menyelamatkan diri."
"Baiklah, baginda raja. Akan kami laksanakan perintahmu," berkata para burung-burung itu.
Pagi harinya, pemburu itu datang lagi dan dia langsung memanjat pohon beringin itu. Diambilnya satu burung yang paling bawah. Begitu dilihatnya, burung itu tak bergerak. Dia beranggapan bahwa burung itu telah mati. Lalu dicampakkannya burung itu ke tanah. Begitu pula setelah dia mengambil burung-burung yang lain. Didapatinya burung-burung itu telah mati semua. Burung yang pertama kali dibuang ke tanah terus menghitung setiap kali pemburu itu membuang burung-burung perkutut itu ke tanah. Tapi dia salah menghitung di hitungan ke-98. Dia mengira bahwa semua burung perkutut itu telah jatuh ke tanah. Padahal di kerajaan itu. Ada 99 burung perkutut.
"Ayo kawan-kawan, kita menyelamatkan diri sekarang!" begitu seru burung yang pertama kali jatuh ke tanah.
Maka beterbanganlah burung-burung itu ke angkasa. Ketika didapatinya burung-burung itu telah menipu dirinya. Pemburu itu begitu marah.
"Kurang ajar! Aku kena ditipu bangsa burung itu," sungut sang pemburu. Tapi dilihatnya ada burung yang tertinggal di pohon itu. Dan ternyata yang tertinggal adalah sang baginda raja perkutut. Diambilnya burung itu oleh sang pemburu lalu dibawanya pulang.
"Duhai, Gusti. Malang nian nasibku kini. Aku terpenjara di sangkar ini," ratap sang raja perkutut setelah dia oleh sang pemburu ditempatkan di sangkar.
Setelah beberapa lama di sangkar itu, sang raja perkutut menyadari. Mungkin ini karma dari burung emprit yang dulu pernah diusirnya dan dianiaya. Hal ini disadarinya setelah dia berdoa dan dijawab oleh malaikat rahmat, "Wahai, Raja Perkutut. Ingatlah, engkau pernah menganiaya burung emprit yang pernah datang ke tempatmu untuk mendapatkan ijinmu menginap, tapi malah kau siksa dan kau usir. Sekarang rasakanlah azab dari Tuhanmu. Karena sesungguhnya azab Tuhanmu itu sangatlah pedih. Ingatlah olehmu, bahwa Allah menyukai orang yang welas asih terhadap sesamanya dan lingkungan tempat dia tinggal. Ingatlah bahwa:
'memberi makan untuk orang yang kelaparan'
'memberi minum untuk orang yang kehausan'
'memberi tempat untuk yang ingin berteduh'
'memberi tahu untuk yang belum tahu'
'memberi tongkat untuk orang yang buta'
Adalah ibadah atau perbuatan yang langsung diterima atau dicatat oleh Allah. Karena sesungguhnya Tuhanmu itu adalah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Setelah mendapat pengertian itu, teringatlah sang raja perkutut itu bahwa dia dulu pernah mengagungkan sosok pohon beringin yang dia anggap sangat kuat dan kuasa yang bisa menjamin keamanan dan kesejahteraannya. Ternyata malah mendatangkan kesialan kepadanya. Sadarlah raja perkutut itu bahwa yang dapat melindungi dan menjamin keamanan dan kesejahteraannya hanyalah Allah semata. Demikianlah nasib sang raja perkutut. Dia sekarang terbelenggu oleh sangkar. Walaupun si pemburu membuatkan sangkar yang terbuat dari emas, tapi apa gunanya? Karena dia tersiksa di dalam penjara emas itu. Burungpun bisa measakan tersiksa jika hidup dalam sangkar, tapi kenapa manusia malah memenjarakan dirinya dalam sangkar-sangkar keduniaan, sangkar-sangkar nafsu akan keduniaan. Wahai manusia, lepaskanlah semua yang menjadi belenggu bagi dirimu, agar engkau dapat terbang dan merasakan kebebasan dan rahmat Tuhanmu. Wallaahu 'alam bishshowab.
Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
(Ath Thalaaq: 2-3)

Cerita tentang perkutut tersebut adalah contoh untuk orang-orang yang melupakan hakekat adanya Allah.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Aku. (Adz Dzariyat: 56)

Perkutut-perkutut itu menganggap setelah mereka menemukan pohon (tempat tinggal) itu, mereka menganggap pohon itulah yang memberikan kedamaian dan rejeki! Mereka lupa bahwa Allah lah yang telah menunjukkan/memberikan mereka tempat untuk hidup dan mendapat rejeki. Bahkan perkutut-perkutut itu mulai menyembah pohon yang mereka anggap telah memberikan penghidupan untuk mereka. Hal ini sama dengan orang-orang yang mulai menyembah-nyembah semua yang berhubungan dengan dunia (ghairullah). Padahal hanya kepada Allah seharusnya kita menyembah.
Barangsiapa mengerjakan amal sholeh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka kejahatan itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (Al Jaatsiyah:15).

Tidak ada komentar: